Hasil Penelitian
A. Hasil Penelitian
Variabel – variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah volume ekspor kopi Jawa Tengah sebagai variabel tak bebas dan produksi kopi Jawa Tengah, volume ekspor kopi Jawa Tengah tahun sebelumnya, harga ekspor kopi Jawa Tengah, harga domestik kopi Jawa Tengah, harga ekspor teh Jawa Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serika terhadap Rupiah sebagai variabel – variabel bebasnya. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder time series selama 20 tahun yaitu dari tahun 1990-2009.
Hasil penelitian terhadap variabel-variabel yang dikaji adalah:
1. Volume ekspor kopi Jawa Tengah Ekspor kopi Jawa Tengah telah berlangsung lebih dari 20 tahun. Ekspor ini bermanfaat meghasilkan devisa bagi negara, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan petani yang mengusahakannya. Dalam realisasinya selama ini volume ekspor masih relatif berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Volume ekspor rata-rata kopi yang dihasilkan oleh Jawa Tengah tiap tahunnya mencapai 6.465.780,9 Kg dengan nilai ekspor rata-rata per tahun sebesar US$7.683.737. Laju perkembangan ekspor cenderung meningkat sebesar 457.983,20 kg tiap tahunnya. Peningkatan jumlah volume ekspor kopi akibat dari meningkatnya jumlah penawaran kopi di pasar dunia. Peningkatan penawaranan akan kopi dapat disebabkan oleh semakin meningkatnya mutu kopi yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah sehingga mampu bersaing dengan negara-negara pengekspor kopi di dunia. Untuk lebih jelasnya tersaji dalam tabel berikut ini:
53
commit to user
Tabel 17. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun
1990-2009
Tahun
Volume Ekspor
(Kg)
Nilai Ekspor
(US$)
Laju Perkembangan Ekspor (Kg)
Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah, 1990-2010
Penurunan jumlah volume kopi yang diekspor pada tahun 1998 diakibatkan karena jumlah produksi yang dapat dihasilkan juga terbatas, selain akibat dari krisis moneter yang melanda Indonesia, juga diakibatkan oleh kekeringan yang melanda Jawa Tengah sehingga produksi pada awal tahun 1998 merosot. Penurunan jumlah volume ekspor yang terbesar terjadi pada tahun 2007 dari tahun 2006 sebesar 4.847.618 kg. Penurunan volume ekspor kopi akibat dari penurunan penawaran ekspor karena kalah bersaing dengan Vietnam. Selain sebagai pesaing utama pengekspor kopi Robusta, Vietnam juga mempunyai keunggulan disisi harga karena mampu memberikan diskon harga kopi Robusta dua kali lebih besar dibandingkan harga kopi Indonesia. Hal ini
commit to user
yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ekspor kopi Indonesia menurun ditengah harga kopi yang meningkat di pasar internasional . Volume ekspor tertinggi dicapai pada tahun 2009. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat konsumsi kopi sehingga permintaan kopi di pasar dunia semakin meningkat. Perkembangan volume ekspor kopi dapat diliat pada gambar berikut.
Gambar 5 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah
Tahun 1990-2009 Berdasarkan gambar 5 diketahui kecenderungan ekspor kopi meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh dari variabel-variabel seperti produksi, volume ekspor tahun sebelumnya, harga ekspor kopi, harga domestik, harga ekspor teh, dan nilai tukar dollar AS terhadap Rupiah.
Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Jawa Tengah , 1990-2009
Volume Ekspor (Kg)
Tahun
commit to user
2. Produksi kopi di Jawa Tengah Produksi merupakan salah satu sumber penawaran yang memiliki peran penting. Ketersediaan kopi yang ditujukan untuk kepetingan ekspor dapat diliat dari jumlah produksi kopi yang dihasilkan. Apabila jumlah produksi kopi banyak maka ketersediaan ekspor kopi juga tinggi, sehingga memungkinkan untuk dapat meningkatkan volume ekspor. Namun apabila produksi kopi Jawa Tengah rendah maka ketersedian kopi untuk ekspor juga akan berkurang, yang memungkinkan volume ekspor akan mengalami penurunan. Perkembangan produksi kopi di Jawa Tengah yang berasal dari perkebunan rakyat, PTPN IX, dan perkebunan besar swasta (PBS) selama kurun waktu 20 tahun, yakni dari tahun 1990 hingga tahun 2009, tersaji pada tabel berikut. Tabel 18. Perkembangan Produksi Kopi Provinsi Jawa Tengah Tahun
1990-2009 Tahun
Volume Produksi Kopi
(Kg)
Laju Perkembangan
Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah, 1990-2010
commit to user
Produksi kopi Jawa Tengah selama kurun waktu 1990-2009 menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1999, dan pada tahun 2000 sampai dengan 2009 produksi cenderung stabil, hampir sama volume produksinya tiap tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 18. Laju pertumbuhan kopi di Jawa Tengah selama kurun waktu 20 tahun rata-rata sebesar 279.906,5 kg atau 3,83% tiap tahunnya. Penurunan jumlah produksi kopi Jawa Tengah yang terbesar tercatat selama dua kali, yang pertama pada tahun 1994 dengan jumlah penurunan sebesar 3.064.644 kg. Kedua p ada tahun 1998 produksi turun sebesar 3.063.250 kg yang diakibatkan oleh pengaruh El Nino melanda Indonesia sehingga terjadi kekeringan dan menurunkan jumlah produksi.
Perkembangan dari produksi kopi di Jawa Tengah yang cenderung naik menunjukkan bahwa budidaya kopi yang dilakukan oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, maupun perkebunan nusantara telah mengalami perkembangan.
Gambar 6. Grafik perkembangan Produksi Kopi Jawa Tengah Tahun
Perkembangan Volume Produksi Kopi Di Provinsi Jawa Tengah, 1990-2009
Volume Produksi (Kg)
Tahun Tahun
ro
ksi
kg
commit to user
3. Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya
Volume ekspor tahun sebelumnya dapat merupakan pertimbangan bagi eksportir untuk menentukan volume ekspor tahun berikutnya. volume ekspor tahun sebelumnya di Jawa Tengah dalam penelitian ini adalah volume ekspor kopi Jawa Tengah tahun 1989-2008 seperti tertera pada tabel berikut: Tabel 19. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun
Sebelumnya, 1989-2008
Tahun
Volume Ekspor (Kg)
Laju Perkembangan Ekspor
Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah, 2010.
Tabel 19 menunjukkan bahwa volume ekspor tahun sebelumnya berfluktuasi dari tahun ke tahun. Volume tertinggi adalah 11.102.700 kg yang terjadi pada tahun 2001 dan volume terendah terjadi adalah 1.898.625 kg terjadi pada tahun 1989. Karena pada tahun 1989 kualitas kopi yang dihasilkan belum sebaik kualitas kopi yang dihasilkan oleh Jawa Tengah sepuluh taun terakhir, sehingga belum mampu bersaing dengan kopi dari negara eksportir lain.
Penurunan jumlah volume ekspor yang terbesar terjadi pada tahun 2007 dari tahun 2006 sebesar 4.847.618 kg. Penurunan volume
commit to user
ekspor kopi akibat dari penurunan penawaran ekspor karena kalah bersaing dengan Vietnam. Selain sebagai pesaing utama pengekspor kopi Robusta, Vietnam juga mempunyai keunggulan disisi harga karena mampu memberikan diskon harga kopi Robusta dua kali lebih besar dibandingkan harga kopi Indonesia. Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ekspor kopi Indonesia menurun ditengah harga kopi yang meningkat di pasar internasional .
Volume rata-rata adalah 5.968.052,95 kg per tahun dengan perkembangan rata-rata 237.184,25 kg per tahun atau 12,59% per tahun. Fluktuasi volume ekspor tahun sebelumnya dapat dilihat dalam grafik berikut:
Gambar 7. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah
Tahun Sebelumnya, 1989 -2008 Gambar 7. Memperlihatkan volume ekspor tahun sebelumnya,
yaitu tahun 1989 – 2008 yang berkembang fluktuatif. Volume ekspor tertinggi trejadi pada tahun 2001 dan terendah pada tahun 1989.
Perkembangan Volume Ekspor di Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya (1989-2008)
Volume Ekspor (Kg)
Tahun
commit to user
4. Harga Ekspor Kopi Jawa Tengah Harga ekspor merupakan harga komoditas saat diperdagangkan di pasar internasional. Dengan memperhatikan perkembangan harga ekspor suatu komoditas yang diekspor, dapat diketahui seberapa besar potensi komoditas tersebut dalam memberikan sumbangan terhadap perolehan devisa negara. Perkembangan harga ekspor kopi Jawa Tengah selama kurun waktu 1990-2009 dapat dilihat pada tabel 20 berikut. Tabel 20. Perkembangan Harga Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun 1990-2009
Nilai Fob (US$/Kg)
Harga Kopi Ekspor
Laju Pertumbuhan (%)
US$
Berlaku (Rp/Kg)
Konstan (Rp/Kg)
Berlaku Konstan 1990
7219,62 -12,83 -21,86 1994
9458,64 -33,39 -38,58 1997
8571,33 10731,90 -48,81 -69,94 2000
6392,99 -43,37 -47,84 2002
5283,39 -5,94 -17,36 2003
8830,65 -35,59 -37,66
Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah, 1990-2010 Harga ekspor kopi dalam dollar tertinggi pada tahun 1995, hal ini dikarenakan penurunan ekspor dari Brazil akibat terjadinya bencana kekeringan dan embus upas, sehingga terjadi kelangkaaan dipasar internasional dan harga kopi meningkat. Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa harga ekspor kopi sebelum terdeflasi selama tahun 1990-2009 mengalami laju pertumbuhan dengan rata-rata sebesar - 44,16% per tahun dengan harga rata-rata Rp 8535,09/kg. Sedangkan
commit to user
harga ekspor kopi setelah terdeflasi selama tahun 1990-2009 mengalami laju pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 25,27% per tahun dengan harga rata-rata Rp 11.061,82/kg.
Harga ekspor kopi konstan mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 137.41%. Hal ini disebabkan pada tahun 1998 terjadi krisis monenter yang melanda negara Indonesia sehingga menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan. Nilai rupiah jatuh terhadap dollar AS.
Adapun untuk lebih jelas tentang perkembangan harga ekspor kopi Jawa Tengah tahun 1990-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut.
Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Ekspor Jawa Tengah 1990-2009 Berdasarkan gambar 8 lonjakan harga yang paling tinggi terjadi pada tahun 1998, sedangkan pada tahun-tahun yang lain relatif berfluktuasi namun tidak tajam.
Harga Berlaku Harga Konstan
Perkembangan Harga Ekspor Kopi Jawa Tengah 1990-2009
Tahun
ar
k sp
i (R
/k
commit to user
5. Harga Domestik Kopi Perkembangan harga domestik kopi Jawa Tengah, baik menurut harga berlaku maupun harga konstan (setelah terdeflasi) selama periode penelitian mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat, seperti tersaji pada tabel berikut. Tabel 21. Perkembangan Harga Domestik Kopi Jawa Tengah, 1990-2009
Tahun
IHK 100=2002
Harga Berlaku (Rp/Kg)
Harga Konstan
(Rp/Kg)
Perubahan Harga (%) Berlaku
8.040,91 -41,03 -45,63
8.149,72 -42,86 -66,45
5.576,69 -42,92 -47,42
3.868,00 -21,06 -30,64
5.019,81 -37,50 -39,50
Rata- rata
Sumber: Dinas Perkebunan Jateng 1990-2010, diolah
Harga domestik kopi yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga konstan dengan pertimbangan untuk menghilangkan pengaruh kenaikan harga barang dan jasa (inflasi) selama penelitian. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa harga domestik kopi setelah terdeflasi selama tahun 1990-2009 mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 11,79% per tahun, sedangkan rata- rata harga Rp 7.967,75.
commit to user
Perkembangan harga kopi mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar Rp. 24.288,01 hal ini dikarenakan pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi di Indonesia sehingga menyebabkan harga barang maupun jasa terjadi peningkatan.
Gambar 9.Grafik perkembangan Harga Domestik Kopi Jawa Tengah
tahun 1990 -2009 Gambar menunujukkan bahwa peningkatan harga berlaku lebih cepat dibandingkan dengan harga konstan. Hal ini memngingat harga berlaku merupakan harga yang masih terpengaruh oleh inflasi yang terjadi maupun kondisi nilai tukar mata uang pada saat tertentu. Sedangkan harga konstan merupakan harga yang telah mengalami penyesuaian dengan kondisi perekonomian pada tahun yang dianggap stabil, yaitu berdasaran Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar tertentu (tahun 2002). Dengan demikian, harga konstan menunjukkan harga atau nilai yang sebenarnya (nilai riil) dimana pengaruh kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi selama waktu penelitian telah dihilangkan. Dengan adanya pendeflasian harga tersebut menyebabkan kenaikan harga berlaku terlihat cepat dibandingkan dengan harga yang sebenarnya.
Harga Berlaku
Harga Konstan
Perkembangan Harga Domestik Kopi Jawa Tengah, 1990-2009
ar
ga
om
es
ti
(R
p)
Tahun
commit to user
6. Harga Ekspor Teh Jawa Tengah Teh dalam penelitian ini merupakan barang subtitusi. Harga ekspor teh di pasar internasional mungkin memberikan pengaruh terhadap volume ekspor Kopi Jawa Tengah. Berikut merupakan tabel harga ekspor teh. Tabel 22. Perkembangan Harga Ekspor Teh Jawa Tengah Tahun 1990-
2009
Tahun
Volume Ekspor Teh
(Kg)
Nilai FOB
(US$)
Harga Teh Ekspor Laju Pertumbuhan (%)
US$/Kg Berlaku (Rp/Kg)
Konstan
(Rp/Kg) Berlaku Konstan
6.489,67 -33,69 -46,21 1995
6.860,17 -114,57 -265,37 2000
5.504,03 -73,42 -88,29 2002
7.117,11 -110,66 -117,66
Total 32.804.621 33.309.361,65 22,05 150.760,48 180.037,91 9,88 -277,36 Rata- rata
Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah, 1990-2009 Berdasarkan tabel 22 harga ekspor teh dalam dollar tertinggi pada tahun 2008 sebesar 2,37 US$, hal ini diakibatkan adanya pengaruh krisis global yang terjadi pada tahun tersebut. harga ekspor teh tertinggi secara konstan sebesar Rp25.064,74 per Kg, terjadi pada tahun 1998. Hal ini di karenakan akibat pengaruh dari krisis ekonomi. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa harga ekspor Teh setelah terdeflasi selama tahun 1990-
commit to user
2009 mengalami laju pertumbuhan dengan rata-rata sebesar -14,60% per tahun dengan harga rata-rata Rp 9.001,90/kg.
Adapun untuk lebih jelas tentang perkembangan harga ekspor teh Jawa Tengah tahun 1990-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut.
Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Ekspor Teh Jawa Tengah
Tahun 1990-2009 Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa harga ekspor teh selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun, dengan kecendurungan naik, hal ini dikarenakan mutu teh Jawa Tengah semakin membaik .
7. Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat Terhadap Rupiah Perubahan nilai tukar (kurs) mata uang tertentu terhadap rupiah yang terjadi di pasar uang berkaitan erat dengan harapan masyarakat terutama pelaku bisnis terhadap kurs tersebut dimasa yang akan dating. Kegiatan ekspor yang banyak menggunakan sumber daya local sebagaimana usaha dibidang pertanian (agrobisnis) tergolong kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh hal tersebut. Dengan demikian, peningkatan maupun penurunan kurs dolar AS terhadap rupiah dapat menjadi pemicu naik turunnya ekspor produk pertanian, dalam hal ini kopi. Perkembangan nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Harga Berlaku
Harga Konstan
Perkembangan Harga Ekspor Teh Jawa Tengah, 1990-2009
Tahun
H ar
ga
k sp
o r T eh
R ( p /K
g)
commit to user
Tabel 23. Perkembangan Nilai Tukar Dollar AS Terhadap Rupiah Tahun
1990-2009
Tahun
Kurs Dollar AS terhadap Rupiah
(Rp/US$)
Laju Pertumbuhan (%)
Berlaku
Konstan
Berlaku Konstan
Sumber : Bank Indonesia Cabang Semarang 1990-2010
Berdasarkan Tabel 23 menunjukkan perkembangan nilai Kurs Dollar AS terhadap rupiah pada tahun 1990-2009, terbagai dalam harga berlaku dan harga konstan. Jika dilihat dari harga berlaku, nilai kurs dollar AS terhadap rupiah mempunyai kecenderungan menurun selama tahun penelitian. Akan tetapi pada tahun 1998 terjadi peningkatan nilai kurs dollar AS terhadap rupiah sebesar 162,06%. Jatuhnya nilai rupiah terhadap dollar diakibatkan oleh krisis ekonomi asia pada tahun tersebut.
Sedangkan perkembangan kurs dollar AS yang terdeflasi menunjukkan terjadi kecenderungan meningkat selama tahun penelitian. Laju pertumbuhan nilai kurs dolar AS terhadap rupiah setelah terdeflasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan harga berlaku, sebesar 58,41%
commit to user
Gambar 11. Grafik Perkembangan Nilai Tukar dollar AS terhadap
Rupiah Tahun 1990 - 2009 Mata uang dollar AS merupakan valuta asing yang paling umum dipakai dalam kegiatan ekspor impor di Indonesia termasuk Jawa Tengah. Nilai tukar yang tinggi dapat merangsang kenaikan volume ekspor karena akan membuat harga menjadi murah di pasaran internasional. Selain itu juga meningkatkan jumlah rupiah yang didapat.
Dari tabel-tabel yang telah disajikan pada penjelasan terdahulu, maka dapat disusun tabel baru yang menyajikan data tentang variabel tidak bebas dan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini.
Harga Berlaku
Harga Konstan
Perkembangan Nilai Tukar Dollar AS terhadap Rupiah, 1990-2009
Tahun
u rs
(R
p /U
commit to user
Tabel 24. Rekapitulasi Variabel –variabel Penelitian
Tahun
Volume EKspor
Tahun Sebelumnya
(Kg)
Harga Ekspor
Kopi (Rp/Kg)
Harga Domestik
(Rp/Kg)
Harga Ekspor Teh (Rp/Kg)
Kurs (Rp/US$)
X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 1990
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1990 - 2011
commit to user
Tabel 25. Rekapitulasi Variabel –variabel Penelitian Yang Telah
Ditransformasi Dalam Bentuk Log Natural
8,87 8,60 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Tengah, 1990 – 2011 yang telah diolah
B. Fungsi Regresi Eksponensial Dengan menggunakan analisis regresi linier logaritma natural berganda dengan bantuan program SPSS diperoleh persamaan sebagai berikut:
Ln Y = -29861 + 2,320 ln X 1 + 0,223 ln X 2 + 1,304 ln X 3 – 0,363 ln X 4 –
1,107 ln X 5 + 0,591 ln X 6
Bila dikembalikan kedalam bentuk aslinya, persamaan diatas dapat ditulis kembali menjadi persamaan linier berbentuk kepangkatan sebagai berikut:
Y = 1,075.10 -13 X 1 2,320 X 2 0,223 X 3 1,304 X 4 -0,363 X 5 -1,107 X 6 0,591
commit to user
1. Ketepatan Model Untuk mengetahui kesesuaian model digunakan nilai koefisien determinasi (R 2 ), sedangkan untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel bebas yang lebih dari dua terhadap variabel tak bebas maka digunakan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (adjusted
R 2 ). Dari hasil analisis, diperoleh nilai R 2 sebesar 0,850 dan nilai adjusted R 2 sebesar 0,781. Nilai R 2 yang didapat mendekati 1 menunjukkan persamaan regresi tersebut tepat untuk digunakan
(goodness of fit). Berdasarkan nilai adjusted R 2 yang diperoleh, dapat diartikan bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, yaitu produksi kopi Jawa Tengah, volume ekspor kopi tahun sebelumnya, harga ekspor kopi Jawa Tengah, harga domestik kopi Jawa Tengah, harga ekspor teh, dan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel tidak bebasnya yaitu volume ekspor kopi Jawa Tengah sebesar 78,1%. Sedangkan sisanya 21,9% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model yang digunakan dalam penelitian. Variabel diluar model yang diperkirakan dapat mempengaruhi volume ekspor kopi Jawa Tengah adalah iklim yang terjadi di Jawa Tengah, krisis ekonomi yang terjadi pada negara pengimpor yang berpengaruh terhadap tingkat permintaan negara konsumen, kebijakan negara pengimpor tentang syarat produk kopi yang dapat diterima, kebijakan tarif impor terhadap kopi di negara pengimpor yang mempengaruhi daya saing (harga) dengan negara pengekspor lain
2. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan dari variabel bebas (X 1 -X 6 ) terhadap variabel tak bebas (Y), dengan kriteria jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel pada tingkat signifikansi α 10%, maka variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. Sedangkan jika nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel pada
commit to user
signifikansi α 10%, maka variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel tidak bebasnya. Hasil analisis dengan uji F dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 26. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah
Model
Jumlah Kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata Kuadrat
F Hitung
F tabel α = 10%
Regresi Residu
19 Sumber: Hasil analisis data sekunder
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 12,317. Nilai F hitung tersebut lebih besar dari nilai F tabel yaitu sebesar 2,11. hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, yaitu produksi kopi, volume ekspor tahun sebelumnya, harga ekspor kopi, harga domestik kopi, harga ekspor teh, dan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya yaitu volume ekspor kopi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 90%.
3. Uji t Uji t adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing- masing variabel bebas terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. kriteria yang digunakan adalah jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel pada tingkat signifikansi α 10% maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara parsial terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya, jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel pada tingkat signifikansi yang ditentukan maka variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel tidak bebas. Hasil analisis dapat dilihat sebagai berikut.
commit to user
Tabel 27. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap
Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah
Variabel
Koefisien Regresi
t hitung T tabel
(α=10%)
Produksi Kopi (X 1 )
2,320
3,542* ±1,771
Volume ekspor tahun sebelumnya (X 2 )
0,223
1,110 ns ±1,771
Harga Ekspor kopi (X 3 )
1,304
2,233* ±1,771
Harga Domestik Kopi (X 4 )
-0,363
-0,950 ns ±1,771
Harga ekspor teh (X 5 )
-1,107
-2,793* ±1,771
Kurs dollar AS terhadap Rupiah (X 6 )
0,591
1,950* ±1,771 Sumber : Hasil Analisis Data Sekunder
Keterangan : *
: berpengaruh pada tingkat kepercayaan 90% Ns : tidak berpengaruh atau tidak signifikan Berdasarkan tabel diketahui nilai t hitung untuk masing-masing variabel bebas hasil dari perhitungan. Variabel bebas yang mempunyai nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel adalah variabel yang secara individu berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah.
Variabel-variabel tersebut yaitu Produksi Kopi Jawa Tengah (X 1 ), Harga Ekspor Kopi Jawa Tengah (X 3 ), Harga Ekspor Teh Jawa Tengah (X 5 ), dan Kurs dollar AS terhadap Rupiah (X 6 ). Sedangkan Volume ekspor tahun sebelumnya (X 2 ) dan harga domestik kopi Jawa Tengah (X 4 ) mempunyai nilai t hitung yang lebih kecil dari nilai t tabel, sehingga dapat diartikan bahwa kedua variabel tersebut secara individu tidak berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah.
Nilai t hitung variabel yaitu Produksi Kopi Jawa Tengah (X 1 ), Harga Ekspor Kopi Jawa Tengah (X 3 ), dan Kurs dollar AS terhadap Rupiah (X 6 ) masing - masing sebesar 3,542; 2,233; dan 1,950 lebih besar
dari nilai t tabel α 10% sebesar 1,771 dan variabel harga ekspor Teh Jawa Tengah (X 5 ) memiliki nilai t hitung - 2,793, lebih kecil dari t tabel α 10%
sebesar -1,771. Artinya keempat variabel tersebut berpengaruh secara parsial terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 90%.
commit to user
4. Standar Koefisien Regresi Variabel bebas yang paling berpengaruh diketahui dari perhitungan nilai standar koefisien regresi atau beta coefficient. Perhitungan ini dilakukan untuk variabel-variabel yang secara individual berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. Hasil perhitungan sebagai berikut. Tabel 28. Nilai Standar Koefisien Regresi Tiap Variabel Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah
Variabel
Standar koefisien Regresi
Peringkat
Produksi Kopi (X 1 )
5,7941
Harga ekspor Kopi (X 3 )
1,8313
Harga ekspor Teh (X 5 )
-1,7833
Kurs (X 6 )
1,0457
4 Sumber : Hasil analisis data sekunder
Tabel 28 diatas menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai koefisien regresi terbesar adalah variabel Produksi kopi Jawa Tengah dengan nilai sebesar 5,7941 dengan hubungan positif. Hal ini berarti bahwa variabel bebas produksi kopi Jawa Tengah memberikan pengaruh yang terbesar dibandingkan dengan variabel lain yang digunakan dalam model. Hubungan positif menjelaskan bawa bila terjadi kenaikan produksi kopi, maka volume ekspor kopi Jawa Tengah akan turut meningkat, begitu juga sebaliknya.
5. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Model yang telah diperoleh harus diuji terlebih dahulu untuk memastikan bahwa model tersebut sudah memenuhi syarat sebagai model yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) atau belum. Pengujian model agar termasuk dalam BLUE dilakukan dengan uji multikolineritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
a. Multikolineritas Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh
commit to user
karena itu, untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai matrik Pearson Correlation (PC<0,9) (Ghozali, 2001). Hasil dari analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation yang terbesar adalah 0,897, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi multikolinieritas.
b. Autokorelasi Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana dalam suatu persamaan regresi terdapat hubungan atau korelasi antara kesalahan penggangu. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W). Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan adalah :
1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.
2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat
disimpulkan.
3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu sebesar 2,193 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di antara 1,21 < DW < 1,65.
c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan diagram scatterplot. Berdasarkan diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, ini berarti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
6. Elastisitas Ekspor Kopi Pengukuran elastisitas ekspor bertujuan untuk mengetaui seberapa besar perubahan yang terjadi pada volume ekspor kopi Jawa Tengah apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel bebas yang
commit to user
mempenaruhinya. Dengan menggunakan model regresi log-ganda, maka koefisien kemiringan (slope coefficient) atau koefisien regresi (b 1 ) dari masing masing variabel bebas merupakan ukuran elastisitas variabel tidak bebas
variabel bebas yangmempengaruhinya. Koefisien regresi yang selanjutnya disebut koefisien elastisitas dihitung hanya pada variabel bebas yang secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel volume ekspor kopi. Adapun koefisien elastisitas masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 29. Nilai Koefisien Elstisitas Variabel-variabel bebas yang
Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah
Variabel
Koefisien Elastisitas
Keterangan
Produksi Kopi (X 1 )
2,320
Elastis
Harga ekspor Kopi (X 3 )
1,304
Elastis
Harga Ekspor Teh (X 5 )
-1,107
Elastis
Kurs (X 6 )
0,591
inelastis Sumber: Hasil analisis data sekunder
Berdasar tabel dapat diketahui bahwa nilai koefisien elastisitas dari produksi kopi Jawa Tengah dan harga ekspor kopi Jawa Tengah memiliki nilai elastisitas yang lebih dari satu (Es>1) dengan arah hubungan yang positif. Hal ini berarti penawaran ekspor kopi Jawa Tengah bersifat elastis terhadap perubahan yang terjadi pada Produksi kopi Jawa Tengah dan harga ekspor kopi Jawa Tengah. Dengan demikian volume ekspor kopi Jawa Tengah akan mengalami perubahan ketika produksi kopi Jawa Tengah dan harga ekspor kopi Jawa Tengah berubah, dengan presentase perubahan jumlah volume ekspor kopi Jawa Tengah lebih besar daripada presentase perubahan variabel-variabel bebas tersebut. Sehingga adanya perubahan kecil pada kedua variabel bebas tersebut akan menyebabkan perubahan volume ekspor kopi yang lebih besar.
Nilai elastisitas produksi kopi Jawa Tengah sebesar 2,320. Artinya apabila terjadi peningkatan produksi kopi sebesar 10% maka akan meningkatkan volume ekspor kopi sebesar 23,20% dalam kondisi
commit to user
normal, begitu pula sebaliknya. Variabel harga ekspor kopi memiliki nilai koefisien elastisitas sebesar 1,304. Artinya apabila terjadi peningkatan harga ekspor kopi sebesar 10% maka akan meningkatkan volume ekspor kopi sebesar 13,04% dalam kondisi normal.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa nilai koefisien elastisitas variabel harga ekspor teh Jawa Tengah lebih dari satu, yang berarti volume ekspor kopi Jawa Tengah bersifat elastis terhadap harga ekspor teh Jawa Tengah, akan tetapi dengan arah yang negatif. Nilai koefisien elastisitas variabel harga ekspor teh sebesar -1,107 artinya apabila terjadi kenaikan harga ekspor teh sebesar 1% maka akan menurunkan volume ekspor kopi Jawa Tengah sebesar 1,107%. Hal ini dikarenakan teh merupakan barang subtitusi dari kopi, apabila di pasar internasional harga teh lebih tinggi dari pada harga kopi, maka eksportir akan beralih untuk meningkatkan penawaran teh dan mengurangi penawaran kopi di pasar internasional.
Sedangkan nilai tukar dollar AS terhadap Rupiah memiliki nilai koefisien elastisitas yang yang lebih kecil dari satu (Es<1), yaitu sebesar 0,591. Hal ini berarti penawaran ekspor kopi Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan yang terjadi pada kurs dollar AS terhadap Rupiah, atau bila terjadi peningkatan 1% terhadap kurs dollar AS terhadap Rupiah, maka akan menyebabkan peningkatan volume ekspor sebesar 0,591%.