Penggunaan Serat Kalang sebagai Pedom an dal am Pelaksanaan Pe mbangunan Kem bal i Keraton Kasunanan Surak arta tahun 1987

C. Penggunaan Serat Kalang sebagai Pedom an dal am Pelaksanaan Pe mbangunan Kem bal i Keraton Kasunanan Surak arta tahun 1987

Dalam Pelaksanaan pembangunan kembali Keraton Kasunanan Surakart a masih berpedoman pada serat kalang (hasil wawancara kepada narasumber KGPH Poeger).

Serat kalang adalah dokumen tua bertuliskan huruf jawa dan didalam nya menjelaskan tentang prinsip-prinsip pembagian ruang sert a ukurannya, kerangka bangunan

bangunan yang seharusnya dipergunakan. Persoalan utama dalam proses m embangun kem bali keraton sesuai bentuk aslinya. Ini bukan hal m udah. Karena, arsitekt ur keraton bukan hanya bersifat fisik teknis, melainkan juga sarat masalah spiritual tentang lambang-lam bang kekuatan dari setiap bagian bent uk dan pembagian ruangan yang bermuara pada satu tujuan besar, yakni keselamatan raja dan kerajaan.

serta persyaratan

bahan-bahan

Hampir setiap bagian bangunan Keraton Kasunanan tak pernah didokum ent asikan secara detil dalam bentuk gambar atau cetak biru dari berbagai sudut pandang sert a penampang. Sem ent ara kalaupun ada naskah-naskah tua yang Hampir setiap bagian bangunan Keraton Kasunanan tak pernah didokum ent asikan secara detil dalam bentuk gambar atau cetak biru dari berbagai sudut pandang sert a penampang. Sem ent ara kalaupun ada naskah-naskah tua yang

Sasono sewoko, m isalnya, berdhapur Joglo Pangrawit Bangsal Parasdya bermodel Joglo Kepuhan. Dalem Ageng Prabasuyasa yang terdiri dari 4 ruangan - Kam ar Gadhing, Kam ar Ageng, Gedhong Pusaka dan Prabasana - mempunyai bent uk Joglo Limasan. Sedang Sasana Handrawina yang berdinding kaca seluruhnya bermodelkan Limasan Klabang Nyander.

Untuk merekonstruksi ragam arsitektur tradisi itu, Tim 13 mencoba mendasarkan pada konsep Serat Kalang. Dokum en tua bert uliskan huruf Jawa ini menjelaskan tentang prinsip-prinsip pembagian ruang sert a ukurannya, kerangka bangunan serta persyaratan bahan-bahan bangunan yang seharusnya dipergunakan Berlandaskan teori tersebut. dengan m em perbandingkan luas bekas lant ai dan jum lah saka guru atau tiang penyangga utama pada setiap bangsal yang terbakar, diharapkan dhapur; ukuran tinggi m aupun luas bangunan baru penggant i dapat dihit ung m endekati ket epat an

Hiasan tatah sungging (ukiran) di setiap tiang, dicoba direka ulang melalui foto-foto dalam jumlah terbatas yang pernah dibuat. Khusus untuk pekerjaan seni ini dipercayakan kepada para juru ukir dari Serenan Kabupaten Klaten yang merupakan generasi keturunan ahli ukir kerat on.

Dengan seijin Ment eri Kehutanan Sudjarwo, kayu yang akan dipergunakan sebagai bahan bangunan diam bilkan dari Donoloyo. Dari hutan jati di kawasan Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri inilah dulu seluruh kebutuhan kayu untuk pembangunan Kerat on Kart usura sampai Kasunanan Surakart a dicukupi.

Setelah kem erdekaan, Donoloyo oleh Departemen Kehutanan dijadikan sebagai alas tutupan atau hutan lindung Penebangan kayu jati dari kawasan ini term asuk kebutuhan renovasi keraton, harus memperoleh ijin pemerint ah.

Kam is, 11 April 1985, Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo, Gusti Pangeran Haryo Suryo Bandono dan Kangjeng Raden Mas Haryo Riyo Yosodipuro diutus ke hutan Donoloyo. Ketiganya bersepakat m em ilih 21 batang jati tua berdiam ater lebih dari dua rangkulan tangan dewasa yang diduga sedikit nya telah berumur dua abad guna keperluan pembangunan kembali kerat on.

Di m asa lampau pengangkutan kayu tebangan cukup dihanyutkan lewat Bengawan Solo yang mengalir di dekat Donoloyo. Oleh abdi-abdi dalem , kayu- kayu tersebut dicegat di bagian hilir pinggiran kot a Solo. Pilihan paling praktis dan ekonom is pada zamannya meski membutuhkan tem po relatif lama.

Resiko kehilangan di tengah perjalanan karena dibajak penduduk pedesaan di sekitar aliran bengawan kecil kem ungkinan terjadi. Sebab, telah kuat terpateri citra tentang keangkeran kayu jati asal Donoloyo.

Kini sejalan dengan perkembangan transportasi, kayu-kayu kualitas sangat prim a berumur rat usan tahun itu diangkut truk langsung m asuk m enuju shawmill atau perusahaan penggergajian di Kali Jenes. Cara m engirim dengan m enghilirkan kayu m elalui aliran Bengawan Solo dinilai tak lagi am an. Kisah kekuatan m istis kayu Donoloyo tak lagi menakutkan. Nilai jual tinggi kayu jati langka, lebih menarik dibanding sekedar dongeng seram.

Setelah selesai dipotong m enjadi berbagai ukuran sesuai kebutuhan. kayu- kayu tersebut tak langsung dipakai, tetapi direndam terlebih dulu dalam kolam Bandengan di kerat on dengan sesaji komplet unt uk mempertinggi kualitas. Sekitar

20 abdi dalem wanit a dikerahkan guna mempersiapkan kelengkapan sesaji. Sem ent ara abdi dalem Suranata m em bacakan salawat. Sehari sebelum nya diselenggarakan selam atan di Masjid Pujosono. Mengemban perint ah Sinuhun, Kangjeng Raden Mas Haryo Riyo Yosodipuro meminta Kangjeng Raden Tumenggung Pudjodipuro m emohonkan doa kepada:

Kangjeng Nabi Adam serta Siti Hawa, Kangjeng Nabi Rasulullah besert a keluarga dan seluruh sahabat, Kangjeng Nabi Khidir, Kangjeng Nabi Ilyas, Kangjeng Sunan Bonang, Kangjeng Sunan Kalijaga, Kangjeng Sultan Prabu Hanyakrakusuma dan raja-raja keturunanrrya, Para pepunden di em pat kiblat (mnata angin), Kangjeng Sunan Lawu, Kangjeng Ratu Kencanasari, Kangjeng Ratu Kedaton dan Kangjeng Ratu Kalayuwati, sert a Para leluhur lain agar m emberkahi kayu-kayu Donoloyo sebagai bakal calon pendirian keraton pengganti yang telah terbakar.

Usai selamatan, khusus bagi Kolonel Soem arno dipersyaratkan m akan ketan biru. sawo m anila dan jadah pisang: Ketan biru mengandung makna luas wawasannya, sawo manila m endapat kemudahan apa yang di m inta. sedangkan jadah pisang berart i bersatu dan m endapat titik terang.

Ketiganya jika disimpulkan mem berikan m akna agar Soem arno dalam mengerjakan pembangunan kembali keraton Kasunanan senantiasa bisa mengerahkan seluruh komponen yang ada, tak m endapatkan kesulitan dan memiliki sikap terbuka (bersatu) dalam m enerim a m asukan.

Pembangunan Dalem Ageng Prabasuyasa yang sudah dim ulai sejak 17 Agustus 1986 dengan sesaji lengkap ternyata masih menuntut persyarat an lain. Saat m enggarap krobongan satu dari 4 kam ar dalam Prabasuyasa - m embutuhkan syarat sebongkah batu marmer.

Pada 26 April 1987, Sinuhun Pakoe Boewono XII m engirim utusan ke perusahaan pertam bangan m arm er di T ulungagung. Rom bongan keraton terdiri dari Kolonel Soemarno, Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo, Kangjeng Raden Mas Haryo Riyo Yosodipuro serta 4 abdi dalem Suranata di samping beberapa abdi dalem wanita. T ugas khusus kedua kelom pok abdi tersebut adalah meracik sesaji sebelum dim ulai penam bangan marmer dari perut Gunung Besole.

Selam atan berlangsung pukul 16.00 di lokasi pabrik yng berjarak sekitar 30 km arah selatan T ulungagung. Ikut hadir pada kesempatan itu Drs. Sani Chandra, pim pinan pabrik.

Setelah menunggu 3 bulan lebih diperoleh kabar bongkahan m arm er telah selesai diproses. Persoalannya, Tulungagung tidak berani mengirim langsung sebelum ada perint ah lanjutan dari pihak keraton.

Pada 6 Agustus 1987, Kolonel Soemarno disertai Kangjeng Gusti Pangeran Haryo Hangabehi kembali ke T ulungagung. Malam hari sekitrar puku! 19.00, bongkahan marm er diusung ke atas truk yang sudah disediakan pabrik setelah sebelum nya diselenggarakan upacara sesaji. Sesuai wangsit, perjalanan menuju ke Surakart a diisyaratkan tak boleh herhenti unt uk keperluan apapun.

Sepanjang jalur Tulungagung-Solo sedikitnya terdapat 4 pos penimbangan angkutan yang sem estinya disinggahi. Karenanya, pimpinan rombongan, Kolonel

Soemarno yang berada paling depan harus melaju lebih cepat setiap akan memasuki pos penim bangan Nganjuk, Mantingan dan Ngawi unt uk melakukan pendekatan dengan petugas Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Pada keesokan paginya, 7 Agustus pukul 04.00 utusan tiba kembali di keraton. Marmer sementara diturunkan di Magangan, menunggu saat tepat sebelum dibawa m asuk ke Krobongan.

Untuk m engangkut ke dalam kerat on telah dipasang rel dan gerbong lori - jenis kereta api kecil pengangkut tebu - dari Srim angant i Kidul menjulur lewat pelataran depan Sasana Pustaka, berbelok ke Utara naik ke atas fondasi Paningrat, Parasdya dan berakhir di Prabasuyasa. Sebuah unit kat rol disediakan untuk menurunkan batu marmer ke tem patnya.

Menghabiskan wakt u 7 jam , bongkahan m armer berperm ukaan rata dengan ukuran sekitar 2 X 1 m eter dan tinggi 70 senti meter sebagai tempat duduk sem ent ara Sinuhun sebelum keluar dari istana m enuju Sasono Sewoko dalam upacara resmi keraton ini akhirnya terpasang di Krobongan. Sebagai penutup dilakukan sesaji pembakaran dupa setanggi oleh Raden Ayu Mandayaningrum , Pengageng Parent ah Keputren, disaksikan Drs.Sani Chandra, pimpinan pabrik marmer Tulungagung.

Dua bulan sebelumnya, tepatnya Kam is, 8 Juni selamatan serupa dilakukan di Bangsal Pradangga Kidul untuk keperluan pendirian saka guru Sasono sewoko. lSesaji diawali dengan; "tuQuran" atau samadi sem alam suntuk di kerat on, dilanjutkan pada hari-hari berikutnya berziarah dan berzikir di makam Sultan Agung, Pakoe Boewono I sam pai X di Im ogiri dan Amangkurat I di T egal.

Selain itu masih banyak sesaji-sesaji kecil lain unt uk menandai awal kegiatan setiap pembangunan bangsal yang m erupakan satu rangkaian panjang dari keseluruhan renovasi: Pem buatan Maligi, semacam kanopi yang me!ekat pada Sasono sewoko, misalnva, disertai selamatan penanaman kain jarik corak parangkusuma dan am po atau irisan tanah liat m erah yang ditanam di tempat sudut arah mata angin. Wilujengan.(selamatan) dilakukan pula ketika m em buat benda-benda kelengkapan – term asuk mebel pengganti yang terbakar.

Meski telah dicoba digarap sangat teliti, cerm at dan melewati tahapan Meski telah dicoba digarap sangat teliti, cerm at dan melewati tahapan