Irigasi dalam Perawatan Endodonti

dentin dapat mencapai 40 µm. 5,6 Branstrom dan Johnson serta Mader et al menyimpulkan bahwa fenomena dapat masuknya smear layer ke dalam tubulus dentin merupakan aksi dari burinstrument. Cengiz et al memperkirakan bahwa penetrasi smear layer kedalam tubulus dentin terjadi karena adanya aksi kapiler yang menghasilkan gaya adhesive antara tubulus dentin dan material smear layer. 6 Banyak bakteri yang dapat terdeteksi pada smear layer yang ada pada dinding saluran akar. Mengingat bahwa kompleksnya morfologi saluran akar dan beberapa permukaan saluran akar yang tidak dapat dicapai instrumentasi endodontik. Maka sangat mungkin beberapa jumlah bakteri tertinggal dalam saluran akar. Itu berarti bahwa bakteri pada seluruh permukaan saluran akar dan di tubulus dentin dari saluran akar dapat terinfeksi. Bakteri tersebut kemungkinan dapat berkembang pada smear layer ini. 5 Banyak hal yang dapat mempengaruhi terbentuknya smear layer. Beberapa hal diantaranya sesuatu yang dapat tidak dapat dimodifikasi seperti morfologi saluran akar, kurva saluran akar dan beberapa hal yang dapat dimodifikasi adalah pemilihan instrumentasi, teknik preparasi step-back , crown-down dan lainnya. 5

2.2 Irigasi dalam Perawatan Endodonti

Dari tahun ke tahun, banyak jenis bahan irigasi yang telah digunakan dan dikembangkan untuk mencapai kesuksesan endodonti dalam melarutkan jaringan dan mencegah kontaminasi ulang dari bakteri. Kesuksesan perawatan saluran akar ditentukan berdasarkan diagnosa dan perencanaan perawatan yang akan diberikan mengaplikasikan pengetahuan tentang morfologi gigi dan anatomi saluran akar dan melakukan debridemen, desinfeksi dan obturasi. 4 Saluran akar dapat dibentuk dengan manual atau rotary instrumen seiring dengan irigasi untuk mengangkat jaringan nekrotik, mikrobabiofilm, dan sisa-sisa dari saluran akar. Beberapa penelitian dengan menggunakan teknik canggih seperti microcomputed tomography CT scanning telah menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa daerah didinding saluran akar yang tidak tersentuh oleh instrumen, maka dari itu peneliti tersebut menekankan pentingnya irigasi dalam cleaning dan shaping Universitas Sumatera Utara pada saluran akar. Bahan irigasi yang optimal biasanya merupakan gabungan dari dua atau beberapa larutan irigasi untuk mencapai tujuan irigasi yang aman dan efektif, karena tidak semua larutan irigasi memiliki seluruh sifat-sifat ideal dari larutan irigasi. Oleh karena itu, banyak senyawa digunakan sebagai bahan irigasi yang telah dimodifikasi secara kimia dan telah dikembangkan untuk meningkatkan penetrasi dan efektivitas dari bahan irigasi. 4 Syarat ideal dari bahan irigasi : 1,4,7 • Membantu debridement dari saluran akar • Melarutkan debris dan jaringan nekrotik pada daerah yang tidak dapat dicapai saat instrumentasi. Bahan irigasi dapat melarutkan dan memisahkan jaringan lunak dan jaringan keras serta sisa-sisa debris. Dan juga memiliki kemampuan melarutkan bahan anorganik. • Tegangan permukaan yang rendah. Larutan irigasi harus memiliki tegangan permukaan yang rendah agar dapat dengan mudah mengalir pada daerah yang tidak tercapai. • Tidak toksik, sterilisasi dan desinfeksi • Lubrikasi akan membantu instrumen pada saat menyusuri saluran akar • Mengangkat smear layer. Larutan irigasi harus dapat mencegah terbentuknya smear layer selama instrumentasi dan setelah itu mengangkat smear layer tersebut.

2.3 Jenis bahan irigasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Bahan Irigasi Antara Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) dengan Sodium Hipoklorit dan EDTA terhadap Smear Layer Saluran Akar Gigi (Studi SEM)

13 65 131

Perbandingan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.), Sodium Hipoklorit, dan EDTA Sebagai Bahan Irigasi Terhadap Kebersihan Smear Layer (Studi Scanning Electron Microscopic).

0 1 18

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 8 13

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 2

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 6

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 26

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 4

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 12

2.1 Smear Layer dalam Endodontik - Pengaruh Tindakan Irigasi Dengan Kitosan Blangkas (Tachypleus Gigas), Sodium Hipoklorit Dan Edta Terhadap Penyingkiran Smear Layer (Penelitian In Vitro)

0 1 18

PENGARUH TINDAKAN IRIGASI DENGAN KITOSAN BLANGKAS (Tachypleus gigas), SODIUM HIPOKLORIT DAN EDTA TERHADAP PENYINGKIRAN

0 0 15