Prose dur Pe nelitian

F. Prose dur Pe nelitian

Louis Gottshalk (1975:17) mengem ukakan prosedur penelitian sejarah terdiri dari em pat kegiatan yaitu: (1) Heuristik, (2) Kritik sumber, (3) interpretasi, (4) Historiografi.

1. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani yaitu heurishein yang berart i memperoleh (Dudung Abdurrahman, 1999:55). Menurut Sidi Gazalba (1981:114) heuristik adalah pencarian dan penyelidikan sumber sejarah untuk m endapat kan bahan. Pada tahap ini, penulis berusaha unt uk mencari dan mengumpulkan surnber-sum ber yang sesuai dengan penelitian. Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini ialah sumber tertulis yang berupa sum ber primer dan sumber sekunder.

a. Sumber Prim er Sum ber yang digunakan adalah dokumen, yaitu transkrip atau naskah serat kuno. Sum ber primer adalah sumber yang keterangannya didapat secara langsung oleh yang menyaksikan peristiwa dengan mata kepala sendiri. (Daliman, 1971:19)

b. Sumber Sekunder Sum ber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buku-buku, Literatur-literatur yang ada hubungannya dengan perm asalahan. Sumber sekunder adalah sumber yang ket erangan pengarangnya diperoleh dari orang lain atau sumber lain. (Daliman, 1971:19)

2. Kritik

Setelah sum ber-sum ber terkum pul, tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik untuk mempemleh keabsahan sum ber. Kritik ini dimaksudkan untuk menent ukan keabsahan tentang keaslian sum ber dan keabsahan tentang kesahihan sum ber. (Dudung Abdurrahman, 1999:58). Dalam prosedur sejarah cara tersebut dilakukan melalui proses kritik sumber, yaitu:

a. Kriti k Intern

Kritik ini bertujuan unt uk meneliti tingkat kebenaran isi (data) dari sum ber data yang digunakan. (Hadari Nawawi, 1995:80). Kritik ini memastikan peristiwa Kritik ini bertujuan unt uk meneliti tingkat kebenaran isi (data) dari sum ber data yang digunakan. (Hadari Nawawi, 1995:80). Kritik ini memastikan peristiwa

b. Kriti k ekstern

Kritik ini bert ujuan untuk mengetahui tingkat keaslian sumber data dan relevansinya dengan penelitian. (Hadari Nawawi, 1995:80). Sidi Gazalba (1981:115) m engatakan bahwa kritik luar memastikan kesejatian atau ketulenan dan hubungan antara bahan-bahan, misalnya sejak kapan suatu bahan dibuat, dari dan unt uk apa. Kritik ekstern bertugas menjawab tiga pert anyaan yang m engenai sum ber-sumber, yaitu: (1) apakah sumber itu m em ang sumber yang dikehendaki?, (2) apa sumber itu asli atau turunan?, (3) apakah sumber it u utuh atau diubah-ubah?. (Daliman, 1971:20). Kritik ekstern dilakukan dengan melihat tanggal, bulan dan tahun penerbitan sumber.

3. Interpretasi

Menurut Kuntowijoyo dalam Dudung Abdurrahm an (1999:64-65) Interpretasi atau penafsiran sejarah sering disebut juga dengan analisis sejarah. Analisis secara terminologi berarti menguraikan, berbeda dengan sintesa yang berarti menyatukan. Walaupun dem ikian, analisis dan sint esis digunakan sebagai metode-met ode utama dalam int erpretasi. Interpretasi digunakan untuk melakukan

sint esis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama teori dan fakt a disusun ke dalam int erpretasi yang menyeluruh. Interpretasi dapat dilakukan dengan cara m emperbandingkan data guna menyingkap peristiwa-peristiwa mana yang terjadi pada waktu ,yang sama.

Menurut Dalim an (1997:23) interpretasi adalah proses menafsirkan fakta- fakt a sejarah sert a proses penyusunannya m enjadi suatu kisah sejarah yang integral m enyangkut proses seleksi sejarah. Pelbagai fakt a dirangkaikan dan dihubung-hubungkan satu dengan yang lain menjadi kesatuan yang harmonis dan Menurut Dalim an (1997:23) interpretasi adalah proses menafsirkan fakta- fakt a sejarah sert a proses penyusunannya m enjadi suatu kisah sejarah yang integral m enyangkut proses seleksi sejarah. Pelbagai fakt a dirangkaikan dan dihubung-hubungkan satu dengan yang lain menjadi kesatuan yang harmonis dan

Dalam tahap ini langkah-langkah yang harus dilakukan adalah m em baca buku-buku yang relevan dengan penelitian kem udian dianalisis. Setelah itu dibandingkan hasilnya dari satu sumber dengan sumber yang lain sehingga melahirkan fakt a-fakt a yang relevan. Langkah terakhir adalah menyimpulkan dan menafsirkan semua hasil unt uk dihubungkan dengan sumber satu dengan sumber lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh kemudian menjadi suatu data sejarah yang akan dijadikan fakta sejarah.

4. Historiografi

Historiografi adalah m enyam paikan sint esa yang diperoleh dalam bentuk sesuatu kisah. (Daliman, 1971:17). Menurut Hellius Sjamsuddin (1996:17) historiografi adalah rekonstruksi rekaman peninggalan masa lampau secara kritis dan im ajinatif berdasarkan bukt i atau data-data yang diperoleh m elalui masa proses itu. Daya imajinasi dari penulis diperlukan agar fakt a-fakta yang diperoleh dapat dirangkaikan m enjadi kisah yang menarik untuk dibahas. Historiografi merupakan fase terakhir dalam m etode sejarah yang merupakan penulisan, pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. (Dudung Abdurrahman, 1999: 67). Historiografi dipaparkan dengan bahasa ilm iah dengan seni yang khas menjelaskan apa yang diketemukan, besert a argument asinya secara sistem atis. Dalam historiografi memerlukan kem ahiran m engarang seorang sejarawan. Bahasa yang baik digunakan unt uk menyampaikan emosi dan pikiran. Dalam penelitian ini, fakta sejarah yang telah diint erpretasikan secara kritis disusun dalam suatu rangkaian kisah yang logis dengan menggunakan bahasa baku ilmiah dalam bahasa Indonesia, sehingga m enjadi kesatuan karya ilmiah yang berjudul “Studi tent ang Interpretasi Serat Kalang dalam Pembangunan kembali Keraton

Kasunanan Surakart a T ahun 1987”