Sodium Hipoklorit Jenis bahan irigasi

pada saluran akar. Bahan irigasi yang optimal biasanya merupakan gabungan dari dua atau beberapa larutan irigasi untuk mencapai tujuan irigasi yang aman dan efektif, karena tidak semua larutan irigasi memiliki seluruh sifat-sifat ideal dari larutan irigasi. Oleh karena itu, banyak senyawa digunakan sebagai bahan irigasi yang telah dimodifikasi secara kimia dan telah dikembangkan untuk meningkatkan penetrasi dan efektivitas dari bahan irigasi. 4 Syarat ideal dari bahan irigasi : 1,4,7 • Membantu debridement dari saluran akar • Melarutkan debris dan jaringan nekrotik pada daerah yang tidak dapat dicapai saat instrumentasi. Bahan irigasi dapat melarutkan dan memisahkan jaringan lunak dan jaringan keras serta sisa-sisa debris. Dan juga memiliki kemampuan melarutkan bahan anorganik. • Tegangan permukaan yang rendah. Larutan irigasi harus memiliki tegangan permukaan yang rendah agar dapat dengan mudah mengalir pada daerah yang tidak tercapai. • Tidak toksik, sterilisasi dan desinfeksi • Lubrikasi akan membantu instrumen pada saat menyusuri saluran akar • Mengangkat smear layer. Larutan irigasi harus dapat mencegah terbentuknya smear layer selama instrumentasi dan setelah itu mengangkat smear layer tersebut.

2.3 Jenis bahan irigasi

2.3.1 Sodium Hipoklorit

Sodium hipoklorit merupakan larutan berwarna hijau kuning dengan bau yang kuat dari klorin serta mudah larut dengan air dan akan terurai oleh cahaya. Sodium hipoklorit diperkenalkan pertama kali saat Perang Dunia I oleh Henry Drysdale Dakin untuk merawat luka infeksi. 7 Sodium hipoklorit adalah irigasi alkalin yang memiliki pH 11-12.Pada tahun 1936 oleh walker menyarankan menggunakan sodium Universitas Sumatera Utara hipoklorit untuk perawatan saluran akar. Oleh Grossman mendemonstrasikan tentang kemampuan soda chlorinated sodium hipoklorit 5 dalam melarutkan jaringan. 7 Sekarang ini konsentrasi dari sodium hipoklorit masih menjadi perdebatan beberapa peneliti menyarankan 5.25 Harisson, yang lain menyatakan konsentrasi 3 atau 0.5 Spangberg et al, Baumgartner dan Cuenin . 3 Sodium hipoklorit telah digunakan sebagai salah satu bahan irigasi yang efektif terhadap bakteri spektrum luas dan melarutkan jaringan nekrotik. Keuntungannya juga sebagai desinfektan dengan melepaskan chloramies. 8 Menurut Spanberg bahwa sodium hipoklorit 0.5 cukup untuk membuktikan dalam membunuh kuman dengan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan sodium hipoklorit 5. 7 Sodium hipoklorit meningkatkan kemampuannya dalam melarutkan jaringan jika terjadi peningkatan temperatur dari larutan tersebut. Sodium hipoklorit dapat melarutkan sisa pulpa vital atau nekrotik, komponen organik dari dentin, komponen organik dari smear layer. Tetapi sodium hipoklorit belum memiliki kemampuan yang sempurna dalam mengangkat smear layer. 21 Telah diteliti sodium hipklorit beraksi dengan organik dan asam lemak maka akan berubah membentuk sabun soap dan glycerol alkohol dari asam lemak, yang mana dapat menurunkan tegangan permukaan. 20,21 Gambar 3. Reaksi Sodium Hipoklorit dan Asam Lemak Sodium hipoklorit juga dapat menetralisir asam amino menjadi air dan garam. HOCl - merupakan senyawa yang dihasilkan dari sodium hipoklorit, saat berkontak dengan jaringan organik maka jaringan tersebut akan larut, dan akan menghasilkan Gliserin Asam lemak Natrium Hidroksida Sabun Universitas Sumatera Utara chlorine yang mana akan berkombinasi dengan protein amino yang disebut chloramines yang dapat menghambat metabolisme sel dari bakteri. 20,21 Gambar 4. Reaksi Sodium Hipoklorit dan Asam amino Gambar 5. Reaksi Chloramine Bagaimanapun juga telah dibuktikan bahwa sodium hipoklorit toksik terhadap jaringan vital, dapat menyebabkan hemolisis, ulser, dan kematian jaringan Phasley et al. Oleh Becking melaporkan 3 kasus karena terjadi ekstrusi sodium hipoklorit ke jaringan periapikal yang mana menyebabkan pembengkakan, rasa sakit, dan parastesi. Oleh Kaufman dan Keila melaporkan adanya kasus hipersensitivitas terhadap sodium hipoklorit. Oleh Ehrich et al melaporkan adanya pasien yang tidak menyukai rasa dari sodium hipoklorit. Sodium hipoklorit juga korosif terhadap metal dan dapat merusakkan instrumen saat instrumentasi. 3,8 Asam amino Natrium Hidroksida Garam Air Asam amino Asam Hipoklorit Chloramine Air Universitas Sumatera Utara Adapun keuntungan dari sodium hipoklorit: 7 • Kemampuan mengalirkan debris dari saluran akar • Kemampuan melarutkan jaringan • Aksi antimikrobialnya dan bleaching • Aksi lubrikasi Sedangkan, kerugiannya dari sodium hipoklorit: 7 • Akan menyebabkan iritasi pada jaringan jika terjadi ekstrusi ke jaringan periapikal. • Dapat menyebakan inflamasi ginggiva • Karena tegangan permukaannya tergolong tinggi sehingga kemampuan dalam melembabkan dentin berkurang. • Memiliki bau yang tidak menyenangkan • Memiliki rasa yang tidak enak • Uap dari sodium hipoklorit tersebut dapat mengiritasi mata • Memiliki sifat korosif sehingga dapat merusak instrumen. 2.3.2 Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida merupakan larutan irigasi yang tidak memiliki bau tidak sedap. Larutan irigasi yang biasa digunakan adalah 3 hidrogen peroksida. Larutan ini sangat tidak stabil dan sangat mudah terdekomposisi oleh panas dan cahaya. Larutan ini akan cepat berdekompisisi menjadi H 2 O + O air dan oksigen. Saat larutan berkontak dengan enzim-enzim katalase yang ada dijaringan dan peroksida maka O akan memiliki efek sebagai bakterisidal. Tetapi reaksi ini tidak akan bertahan lama dan akan berkurang karena adanya komponen organik dari debris. Senyawa O jika berekasi dengan komponen organik dari jaringan akan menghasilkan gelembung-gelembung sehingga dapat mengangkat jaringan nekrotik dan debris-debris yang ada ke permukaan. 7 Bagaimanapun juga hydrogen peroksida tidak dapat digunakan sebagai larutan irigasi tunggal, karena dapat berekasi dengan debris – debris dipulpa dan darah Universitas Sumatera Utara sehingga memproduksi gas yang dapat meningkatkan tekanan di dalam gigi sehingga menghasilkan rasa sakit. 7 2.3.3 Klorheksidin Klorheksidin pertama kali dikembangan pada tahun 1940 pada penelitian laboratorium dan merupakan basa kuat dan bentuknya lebih stabil. Klorheksidin cukup popular sebagai larutan irigasi dan medikamen intrakanal. Larutan ini menunjukkan aktifitas yang optimal sebagai antimikrobial pada pH 5.5-7.0. 7 Klorheksidin biasa digunakan sebagai desinfeksi karena antimikrobial spektrum luas dan memiliki toksisitas yang rendah. Salah satu sifat yang sangat popular dari klorheksidin adalah subtansivitasnya karena CHX dapat berikatan dengan jaringan keras dan tetap bersifat antimikrobial. Pada konsentrasi 2 dan 0.2 klorheksidin akan menyebabkan aktivitas antimikrobial yang berkelanjutan selama 72 jam jika digunakan sebagai bahan irigasi. Mekanisme antibakterinya terkait dengan stuktur molekul cationic bisbiguanide. Klorheksidin dapat menembus dinding sel mikroba atau lapisan terluar dari membrane tersebut dan menyerang sitoplasma bakteri atau plasma membran dari jamur. 4,7 Klorheksidin dapat digunakan sebagai irigasi pada konsentrasi 2. Pada klorheksidin 2, larutan ini sifat antimicrobial sama dengan 5.25 sodium hipoklorit dan lebih efektif terhadap Enterecoccus faecalis. Beberapa penelitian telah membandingkan efek antibakteri pada sodium hipoklorit dan 2 klorheksidin terhadap infeksi intrakanal. Hasilnya sedikit menunjukkan atau hampir tidak ada perbedaan dari efektivitas antimicrobial dari masing-masing larutan. 4 Klorheksidin dapat bekerja sebagai antiseptik yang mana sangat berguna dalam mengontrol plak didalam rongga mulut pada konsentrasi 0.2. Pada konsentrasi rendah sifatnya akan menjadi bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi yang tinggi klorheksidin akan menyebabkan koagulasi dan presipitasi dari sitoplasma dan bersifat bakterisid. 7 Klorheksidin tidak memiliki beberapa karakteristik yang tidak diinginkan dari sodium hipoklorit seperti bau yang tidak menyenangkan dan iritasi pada jaringan periapikal. Bagaimanapun juga, klorheksidin tidak memiliki Universitas Sumatera Utara kemampuan melarutkan jaringan dan mengangkat smear layer, oleh karena itu bahan tersebut tidak dapat menggantikan sodium hipoklorit. 4 Adapun keuntungan dan kegunaan dari klorheksidin: 7 1. Pada konsentrasi 2 larutan ini dapat digunakan sebagai bahan irigasi 2. Pada konsentrasi 0.2 larutan ini dapat digunakan sebagai control plak 3. Lebih efektif terhadap bakteri gram positif Sedangkan kerugian dari klorheksidin : 7 1. Tidak disarankan sebagai standar bahan irigasi untuk perawatan endodonti 2. Tidak dapat melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik 2.3.4 Ethylene Diaminetetraacetate EDTA Untuk membersihkan saluran akar dibutuhkan bahan irigasi yang dapat melarutkan bahan organik dan inorganik. EDTA efektif melarutkan senyawa anorganik. Larutan ini hampir tidak memiliki efek terhadap jaringan organik dan jika larutan ini digunakan secara tunggal maka EDTA tidak memiliki sifat antibakterial. 4 EDTA merupakan bahan irigasi chelator yang paling sering digunakan dalam perawatan saluran akar. Bahan irigasi chelator amat penting dalam pembersihan saluran akar karena kemampuannya dalam mengeliminasi jaringan anorganik seperti smear layer. 5 Konsentrasi EDTA yang biasa digunakan dalam perawatan saluran akar adalah 10-17. 4,22 Bentuk sediaan EDTA terdapat 2 tipe, yaitu berbentuk pasta dan berbentuk cairan. Penelitian Chen Chang menunjukkan bahwa EDTA dalam bentuk cairan lebih efektif dalam mengeliminasi smear layer, terutamanya pada 13 apikal saluran akar. Peneliti berpendapat bahwa EDTA yang berbentuk pasta tidak dapat mengalir ke 13 apikal saluran akar karena konsistensinya yang lebih padat. 23 EDTA yang biasa digunakan adalah konsentrasi 17. Beberapa kasus melaporkan beberapa konsentrasi yang lebih rendah dari EDTA 10, 5 ataupun 1 dapat mengangkat smear layer dan hampir sama efektifnya dengan NaOCl. 4 EDTA tidak mempunyai efek antibakteri dan tidak dapat melarutkan jaringan organik sehingga smear layer tidak dapat dieliminasi dengan hanya aplikasi EDTA. Hal ini Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Struktur Senyawa Kitin karena smear layer terdiri dari jaringan anorganik dan organik, yaitu debris dentin, sisa jaringan pulpa, sisa sel odontoblast, mikroorganisme dan sel-sel darah. 5 Maka, kombinasi NaOCl dan EDTA secara penggantian dianjurkan untuk mendapatkan efek eliminasi smear layer dan mikroorganisme yang maksimum. 22 Mekanisme EDTA dalam mengeliminasi jaringan anorganik merupakan demineralisasi jaringan anorganik sehingga terlarut dalam bahan irigasi. 22 EDTA bereaksi dengan jaringan anorganik dan menggantikan ion kalsium dengan ion natrium sehingga membentuk senyawa yang dapat terlarut dalam bahan irigasi. 23 Maka, waktu aplikasi EDTA harus dikendali dengan baik agar tidak terjadi demineralisasi pada dentin radikular yang dapat melemahkan struktur jaringan gigi. Waktu aplikasi EDTA yang dianjurkan adalah 1 menit. 24

2.4 Kitosan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Bahan Irigasi Antara Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) dengan Sodium Hipoklorit dan EDTA terhadap Smear Layer Saluran Akar Gigi (Studi SEM)

13 65 131

Perbandingan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.), Sodium Hipoklorit, dan EDTA Sebagai Bahan Irigasi Terhadap Kebersihan Smear Layer (Studi Scanning Electron Microscopic).

0 1 18

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 8 13

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 2

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 6

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 26

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 4

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 12

2.1 Smear Layer dalam Endodontik - Pengaruh Tindakan Irigasi Dengan Kitosan Blangkas (Tachypleus Gigas), Sodium Hipoklorit Dan Edta Terhadap Penyingkiran Smear Layer (Penelitian In Vitro)

0 1 18

PENGARUH TINDAKAN IRIGASI DENGAN KITOSAN BLANGKAS (Tachypleus gigas), SODIUM HIPOKLORIT DAN EDTA TERHADAP PENYINGKIRAN

0 0 15