BIDANG PENDIDIKAN Persoalan Pajak

2012 tuk memberikan bantuan nyata untuk mengatasi penderitaan kaum etnis Rohingya. 3. PBNU mendesak pemerintah Myanmar agar segera merevisi Undang-Undang Kewarganegaraan untuk mengakui hak et- nis Rohingya sebagai warga Negara Myanmar dengan sege- nap hak politik, hak ekonomi, dan hak sosial budaya.

C. Nuklir Iran

Perkembangan isu senjata nuklir Iran yang dikaitkan dengan tekanan, ancaman, dan sanksi negara-negara Barat dan seku- tunya sejatinya menjadi lambang upaya memperkuat dominasi Barat dan Israel di Kawasan Timur Tengah. Hal itu sekaligus men- jadi bukti standar ganda Barat yang tidak adil dan diskriminatif di Timur Tengah, di mana Iran dilarang mempunyai senjata nuk- lir tuduhan yang belum terbukti dan selalu dibantah pihak Iran sementara Barat mendiamkan bahkan mendukung keberadaan senjata-senjata nuklir milik Israel. Rekomendasi: PBB, OKI, Liga Arab, dan Gerakan Non Blok agar memainkan peran lebih besar sebagai mediator dan fasilitator yang adil guna meredakan ketegangan antara Iran dengan Barat dan Israel serta menciptakan kawasan Timur Tengah yang damai, melalui dialog konstruktif dan obyektif antar berbagai pihak yang terlibat dalam masalah tersebut.

D. Konlik Suriah

Perkembangan Konlik di Suriah secara nyata menunjukkan telah dijalankannya strategi serta intervensi Barat, Israel, dan beberapa negara Arab pro-Barat terhadap masalah dalam negeri Suriah. Praktik pelanggaran hukum Internasional dan fatsun hubungan Internasional di antara negara-negara yang berdaulat di negara Suriah tersebut sejatinya dilakukan untuk memecah belah bangsa Suriah, khususnya umat Islam Suriah. Seperti yang terjadi di Libya, diperkirakan skenario berikutnya akan diupayakan terbentuknya pemerintahan baru Suriah yang pro Barat. Di lain pihak, pemerin- tah Suriah melakukan berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap rakyatnya sendiri yang tidak bisa dibenarkan. Rekomendasi: 1. PBNU agar mendesak Liga Arab, Organisasi Konferensi Islam OKI, PBB, dan Gerakan Non Blok segera mengambil langkah nyata sebagai mediator dan fasilitator untuk mencari penyele- saian melalui resolusi konlik dan rekonsiliasi sosial di Suriah secara adil, tidak merugikan rakyat dan pemerintah Suriah. 2. Penyelesaian masalah Suriah agar mengacu pada prinsip menghormati kedaulatan negara Suriah, larangan intervensi pihak asing dengan alasan apapun, gencatan senjata dan terwujudnya ketertiban umum, terselenggaranya dialog dan perjanjian perdamaian antar kelompok yang bertikai.

6. INTERNAL ORGANISASI NAHDLATUL ULAMA

A. Nahdlatul Ulama NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang ikut secara langsung mendirikan republik ini, telah banyak mem- beri kontribusi terhadap perjalanan bangsa dan negara ini. Lewat tokoh-tokohnya, NU telah banyak memberi solusi berupa pe- mikiran dan praktik-praktik kenegaraan yang mencerahkan ter- hadap kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama menyang- kut hubungan antar agama dan negara. Di antara para tokoh itu adalah KH. Wahab Chasbullah dan KH. Abdurrahman Wahid. Dengan berbagai pemikiran dan praktik-praktik kenegaraan yang diperagakan oleh kedua tokoh tersebut, sudah selayaknya apabila negara memberikan apresiasi dan penghargaan yang layak bagi kedua tokoh tersebut. Rekomendasi: Merekomendasikan kepada PBNU untuk memperjuangkan lebih lanjut terhadap usulan pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada salah satu pendiri Nahdlatul Ulama KH. Wahab Chasbullah, serta mantan Presiden Republik Indonesia ke-4 KH. Abdurrahman Wahid. B. NU perlu menegaskan kembali bahwa akidah Ahlussunnah wal jama’ah adalah nilai dasar, sedangkan sebagai organisasi, NU adalah alat pembawa misi dari akidah tersebut. Warga Nahdliy- yin harus menjadi manusia yang sadar akan posisi akidahnya di 2012 tengah akidah dan kepercayaan yang lain. Jajaran organisasi NU mulai dari pusat sampai ranting perlu memperkuat penyebaran akidah Ahlussunnah wal jama’ah berupa penataran secara mel- uas dan berjenjang, mulai dari internal pengurus, pesantren, ma- drasah, sekolah, lembaga NU, Banom, dan masyarakat umum. Ada kebutuhan di jajaran organisasi NU dari pusat sampai daerah untuk mengembangkan pola pengkaderan dengan sistem stelsel aktif berdasarkan jenjang penataran yang telah diikuti. Pengkad- eran berdasarkan stelsel aktif belum menjadi dasar pertimbangan -selain intensitas keaktifan dalam organisasi, dalam penempatan posisi setiap kepengurusan NU, mulai dari pusat sampai daerah. Rekomendasi: 1. PBNU menimbang ulang posisi NU agar tidak semata-mata menjadi organisasi kemasyarakatan ormas yang longgar dan terbuka, tetapi sekaligus menjadi organisasi kader yang me- miliki kader inti. 2. Pimpinan NU di semua tingkatan, kiai-kiai dan da’i-da’i NU agar mengefektifkan kembali ruh dakwah NU. C. NU telah mengalami perubahan kiprahnya dari organisasi sosial keagamaan tahun 1926 menjadi partai politik pada tahun 1952, kemudian pada tahun 1984 pada Muktamar ke 27, NU kembali ke khittah NU 26 jam’iyah diniyah ijtima’iyah. Perubahan-pe- rubahan itu membawa perubahan pada AD-ART yang dihasilkan oleh Muktamar. Perubahan ADART memang seringkali tak dapat dihindari. Akan tetapi, perlu diikrkan dengan mendalam apakah perlu diputuskan bagian-bagian ADART yang telah lalu yang bisa dipertahankan, dan yang tak bisa dipertahankan. Rekomendasi: 1. Agar Muktamar yang akan datang menempatkan kembali Kh- ittah 1926 sebagai kuputusan yang tidak bisa diubah-ubah. 2. ADART yang sudah dihasilkan pada Muktamar ke-27 tahun 1984 ditetapkan sebagai ADART dasar yang dipakai untuk menata kembali ADART yang dihasilkan sesudahnya. 3. Perubahan ADART yang dilakukan terhadap ADART yang tersebut pada poin 2, hanya bersifat amandemen. D. Jajaran pengurus NU dari pusat dan daerah perlu mengembang- kan manajemen organisasi dan kinerja yang efektif. Organisasi yang efektif bila kinerja manajerialnya berorientasi kepada real- isasi program dan pencapaian tujuan. Organisasi NU akan men- jadi mati suri bila tanpa ada program yang terrealisir dan tujuan organisasi yang tercapai. Untuk itu, NU perlu memperkuat orien- tasi pelaksanaan program dan pencapaian tujuan dalam setiap menentukan kepengurusan tanidziyah. Rekomendasi: 1. Pengurus NU di semua tingkatan memiliki renstra organisasi secara berjenjang. 2. Pemilihan Pengurus NU hendaknya bukan semata berdasarkan pe- milihan election, tetapi sekaligus seleksi kemampuan selection. 3. Menghadapi Muktamar yang akan datang, perlu dipertim- bangkan dengan serius perlunya menggunakan kembali metode pemilihan dengan menggunakan ahlul halli wal ‘aqdi. E. Banyak warga NU yang duduk menjadi anggota legislatif, men- duduki jabatan politik dan jabatan pemerintahan. Sampai saat ini, hubungan dengan NU belum dikelola dengan baik. Padahal mer- eka dapat menjadi saluran aspirasi dan kepentingan warga NU. Rekomendasi: NU agar segera merangkul warga yang menduduki jabatan terse- but. Untuk maksud tersebut diperlukan lembaga khusus dalam NU dari tingkat pusat sampai daerah. Kempek, Cirebon, 17 September 2012 TIM PERUMUS Drs. H. Masduki Baidlawi M. Syai’ Alielha Ketua Sekretaris HASIL SIDANG KOMISI PROGRAM HASIL SIDANG KOMISI PROGRAM MUNAS ALIM ULAMA DAN KONBES NAHDLATUL ULAMA Di Pondok Pesantren Kempek, Palimanan, Cirebon Jawa Barat Tanggal, 29 Syawwal - 1 Dzul Qo’dah 1433 15-17 September 2012

I. GAMBARAN PROGRAM DASAR NAHDLATUL ULAMA HASIL MUKTAMAR KE 32 TAHUN 2010 DI MAKASSAR

A. PENDAHULUAN

Muktamar NU ke-32 di Makassar telah menetapkan Program Dasar NU yang harus dijalankan oleh PBNU periode 2010-2015, ter- masuk oleh lembagabanomlajnah, dan menjadi dasar program dan kebijakan bagi Pengurus NU di bawahnya, mulai dari wilayah sam- pai ranting. Bagi organisasi gerakan seperti NU, program-program semacam ini sangat dibutuhkan, karena melalui program seperti ini berbagai kegiatan organisasi bisa dirumuskan dan dilaksanakan. Meskipun demikian, program-program di masing-masing tingkatan organisasi NU acapkali terpisah-pisah atau berjalan sendiri sendiri. Program Dasar sebagaimana ditetapkan di dalam Muktamar belum sepenuhnya menjadi rujukan bagi semua tingkatan organisasi NU. 2012 Program Dasar yang ditetapkan oleh Muktamar Makassar itu mencakup 16 program dasar. Program-program ini dirancang tidak hanya untuk memenuhi aktivitas dari lembagabanomlajnah yang dimiliki oleh NU. Lebih dari itu merupakan cerminan dari perhatian NU, dan upaya untuk mencapai cita-cita jam’iyyah. Meskipun demiki- an, setelah setengah perjalanan Kepengurusan PBNU 2010-2015, dibutuhkan langkah yang lebih sistematis, strategis dan terarah, agar program-program tersebut bisa lebih mudah dilaksanakan. Hal ini dilakukan, antara lain, agar program-program yang ada itu tidak tumpang tindih satu sama lain, dan lebih jelas lembagabanomlaj- nah mana yang mengerjakannya. Sistematisasi itu dilakukan melalui pendekatan kluster, yaitu mengelompokkan program-program itu ke dalam kelompok tertentu. Pengelompokkan itu sendiri bersumberkan pada upaya un- tuk mencapai tujuan didirikannya NU, di bidang sosial keagamaan. Di awal-awal pendirian, para ulama memiliki tiga semangat di dalam mendirikan NU, yaitu untuk mempertahankan dan mengembangkan paham Aswaja, mendorong kemandirian ekonomi atau kesejahter- aan warga, dan semangat kebangsaan. Pengelompokkan program ke depan, termasuk yang akan dilaksanakan dalam dua setengah tahun ke depan mencakup upaya untuk mempertahankan dan mengem- bangkan paham Aswaja, pengembangan Sumber Daya Manusia, Ke- sejahteraan Warga, dan penataan serta penguatan kelembagaan. Berbagai program yang dibuat dan dilaksakan oleh NU pada dasarnya dimaksudkan untuk memperkuat kemandirian jam’iyyah dan jama’ah NU di dalam kehidupan sosial, hukum ekonomi dan politik, yang didasari oleh nilai-nilai Aswaja. Upaya mewujudkan ke- mandirian ini juga ditempatkan di dalam konteks bahwa NU meru- pakan bagian dari negara Indonesia. Karena itu, kemandirian itu juga tidak lepas dari upaya serius dan terus menerus agar NU aktif men- dorong dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah, baik di pusat sampai di daerah-daerah atau tingkatan pemerintahan yang paling rendah, agar kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut lebih berorientasi kepada kepentingan warga.