SPSS  versi  16.0.    Sebelum  diproses  menggunakan  aplikasi  program SPSS  16.0  terlebih  dulu  harus  diuji  apakah  data  memenuhi  kriteria
atau tidak dengan model regresi linier berganda, uji prasyarat, dan uji
F dan uji t: a.  Analisis Regresi
Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam  penelitian  ini  digunakan  analisis  regresi  berganda untuk  menguji  hipotesis  yang  telah  dikemukakan  di  atas.  Bentuk
model yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ e Keterangan :
Y   = harga saham closing price BUMN a   = konstanta
b
1
= koefisien variabel EBIT X
1
= earning before interest and taxes EBIT b
2
= koefisien variabel arus kas dari aktivitas operasi X
2
= arus kas dari aktivitas operasi AKO b
3
= koefisien variabel arus kas dari aktivitas investasi X
3
= arus kas dari aktivitas investasi AKI b
4
= koefisien variabel arus kas dari aktivitas pendanaan X
4
= arus kas dari aktivitas pendanaan AKP e   = faktor pengganggu error
b.  Uji Asumsi Klasik 1  Uji Normalitas
Yang  dimaksud  dengan  uji  normalitas  sampel  atau menguji normal tidaknya sampel adalah mengadakan pengujian
terhadap  normal  tidaknya  sebaran  data  yang  akan  dianalisis Arikunto,  2010:    301.  Normalitas  dapat  dilihat  pada  grafik
Normal  Probability  Plot. Normal  Probability  Plot  berbentuk
grafik yang digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, nilai regresi residual terdiatribusi dengan normal
atau  tidak.  Model  regresi  yang  baik  seharusnya  distribusi regresi residual normal atau mendekati normal Priyatno, 2012:
60. Dasar
pengambilan keputusan
untuk mendeteksi
kenormalan  data  adalah  jika  data  menyebar  di  sekitar  garis diagonal dan mengikuti arah diagonal pada grafik Normal P-P
Plot, maka  model  regresi  memenuhi  asumsi  normalitas
Priyatno,  2012:  61.  Uji  statistik  lain  yang  dapat  digunakan untuk  menguji  normalitas  residual  adalah  uji  statistik  non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov.
2  Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas  adalah  keadaan  dimana  antara  dua variabel  independen  atau  lebih  pada  model  regresi  terjadi
hubungan  linier  yang  sempurna  atau  mendekati  sempurna.
Model  regresi  yang  baik  mensyaratkan  tidak  adanya  masalah multikolinearitas  Salah  satu  cara  untuk  mendeteksi  ada
tidaknya multikolinearitas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF Priyatno, 2012: 61.
Jika  semakin  kecil  nilai  Tolerance  dan  semakin  besar nilai  VIF  maka  semakin  mendekati  terjadinya  masalah
multikolinearitas.  Dalam  kebanyakan  penelitian  menyebutkan bahwa  jika  Tolerance  lebih  dari  0,1  dan  VIF  kurang  dari  10
maka tidak terjadi multikolinearitas.
3  Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas  adalah  keadaan  dimana  terjadi ketidaksamaan  varian  dari  residual  pada  model  regresi.  Model
regresi  yang  baik  mensyaratkan  tidak  adanya  masalah heteroskedastisitas.  Salah  satu  cara  untuk  mendeteksi  ada
tidaknya  heteroskedastisitas  adalah  dengan  melihat  pola  titik- titik pada scatterplot regresi Priyatno, 2012: 62.
Metode pengambilan
keputusan pada
uji heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplot, jika titik-
titik  menyebar  dengan  pola  yang  tidak  jelas  di  atas  dan  di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
4  Uji Autokorelasi
Autokorelasi  adalah  keadaan  dimana  terjadinya  korelasi antara  residual  pada  satu  dan  pengamatan  lain  pada  model
regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya  korelasi  yang  terjadi  antara  residual  pada  satu
pengamatan  dengan  pengamatan  lain  pada  model  regresi. Prasyarat  yang  harus  terpenuhi  adalah  tidak  adanya
autokorelasi pada
model regresi.
Metode pengujian
menggunakan  uji  Durbin-Watson  DW  Priyatno,  2012:  63. Cara  mengujinya  adalah  dengan  membandingkan  nilai  DW
tersebut  adalah  dl,  du,  4 –  dl,  dan  4  –  du.  Kriteria  untuk
penilaian terjadinya autokorelasi yaitu: a  Apabila  dU    DW    4-dU  maka  tidak  terjadi
autokorelasi. b  Apabila  DW    dL  atau  DW    4-dL  maka  terjadi
autokorelasi. c  Apabila  dL    DW    dU  atau  4-dU    DW    4-dL
maka tidak ada keputusan yang pasti.
c.  Analisis Koefisien Determinasi R
2
Analisis R
2
R Square atau koefisien determinasi digunakan untuk  mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh
variabel  independen  secara  bersama-sama  terhadap  variabel dependen  Priyatno,  2012:  55.  Semakin  besar  R
2
Adjusted  R