Kerangka Konsep KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konsep

Perawatan Saluran Akar PSA Desinfeksi Cleaning and Shaping Obturasi Saluran Akar Teknik Preparasi Saluran Akar Larutan Irigasi ethylenediaminetetraaceticacid EDTA Sodium Hipoklorit Kitosan Molekul Tinggi EDTA + Sodium Hipoklorit • EDTA dapat melarutkan jaringan anorganik, yaitu dengan melarutkan dentin • Sodium hipoklorit dapat melarutkan senyawa organik Sodium Hipoklorit + Kitosan Molekul Tinggi • Sodium hipoklorit dapat bereaksi dengan senyawa organik • Kitosan molekul tinggi dapat bereaksi dengan senyawa anorganik Tingkat Kebersihan Permukaan Dinding Saluran Akar Larutan irigasi yang paling efektif dalam pengangkatan smear layer ??? Kitosan Molekul Tinggi • Kitosan molekul tinggi mempunyai sifat sebagai chelating, yang mana dapat bereaksi dengan jaringan anorganik Universitas Sumatera Utara Perawatan saluran akar dapat dibagi dalam tiga fase triad endodontics yaitu : preparasi biomekanis saluran akar pembersihan dan pembentukanpemberian bentuk, disinfeksi dan obturasi. Langkah pertama untuk pembersihan dan pembentukan saluran akar adalah mendapatkan orifisi yang benar ke saluran akar agar membantu penetrasi bahan irigasi pada perawatan saluran akar. Langkah selanjutnya adalah eksplorasi saluran akar, ekstirpasi jaringan pulpa yang masih tertinggal dan debridemen jaringan nekrotik dan verifikasi pembuktian kedalaman instrumen. Langkah ini diikuti oleh instrumentasi, irigasi dan debridemen yang benar, serta disinfeksi sanitization saluran akar. Obturasi biasanya melengkapi prosedur. Irigasi adalah pengambilan fragmen kecil-kecil debris organik dan serpihan dentin dari saluran akar. Tindakan irigasi adalah salah satu kunci keberhasilan dalam perawatan endodonti. Sebab jika diabaikan dapat menyebabkan kegagalan perawatan endodonti. Karena dinding saluran akar yang tidak bersih dapat menjadi tempat persembunyian bakteri, mengurangi perlekatan bahan pengisi saluran akar dan meningkatkan celah apikal. Fungsi utama bahan irigasi adalah membuang debris dari saluran akar, bahan irigasi bisa pula memiliki sifat lain yang dapat membantu pembersihan dan pembentukan saluran akar. Adapun sifat bahan irigasi yang ideal adalah merupakan pelarut debris atau pelarut jaringan, tidak toksis, memiliki tegangan permukaan rendah, sebagai pelumas, serta mampu membuang smear layer. Salah satu bahan irigasi tersebut adalah sodium hipoklorit yang sangat banyak digunakan. Konsentrasi yang biasa digunakan adalah 2,5. Keuntungan dari penggunaan sodium hipoklorit ini adalah sifat antimikrobialnya, kemampuan melarutkan jaringan, aksi lubrikasinya dan lain-lain. Tetapi disamping itu kerugian dari sodium hipoklorit adalah toksisitasnya sehingga dapat mengiritasi jaringan jika terjadi ekstrusi ataupun dapat mengiritasi ginggiva. Sodium hipoklorit dapat juga dikombinasikan dengan EDTA 17. Sebab EDTA memiliki aksi lubrikasi, serta memiliki keuntungan dapat melarutkan senyawa dari dentin sehingga dapat lebih mudah membentuk atau memanipulasi saluran akar. Tetapi efek toksisitas dari NaOCl tetap ada. Sehingga banyak dilakukan penelitian tentang bahan irigasi lain untuk dijadikan sebagai bahan irigasi menggantikan sodium hipoklorit. Universitas Sumatera Utara Larutan alternatif yang akan digunakan sebahai bahan irigasi tersebut adalah kitosan bermolekul tinggi. Kitosan banyak digunakan dalam perindustrian ataupun di bidang kesehatan. Sebab memiliki sifat yang sangat biokompatibel, biodegradable, antimirobial dapat berekasi dengan zat-zat organik seperti protein dan lain-lain. Kitosan juga sudah diteliti agar dapat menjadi bahan irigasi. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa kitosan 0,2 dapat mengangkat smear layer dari permukaan dentin. Maka dari itu, kitosan molekul tinggi yang berasal dari cangkang blangkas diteliti untuk melihat kemampuannya dalam mengangkat smear layer.

3.2 Hipotesa

Dokumen yang terkait

Pengaruh Bahan Irigasi Antara Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) dengan Sodium Hipoklorit dan EDTA terhadap Smear Layer Saluran Akar Gigi (Studi SEM)

13 65 131

Perbandingan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.), Sodium Hipoklorit, dan EDTA Sebagai Bahan Irigasi Terhadap Kebersihan Smear Layer (Studi Scanning Electron Microscopic).

0 1 18

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 8 13

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 2

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 6

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 26

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 4

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 12

2.1 Smear Layer dalam Endodontik - Pengaruh Tindakan Irigasi Dengan Kitosan Blangkas (Tachypleus Gigas), Sodium Hipoklorit Dan Edta Terhadap Penyingkiran Smear Layer (Penelitian In Vitro)

0 1 18

PENGARUH TINDAKAN IRIGASI DENGAN KITOSAN BLANGKAS (Tachypleus gigas), SODIUM HIPOKLORIT DAN EDTA TERHADAP PENYINGKIRAN

0 0 15