BIDANG EKONOMI Dasar Penetapan

doktrin Ahlussunah Waljama’ah secara komprehensif dan siste- matis melalui kepengurusan di tingkat nasional, wilayah, ca- bang, MWC, dan ranting. Misalnya, mengembangkan Aswaja Centre seperti yang dikembangkan oleh PWNU Jawa Timur. 7. Merekomendasikan kepada PBNU untuk mendorong pondok pesantren dan masjid yang secara amalan keagamaannya se- suai dengan ajaran Nahdlatul Ulama hendaknya mencantum- kan labellambang “Nahdlatul Ulama”. PBNU hendaknya men- dorong pemerintah untuk bertindak tegas kepada pesantren dan institusi pendidikan lainnya yang nyata-nyata bertenta- ngan dengan NKRI.

B. Sesama Ormas Islam

1. Ormas Islam hendaklah berupaya meningkatkan kewibawaan Islam dalam mendialogkan Islam dengan perkembangan mod- ern sehingga masyarakat dapat merasakan bahwa sesama or- mas Islam bisa memberikan pengayoman terhadap seluruh kepentingan umat Islam dan bangsa Indonesia. Umat Islam hendaklah memiliki prinsip keyakinan dan pendirian yang teg- uh dalam berhadapan dengan perkembangan kehidupan glob- al, mampu memilih dan memilah hal-hal yang positif untuk ke- majuan Islam dan hal-hal negatif yang merusak ajaran Islam. 2. Ormas Islam hendaklah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan identiikasi terhadap berbagai faktor yang dapat memperlemah semangat persaudaraan antar umat Islam. 3. Ormas Islam hendaklah memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah terhadap upaya menyelamatkan kehidu- pan bangsa terutama kelompok generasi muda dari ideologi dan gerakan trans-nasional, seperti radikalisme, materialisme, liberalisme, dan lain sebagainya. 4. Ormas Islam hendaklah lebih berperan aktif untuk mendo- rong tumbuhnya semangat kerukunan yang dinamis dan aktif di kalangan umat Islam Indonesia sebagai bagian dari langkah meningkatkan upaya integrasi nilai-nilai Islam yang universal ke dalam hukum positif di Indonesia.

C. Pemerintah

1. Selama Indonesia memperoleh kemerdekaan tahun 1945 telah disepakati bahwa nilai ketuhanan adalah dasar utama dalam 2012 pembangunan bangsa, akan tetapi sampai sekarang belum pernah dirumuskan letak posisi agama sebagai landasan etik, moral dan spiritual pembangunan bangsa. Oleh karena itu per- lu dirumuskan konsep cetak biru blueprint format ideal ke- hidupan beragama yang sejalan dengan cita-cita proklamasi. 2. Pemerintah perlu merumuskan batasan pengertian tentang kerukunan hidup umat beragama yang di satu sisi bersikap fanatik terhadap ajaran agamanya sebagai wujud dari tuntu- tan kebangsaan yang relijius, sementara pada sisi yang lain harus bersikap toleran terhadap sejumlah perbedaan baik ter- hadap agama maupun keyakinan yang lain. 3. Pemerintah perlu merumuskan tentang kebijakan peningka- tan kualitas pelayanan terhadap kebutuhan umat beragama serta perlindungan agama dari berbagai tindakan yang dapat mengaburkan ajaran-ajaran agama. Konsep pelayanan ter- hadap umat didasarkan pada prinsip kebutuhan akan meng- hindarkan adanya kesan diskriminatif untuk menghindari ter- jadinya distorsi pemahaman terhadap adanya fakta mayoritas dan minoritas dalam struktur kehidupan umat beragama di Indonesia agar jangan sampai terjadi tirani minoritas dan dik- tator mayoritas. 4. Pemerintah perlu membuat rumusan tentang bentuk per- lindungan terhadap kehidupan umat beragama agar kema- jemukan bangsa tidak membawa akibat terjadinya tindakan anarkhi dalam beragama dan berkeyakinan. 5. Pemerintah perlu melakukan insiatif untuk menyusun RUU Perlindungan Kehidupan Beragama, termasuk di dalamnya mengatur ihwal larangan penodaan agama, sebagai langkah penjelasan secara komprehensif tentang makna keberaga- maan di Indonesia, karena sampai sekarang belum pernah dilakukan upaya untuk memberikan penjelasan secara rinci makna UUD NRI Tahun 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2 tanpa melanggar prinsip-prinsip kebebasan beragama. 6. Merekomendasikan kepada PBNU dan pemerintah pusat un- tuk menjamin hak-hak umat muslim di NTT yang sampai saat ini belum berhasil mendirikan tempat ibadah karena terha- lang oleh keberatan warga non-muslim, walau ijin mendirikan bangunan IMB serta legalitas lainnya dari walikota setempat Kupang sudah diperoleh.

5. BIDANG INTERNASIONAL A. Film Innocence of Muslims

Akhir-akhir ini, dengan alasan kebebasan berekspresi, muncul be- berapa karya dalam media massa yang melecehkan dan menodai simbol-simbol agama Islam. Misalnya, ilm Innocence of Muslims, kartun Nabi Muhammad, dan novel The Satanic Verses. Hal sema- cam juga terjadi terhadap agama lain. Sebagai reaksi terhadap hal itu banyak dilakukan tindakan yang tidak terkendali dan merusak. Rekomendasi: 1. Lembaga-lembaga internasional seperti PBB dan OKI agar membuat konvensi yang mewajibkan semua orang untuk ti- dak melakukan tindakan yang melecehkan danatau menodai simbol-simbol yang dihormati agama. 2. Umat Islam agar tidak mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan yang tidak terkendali dan destruktif atas segala ben- tuk serangan seperti yang dilakukan pembuat ilm Innocence of Muslims .

B. Etnis Rohingya

PBNU prihatin atas nasib dan kondisi kaum muslim etnis Rohing- ya di Myanmar yang mengalami diskriminasi secara sistematis, terstruktur, massif dan berkepanjangan dari penguasa dan militer Myanmar serta dari kelompok-kelompok masyarakat tertentu di Myanmar. Perlakuan tersebut sangat bertentangan dengan nilai- nilai universal, antara lain hak asasi manusia, perikemanusiaan, perikeadilan, dan demokrasi. Rekomendasi: 1. PBNU lewat pemerintah Indonesia mendorong pemerintah Myanmar untuk segera menghentikan segala diskriminasi sekaligus mengembalikan harkat dan martabat etnis Rohing- ya sebagai manusia dan warga negara penuh Myanmar. 2. PBNU mendorong Organisasi Konferensi Islam OKI dan Negara-negara Islam serta tokoh-tokoh pemerintah dari negara-negara Islam atau berpenduduk mayoritas Islam un-