BIDANG POLITIK DAN PEMERINTAHAN

2012 rah, antar satu kabupatenkota, dan antar kementerian Kemenag, Kemdikbud, dan kementerian lainnya. Hanya 6 output pendidi- kan nasional yang mampu bersaing secara global. Mereka adalah para lulusan dari pendidikan-pendidikan yang sudah sangat maju dan bertaraf internasional. Sementara ada 24 output nasional yang sesuai dengan target 8 Standar Nasional Pendidikan SNP. Sementara sisanya yang 70 mutunya berada di bawah Standar Pelayanan Minimal SPM yang secara konsep mutu SPM itu jauh berada di bawah konsep mutu SNP. Rekomendasi: 1. Untuk mengatasi kesenjangan mutu perlu kebijakan yang bisa saling membuka dan memberi akses terhadap sumber daya mutu antar daerah dan antar kementerian. Masih adanya egoisme-sektoral Kemdikbud memiliki banyak sumber daya, namun belum terkoneksi dengan kementerianlembaga yang lain ini harus segera dihentikan agar mutu pendidikan nasio- nal bisa tumbuh bersama-sama antar kementerian dan antar daerah. Misalnya, penggunaan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan LPMP yang selama ini berada di bawah Kemdik- bud mesti membuka diri terhadap guru-guru di bawah ke- menterian lain. Contoh lain adalah pembinaan mata pelajaran oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPTK yang selama ini cukup efektif untuk guru-guru di bawah Kemdikbud saja, dan hendaknya dibuka untuk guru-guru di bawah kementerian lain. Begitu juga di tingkat perguruan tinggi negeri hendaknya membuka akses kepada pembinaan dosen perguruan tinggi di bawah kementerian lain serta perguruan tinggi swasta. 2. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan berkualitas. Hal itu sudah dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu, PBNU mendesak Pemerintah untuk segera melaksanakan secepat mungkin amanat konstitusi tersebut. 3. Kepada Kementerian Agama RI terkait dengan madrasah dan pondok pesantren, hendaknya: a menghidupkan kembali Madrasah Aliyah Program Khusus; b memberikan bantuan pendidikan yang bersifat airmative kepada Madrasah Aliyah berbasis Tahidzul Qur’an; c membuat nomenklatur khusus untuk guru madrasah terkait kesejahteraan mereka; d meny- elenggarakan program Akselerasi untuk guru-guru Madrasah Diniyah agar bisa memiliki ijazah S1 atau yang setara; dan e mengkaji ulang dan menerbitkan kembali PMA No. 3 tahun 2012 tentang Diniyah dan Pondok Pesantren.

4. SOSIAL DAN BUDAYA

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tang- gal 17 Agustus 1945 telah disepakati secara bersama oleh seluruh komponen bangsa memiliki dasar yaitu Pancasila dan UUD 1945 se- bagai landasan ideal dan landasan konstitusional. Seluruh sila dalam Pancasila berangkat dari nilai spirit agama-agama. Oleh karena itu, NKRI memiliki ciri sebagai negara kebangsaan yang religius. Bagi umat Islam, spirit yang menjadi landasan inspirasi Pancasila adalah akidah tauhid. Oleh karena itu, dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bangsa yang majemuk sepenuhnya berdasar pada semangat keagamaan. Rancangan kehidupan beragama hendaklah dibangun di atas kesadaran bersama sebagai bangsa yang majemuk dalam bidang agama, suku, budaya dan sebagainya agar sejalan de- ngan cita-cita pendirian Republik Indonesia. Atas dasar itu, maka umat Islam hendaklah memiliki keyakinan bahwa NKRI adalah sarana untuk mewujudkan fungsi manusia diciptakan Allah sebagai hamba Allah Q.S. Al Dzariyat: 56. Tidak ada yang ber- tentangan antara tuntutan ajaran Islam dalam kehidupan bernegara dengan Pancasila sebagai dasar negara dan ilsafat hidup bangsa. Kesadaran masyarakat terhadap kemajemukan seluruh bangsa In- donesia tidaklah tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan proses sosialisasi dan internalisasi. NKRI dapat berdiri adalah atas peran serta semua warga masyarakat yang berbe- da agama, ras dan budaya. Namun semuanya memiliki kesepakatan yang sama untuk mendirikan sebuah negara dalam bentuk perjanji- an bersama darul mu’ahadah, sebagaimana yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Akan tetapi keberhasilan tujuan pembangunan tidaklah datang dengan tiba-tiba, melainkan memerlukan keterlibatan semua pihak. 2012 Rekomendasi kepada: A. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 1. Perkembangan masa depan aliran paham keagamaan mendo- rong terjadinya kemajemukan mazhab yang berkembang di kalangan warga, baik di bidang akidah, ikih maupun tasawuf. Kebebasan bermazhab pada dasarnya adalah hasil kreasi umat Islam dalam mendialogkan Islam dengan perubahan sosial se- hingga melahirkan berbagai aliran. Oleh karena itu, perlu di- lakukan pengkajian terhadap berbagai hal antara lain sikap NU terhadap aliran Mu’tazilah, Syiah, Khawarij, WahabiSalai, serta batas pengertian thariqah mu’tabarah dan ghairu mu’tabarah. Oleh karena itu, perlu disusun panduan teknis, tertulis dan rinci tentang sikap NU terhadap berbagai aliran mazhab pe- mikiran yang berkembang pada masa lalu guna disesuaikan dengan tuntutan perkembangan modern. Sikap Ahlussunah Waljama’ah yang memilih jalan tengah antara aliran Jabariyah dengan Qadariyah guna menuju kepada kemajuan Islam. 2. PBNU perlu merumuskan secara teknis sikap dan pandangan NU terhadap paham Jamaah Ahmadiyah Indonesia JAI, Ge- rakan Ahmadiyah Indonesia GAI, dan berbagai aliran sem- palan lainnya sebagai sumbangan NU kepada pemerintah dalam merumuskan arah kebijakan yang jelas dalam melaku- kan penanganan berbagai aliran sempalan. 3. PBNU perlu merumuskan pedoman terhadap warga NU ten- tang bagaimana menyikapi berbagai persoalan tentang keru- kunan hidup umat beragama mencakup pola relasi hubungan antar umat beragama dan relasi intern sesama muslim. 4. PBNU perlu merumuskan konsep format ideal kehidupan be- ragama di Indonesia sehingga agama tidak lagi dipandang oleh sebagian masyarakat sebagai beban pembangunan, akan tetapi agama menjadi landasan etos kerja dan acuan bagi kemajuan Indonesia sebagai pusat peradaban. 5. Menegaskan perlunya pembentukan lajnah tsaqaiyah yang bertugas melakukan analisis sosial, politik, dan budaya untuk membekali NU dalam bersikap sehubungan dengan perubah- an sosial budaya, terutama dalam kaitanya dengan globalisasi dan makin kuatnya dominasi materialisme dan pragmatisme. 6. Merekomendasikan kepada PBNU untuk mensosialisasikan doktrin Ahlussunah Waljama’ah secara komprehensif dan siste- matis melalui kepengurusan di tingkat nasional, wilayah, ca- bang, MWC, dan ranting. Misalnya, mengembangkan Aswaja Centre seperti yang dikembangkan oleh PWNU Jawa Timur. 7. Merekomendasikan kepada PBNU untuk mendorong pondok pesantren dan masjid yang secara amalan keagamaannya se- suai dengan ajaran Nahdlatul Ulama hendaknya mencantum- kan labellambang “Nahdlatul Ulama”. PBNU hendaknya men- dorong pemerintah untuk bertindak tegas kepada pesantren dan institusi pendidikan lainnya yang nyata-nyata bertenta- ngan dengan NKRI.

B. Sesama Ormas Islam

1. Ormas Islam hendaklah berupaya meningkatkan kewibawaan Islam dalam mendialogkan Islam dengan perkembangan mod- ern sehingga masyarakat dapat merasakan bahwa sesama or- mas Islam bisa memberikan pengayoman terhadap seluruh kepentingan umat Islam dan bangsa Indonesia. Umat Islam hendaklah memiliki prinsip keyakinan dan pendirian yang teg- uh dalam berhadapan dengan perkembangan kehidupan glob- al, mampu memilih dan memilah hal-hal yang positif untuk ke- majuan Islam dan hal-hal negatif yang merusak ajaran Islam. 2. Ormas Islam hendaklah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan identiikasi terhadap berbagai faktor yang dapat memperlemah semangat persaudaraan antar umat Islam. 3. Ormas Islam hendaklah memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah terhadap upaya menyelamatkan kehidu- pan bangsa terutama kelompok generasi muda dari ideologi dan gerakan trans-nasional, seperti radikalisme, materialisme, liberalisme, dan lain sebagainya. 4. Ormas Islam hendaklah lebih berperan aktif untuk mendo- rong tumbuhnya semangat kerukunan yang dinamis dan aktif di kalangan umat Islam Indonesia sebagai bagian dari langkah meningkatkan upaya integrasi nilai-nilai Islam yang universal ke dalam hukum positif di Indonesia.

C. Pemerintah

1. Selama Indonesia memperoleh kemerdekaan tahun 1945 telah disepakati bahwa nilai ketuhanan adalah dasar utama dalam