menjelang peristiwa politik seperti pemilu
100
. Pada akhirnya gagasan messianistis menjadi sebuah wacana luas yang dapat dikontestasikan dalam berbagai medan.
C. Konstruksi Messianisme Jamaah an-Nadzir
Jamaah an-Nadzir sebagai sebuah komunitas yang terbentuk dari berbagai latar belakang anggota jamaah disatukan oleh satu konstruksi gagasan messianistis.
Pengharapan terhadap sosok messianistis inilah yang menyatukan mereka untuk berada di Mawang. Konstruksi gagasan messianistis menjadi semangat inti yang menjadi
pengikat gerakan Jamaah an-Nadzir, bahkan semua konstruksi wacana dan praktik hidup mereka pada dasarnya dilakukan untuk memperkuat dan mewujudkan gagasan
messianistik mereka. Sebagai sebuah komunitas agama, konsep messianisme Jamaah an-Nadzir
banyak terpengaruh atau mengambil doktrin eskatologis Islam yang mereka modifikasiinterpretasikan secara berbeda sebagai dasar pembentukan konsep
messianistis mereka. Jamaah an-Nadzir meyakini bahwa Imam Mahdi telah lahir dan telah eksis, tetapi saat ini sedang berada dalam periode kegaiban. Keberadaan Jamaah
an-Nadzir di Mawang Kabupaten Gowa dengan segala aktifitas serta praktik keagaamaan mereka dalam pandangan Jamaah an-Nadzir tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk mempersiapkan kedatangankebangkitan Imam Zaman al-Mahdi.
100
Lih, Arwan Tuti Artha, Satria Pinilih: Siapa Pantas Jadi Ratu Adil?, Galangpress, 2008, Salah satu buku yang berusaha menganalisis potensi berbagai politisi nasional saat ini yang dianggap potensial
menjadi „Ratu Adil‟ atau „Satria pinilih‟ Indonesia selanjutnya.
Jamaah an-Nadzir meyakini messias menurut mereka adalah Imam Mahdi. Imam Mahdi adalah keturunan atau keluarga nabi yang diramalkan akan muncul pada
akhir zaman. Menurut Jamaah an-Nadzir Imam Mahdi telah turun dan membawa peringatan kepada umat Islam. Dalam pemahaman Jamaah an-Nadzir, Imam Mahdi
telah dilahirkan di dunia sekitar tahun 250 Hijriah. Kepercayaan an-Nadzir bahwa Imam Mahdi telah pernah ada dan akan eksis kembali pada suatu waktu yang ditentukan oleh
Tuhan sangat mirip dengan kepercayaan Syiah Imamiyah. Bahkan, tahun yang mereka sebutkan sebagai tahun kelahiran sang Imam juga sama sebagaimana diyakini kelompok
Syiah Imamiah. Di Sulawesi Selatan sendiri, pengaruh Islam Syiah telah lama ada, bahkan sejak
masa-masa awal penyebaran Islam di kerajaan Gowa pada abad XVII. Adalah seseorang bernama Sayyid Jalaluddin al-Aidid yang punya kaitan erat dengan sekte Islam Syiah
yang pernah berusaha mengajak raja Gowa untuk memeluk Islam, namun ditolak
101
. Sayyid Jalaluddin akhirnya pindah daerah Gowa ke daerah Cikoang
102
. Di daerah ini, ia berhasil meng-Islamkan beberapa kelompok bangsawan dan masyarakat sekitar. Di
tempat ini Sayyid Jalaluddin mendirikan sebuah padepokan pendidikan Islam, salah satu murid Jalaluddin adalah tokoh kharismatik Sulawesi Selatan yang terkenal, Syekh
Yusuf al-Makassari. Meskipun memiliki kemiripan dengan kepercayaan messianisme Syiah, namun
gagasan messianisme Jamaah an-Nadzir tidak sepenuhnya sama dengan konsep
101
Lih Suryadi Mappangara Irwan Abbas, Sejarah Islam di Sulawesi Selatan, Lamacca Press, 2003, hlm 77
102
Daerah ini terletak di selatan kabupaten Gowa, saat ini Cikoang merupakan daerah administrative kab. Takalar. Di Cikoang setiap tahunnya di adakan peringatan Maudu Lompoa, sebuah peringatan maulid
Nabi Muhammad yang diselenggarakan dengan sangat meriah dan berlimpah berbagai makanan dan sajian.
messianisme Syiah. Jamaah an-Nadzir memodifikasi konsep messianisme dan eskatologi Islam
–Sunni dan Syiah– untuk mengkonstruksi konsep messianistik baru yang hanya identik dengan komunitas mereka. Jamaah an-Nadzir meyakini bahwa
Imam Mahdi mengalami beberapa periode kegaiban. Pertama yaitu ketika Imam Mahdi masih kecil, kemudian Imam Mahdi muncul lagi menurut Jamaah an-Nadzir dalam diri
Kahar Muzakkar, lalu kemudian Imam Mahdi terhijab seiring dengan menghilangnya –
ataupun meninggalnya- Kahar Muzakkar. Imam Mahdi kemudian muncul lagi dalam sosok Imam Syamsuri Madjid pendiri Jamaah an-Nadzir, lalu kemudian terhijab lagi
pada tahun 2006 ketika Syamsuri Madjid meninggal. Fase terhijab ini juga dianggap sebagai gaib kubra di mana setelah kegaiban tersebut Imam Mahdi akan muncul dalam
wujud „aslinya‟ untuk memenuhi janji Tuhan. Penggunaan sosok Kahar Muzakkar sebagai tokoh yang dikaitkan ataupun
diklaim sebagai al-Mahdi adalah sebuah hal yang menarik. Bagaimana pun juga Kahar Muzakkar adalah seorang tokoh yang kontroversial. Dia adalah serang tokoh pejuang
sekaligus pemberontak karena pernah dianggap melakukan upaya makar terhadap NKRI, sosok yang banyak dibenci sebagian kalangan masyarakat, tetapi tidak sedikit
pula yang mencintai dan menaruh simpati terhadap perjuangannya. Nama asli Kahar Muzakkar adalah La Domeng. Lahir di desa Lanipa, Palopo,
Luwu, Sulawesi Selatan pada tanggal 24 Maret 1921. Ayahnya bernama Malinrang adalah seorang petani yang cukup mampu dan tergolong aristokrasi rendah. Dengan
kedudukan dan kemampuan orang tuanya, ketika usianya sudah mencapai tujuh belas tahun ia dikirim ke Surakarta untuk belajar di sekolah perguruan Islam Kweekschool
Muhammadiyah, dari tahun 1938 sampai 1941
103
. Selama menjalani masa pendidikannya di Surakarta, Kahar Muzakkar terlibat aktif dalam berbagai organisasi di
antaranya menjadi salah seorang pemimpin lokal Pemuda Muhammadiyah di Hizbulwathan, sebuah gerakan kepanduan Muhammadiyah.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Kahar Muzakkar sempat kembali ke daerah asalnya di Sulawesi. Namun karena pengaruh Islam modernis yang dibawanya,
Kahar Muzakkar berselisih paham dengan kepala dan tokoh-tokoh adat setempat. Kahar oleh sebagian kepala adat dianggap telah mengutuk sistem feodal yang berlaku di
Sulawesi Selatan dan menganjurkan dihapuskannya aristokrasi yang membuat para tokoh adat marah. Dia pun akhirnya dihukum dibuang dari Sulawesi Selatan. Setelah
itu, Kahar Muzakkar akhirnya kembali lagi ke Surakarta pada tahun 1943. Kahar Muzakkar merupakan tokoh yang paradoksal. Dia adalah seorang pejuang
sekaligus pemberontak. Dalam perjalanan perjuangannya, dia merupakan salah seorang pengawal Soekarno ketika Soekarno menyampaikan salah satu pidato rapat umumnya di
lapangan Merdeka Jakarta, 19 september 1945
104
. Sebelum melakukan tindakan separatif baca; pemberontakan, Kahar Muzakkar adalah seorang anggota Tentara
Nasional Indonesia. Bahkan, latar belakang ketentaraannyalah yang menjadi pemicu awal pemberontakannya. Kahar Muzakkar kecewa karena tuntutannya untuk
menjadikan seluruh tentara gerilyawan yang berperang merebut kemerdekaan di wilayah Sulawesi sebagai tentara Nasional Indonesia dan hak historisnya untuk
103
Lihat Usman, Tragedi Patriot Pemberontakan Kahar Muzakkar, Narasi, Yogyakarta, 2009, hlm 13
104
Ibid hlm 13
memimpin pasukan Tentara Nasional Indonesia di Sulawesi Selatan sebagai seorang perwira senior tidak dipenuhi pemerintah.
Penolakan pemerintah dikarenakan sebagian besar para mantan gerilyawan revolusi kemerdekaan tersebut dianggap tidak mempunyai kualifikasi pendidikan yang
baik untuk dijadikan sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia. Pemerintah Indonesia saat itu, lebih memilih para prajurit yang pernah mengenyam pendidikan Eropa untuk
dijadikan sebagai tentara –khususnya untuk posisi-posisi strategis- dibanding dengan
para mantan gerilyawan revolusi kemerdekaan yang hanya mengeyam pendidikan „tradisional‟. Pendidikan tradisional yang dimaksud di sini termasuk pula pendidikan
Islam. Kekecewaan Kahar Muzakkar dan para kelompok gerilyawan revolusi
kemerdekaan terhadap sikap pemerintah membuat mereka mengundurkan diri ke hutan untuk membagun perlawanan gerilya baru. Bedanya jika dulu gerilya dilakukan untuk
melawan Belanda, gerilya kali ini adalah untuk melawan rezim pemerintah Indonesia saat itu. Dalam perjalanan pemberontakannya, Kahar Muzakkar dan pasukan
gerilyawannya kemudian menjadikan isu Islam sebagai wacana gerakannya. Pada tahun 1953 Kahar Muzakkar menyatakan bahwa Sulawesi Selatan dan daerah Indonesia
Timur lainnya sebagai bagaian dari Negara Islam Indonesia NII bentukan SM Kartosuwiryo. Bersamaan dengan itu, ia juga mengganti nama pasukannya dengan
nama Tentara Islam Indonesia
105
. Dengan menggunakan Islam, Kahar Muzakkar mulai memungut berbagai pajak dari masyarakat seperti pajak pembangunan, pajak
105
Ibid hlm 92
perjuangan, pajak ternak dan pajak pendapatan atas nama Negara Islam Indonesia
106
. Gerakan Islam yang diusung oleh Kahar cenderung bersifat puritan. Dia sangat
membenci sistem feodal, karena itu Kahar Muzakkar melarang pemakaian gelar kebangsawanan seperti Andi dan Daeng untuk menciptakan masyarakat setara yang
dibayangkannya. Hal tersebut membuatnya banyak dibenci kalangan bangsawan. Selain itu, Kahar dan pasukannya juga menyerang paham mistik masyarakat pra Islam di
Sulawesi Selatan. Para tokoh spiritual pra Islam seperti komunitas Bissu disingkirkan. Hukum Islam syariat dijadikan sebagai tonggak utama dalam penataan masyarakat.
Selain dekat dengan wacana Islam, Kahar Muzakkar sendiri sebenarnya dekat dengan wacana Marxisme. Islam sepertinya memberi keuntungan lebih besar terhadap
gerakannya. Melalui wacana Islam, Kahar memperoleh banyak dukungan dari kalangan bangsawan yang juga merasa kecewa dengan pemerintah
107
, hal yang mana dirasa akan hilang jika Marxisme yang dijadikan sebagai wacana utama gerakan. Kahar berusaha
mempertahankan dukungan mereka tanpa mengorbankan tujuan untuk mencapai keadilan sosial. Islam dengan prinsip persamaan haknya juga dapat digunakan sebagai
serangan tak langsung terhadap feodalisme
108
. Gerakan Kahar Muzakkar juga hampir tidak bisa dilepaskan dari sentimen kedaerahan saat itu. Dalam hal ini, Islam dipakai
sebagai antagonisme antara „kita‟ dan „mereka‟. „Kita‟ adalah para pemberontak yang
merupakan putr a asli daerah, sedang „mereka‟ adalah orang-orang Kristen Minahas dan
106
Ibid hlm 93
107
Banyak bangsawan yang terlibat aktif menjadi gerilyawan semasa pendudukan Jepang dan Belanda. Mereka juga sangat menderita pada masa-masa tersebut. Setelah kemerdekaan, mereka berharap dapat
direkrut menjadi anggota TNI, namun seperti banyak gerilyawan lainnya di Sulawesi Selatan, sangat sedikit dari mereka yang mempunyai latar belakan pendidikan Barat yang dijadikan standar utama
pemerintah dalam rekrutmen tentara nasional.
108
Lih, Sillars Harvey, Pemberontakan Kahar Muzakkar; Dari Tradisi ke DITII, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1989, hlm 200
orang abangan- jika istilah ini masih bisa dipakai- Jawa yang banyak menduduki jabatan-jabatan publik penting di Sulawesi Selatan saat itu yang sekaligus adalah lawan
di medan pertempuran
109
. Pemberontakan Kahar Muzakkar berlangsung pada rentang waktu antara tahun
1950 sampai dengan tahun 1965. Melalui serangkaian operasi militer panjang untuk meredam pemberontakannya, gerakan Kahar Muzakkar dan pasukan akhirnya dapat
diakhiri. Kahar Muzakkar sendiri dinyatakan tewas tertembak pada tanggal 3 Februari 1965 di tangan pasukan Divisi Siliwangi yang dikirim khusus menghabisi gerakannya.
Namun demikian jasad dan makamnya tak pernah dipublikasi secara jelas kepada masyarakat.
Kesimpangsiuran berita kematian Kahar Muzakkar membuat banyak orang berspekulasi dan pada akhirnya dimistifikasi. Mistifikasi tersebut membuat wacana
tentang sosok Kahar dapat dibawa kemana saja. Beberapa orang termasuk beberapa mantan anggota pasukannya meyakini bahwa Kahar tidak meninggal pada saat operasi
militer tahun 1965 tersebut. Dia dianggap sosok yang kebal peluru. Kesamaran tentang berita kematian Kahar inilah yang sepertinya digunakan oleh Syamsuri Madjid untuk
mendapatkan simpati masyarakat ketika dia melakukan dakwahnya di Luwu, Sulawesi Selatan.
Seperti telah disebutkan di atas, Jamaah an-Nadzir meyakini bahwa sebelum mun
cul dalam sosok „aslinya‟ Imam Mahdi telah mewujud dalam sosok Kahar Muzakkar dan Syamsuri Madjid. Penggunaan sosok Kahar Muzakkar dimungkinkan
109
Ibid hlm 333
karena kesamaan cita-cita menegakkan hukum Islam secara kaffah meski an-Nadzir tidak memahaminya dalam konteks Negara sebagaimana dicita-citakan Kahar. An-
Nadzir memahami dan menciptakan konstruksi tentang penegakan Hukum Islam dalam wacana doktrin eskatologi Islam sebagai upaya pemenuhan janji ilahi dan percepatan
kedatangan sosok messianis, Imam Mahdi. Sosok Kahar Muzakkar juga sangat mungkin digunakan sebagai wacana politis meraih simpati masyarakat. Bagaimanapun komunitas
an-Nadzir di Sulawesi Selatan awalnya berbasi di kabupaten Luwu, sebuah distrik yang merupakan basis pendukung loyalis dan pusat perjuangan Kahar Muzakkar di masa lalu.
Dengan mewacanakan sosok Kahar dan Syamsuri sebagai Imam Mahdi membuat penyamaan sosok Syamsuri sebagai Kahar tak dapat dihindari. Bahkan pada
awalnya Syamsuri tidak menolak anggapan ini
110
. Pengakuan Syamsuri sebagai sosok Kahar Muzakkar menimbulkan polemik di antara keluarga Kahar. Keluarga besar Kahar
akhirnya meminta Syamsuri membuat pernyataan tertulis bahwa dirinya bukanlah Kahar Muzakkar. Syamsuri akhirnya memenuhi permintaan itu. Dalam surat
pernyataannya yang dimuat majalah Sabili No. 15 Th. VIII, 5 Januari 2001 Syamsuri menyatakan „saya adalah Syamsuri Abdul Madjid dan Kahar Muzakkar adalah Kahar
Muzakkar yang sama kita ketahui telah meninggal dunia‟
111
. Meskipun telah menyatakan bahwa dia bukan Kahar, namun doktrin messianis tentang Imam Mahdi
masih menggunakan sosok Kahar maupun Syamsuri tersebut dalam penciptaan wacana messianistis an-Nadzir hingga saat ini.
110
Lih Taufan, Tinjauan Sosiologi Hukum Jamaah an-Nadzir, hlm 145
111
Ibid hlm 147.
Berbeda dengan doktin messianis Syiah, konstruksi messinistik Jamaah an- Nadzir lebih berpusat pada sosok yang akan mempersiapkan kemunculan dan revolusi
Imam Mahdi, bukan pada klaim tentang sosok al-Mahdi sebagaimana kelompok Syiah. Sosok yang dimaksud Jamaah an-Nadzir adalah seseorang yang dijuluki Pemuda Bani
Tamim. Pemusatan doktrin messianistik an-Nadzir pada sosok ini dapat dipahami karena sosok Pemuda Bani Tamim adalah orang yang menurut mereka akan
membangun sebuah komunitas kuat pembela sang Mahdi. Melalui sosok inilah Jamaah an-Nadzir membangun wacana tentang komunitas mereka sebagai komunitas pilihan
Tuhan. Pemuda Bani Tamim dalam pandangan Jamaah an-Nadzir adalah tokoh
sentralitas
112
dunia di akhir zaman. Ada beberapa gelar atau julukan yang melekat pada diri Pemuda Bani Tamim, antara lain, Syuaib bin Saleh At-Tamimi, Rijalullah laki-
lakinya Allah, Abdisshalehah hamba yang dishalehkan, Al-Mansyur dan sebagainya. Dia merupakan sosok pemimpin akhir zaman yang akan mendahului dan
mempersiapkan syarat-syarat bagi terciptanya revolusi ilahi oleh Ima mul „Azdma Al-
Mahdi Al-Muntazar
113
. Sebagaimana al-Mahdi, Pemuda Bani Tamim juga diwacanakan sebagai sosok pilihan ilahi. Hal tersebut bahkan sudah ditunjukkan dari pemilihan
namanya. Tamim tamamah dalam bahasa Arab bermakna sempurna. Menurut Ustad Rangka pemimpin Jamaah an-Nadzir ukuran kesempurnaan manusia adalah jika
manusia tersebut telah mengenali Tuhannya dan bertemu dengannya. Pemuda Bani Tamim menurut klaim Rangka telah sempurna keimanannya kepada tuhan karena telah
112
Istilah yang digunakan Jamaah an-Nadzir untuk memistifikasi sosok Pemuda Bani Tamim yang mereka yakini
113
Wawancara dengan Arif anggota Jamaah an-Nadzir
bertemu dengan Tuhan sebagaimana yang pernah dialami Muhammad pada peristiwa Isra Mi‟raj
114
. Pemuda Bani Tamim dalam konstruksi an-Nadzir dapat disamakan dengan
sosok Satria Piningit” atau “Ratu Adil dalam messianisme Jawa. Namun an-Nadzir
menegasi kemungkinan kemunculan sosok messianis dari Jawa. Tidak seperti dalam konsep messianistis Jawa di mana wacana messianitis tidak selalu harus sepenuhnya
teologis-eskatologis tetapi sangat mungkin juga dalam wacana politik, an-Nadzir memandang dan memahami messianisme dalam wacana yang sangat teologis meski
bukan berarti tidak politis. Dalam pandangan an-Nadzir, di tanah Jawa tidak akan muncul sosok messias karena Jawa sudah dipenuhi dengan berbagai kemaksiatan dan
ketiadaan sebuah komunitas ummah yang secara konsisten menjalankan Islam secara „benar‟. Negasi an-Nadzir ini sedikit banyak menyerupai sentimen kedaerahan yang
dijadikan wacana dalam pemberontakan Kahar Muzakkar di masa lalu, dengan menegasikan Jawa, Jamaah an-Nadzir sekaligus juga berusaha memapankan citra yang
mereka konstruksi seputar komunitasnya. Lalu siapa Pemuda Bani Tamim atau Satria Piningit atau Ratu Adil menurut
Jamaah an-Nadzir? Menurut mereka, Pemuda Bani Tamim adalah seseorang yang dijuluki
“Assa‟na Gowa” atau aslinya Gowa. Ia adalah keturunan Raja dari Polong Bangkeng Gowa
yang memakai nama gelar “Daey”. Lebih lanjut, an-Nadzir menghubung-hubungkan klaim mereka tentang Pemuda Bani Tamim dengan tokoh
ulama kharismatik Sulawesi Selatan, Syekh Yusuf al-Makassari. Pemuda Bani Tamim diklaim masih dari keturunan keluarga Syehk Yusuf yang merupakan keturunan dari
114
Wawancara dengan Rangka.
Nabiullah Khaidir Ibnu Abbas Balyamulkan Rije‟ma Alfahanisu Al-Ajiru Abul Abbas Balyamulkan as. Tapi ia bukan anak keturunan dari Syaikh Yusuf, melainkan beliau
adalah berasal dari keturunan anak cucu yang ketujuh dari Nabiullah Khaidir as, salah seorang dari keturunan inilah yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi Pemuda Bani
Tamim
115
. Dalam berbagai naskah kuno Sulawesi Selatan, Syekh Yusuf memang dimistifikasi sebagai anak dari tokoh mistis Nabi Khidir yang memiliki berbagai
karamah sejak dia dilahirkan.
116
Hal itu dilakukan untuk memberi legitimasi kuat terhadap kewaliyan dan kekaramahan Syehk Yusuf yang menjadi wacana sentral dalam
masyarakat Sulawesi Selatan. Lalu siapakah Pemuda Bani Tamim itu dalam eksistensinya saat ini? Jamaah an-
Nadzir tidak secara pasti menyebutkan tokoh tertentu, namun dalam berbagai kesempatan, secara tersirat kliam tersebut disematkan kepada pemimpin mereka saat ini,
Ustad Rangka. Misalnya dalam sebuah wawancara Ustad Rangka berkata Saya tahu siapa itu Pemuda Bani Tamim, aku sangat kenal dengannya. Aku
sering tidur dengannya, apa yang aku makan itu pulalah yang dia makan
117
. Dalam berbagai kesempatan pula, Ustad Rangka sebagaimana disebutkan oleh
sering menggunakan wacana mistis tentang kekebalan ketika diajak berargumentasi tentang konsep aqidah
Kalau kau yakin Tuhanmu allah, kau yakin bahwasanya allah yang cabut nyawamu klo kau mati, sekarang kau tebas saya duluan, setelah itu gantian
115
Wawncara dengan arif.
116
Lih Gibson, Narasi Islam dan Otoritas di Asia Tenggara, Ininnawa,2012, hlm 86-90
117
Wawancara dengan Rangka
saya yang tebasko, betul dak aqidahmu dak melenceng, maksudnya bukan parang ini yang cabut nyawamu
118
. Terdapat beberapa hal menarik pada seputar pembentukan wacana tentang
Pemuda Bani Tamim an-Nadzir. Hal itu terlihat dari klaim tentang gelar bangsawan Makassar Gowa „daey‟ yang mereka sebut yang sama sekali tidak terdapat atau tidak
pernah ditercatat dalam sejarah tradisi suku Makassar di Sulawesi Selatan. Sepanjang catatan sejarah, suku Makassar tidak pernah mengenal gelar „daey‟ sebagai nama untuk
gelar kebangsawanan Makassar. Gelar kebangsawanan Makassar biasanya dikenal dengan sebutan Karaeng atau Daeng. Dalam stratifakasi masyarakat Makassar di masa
lalu, manusia dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu Karaeng, Tu Maradeka, dan Ata
119
. Karaeng adalah kelas sosial atas yang dihuni oleh para bangsawan. Tu Maradeka adalah
lapisan masyarakat kelas menengah yang biasanya merupakan jumlah kelas sosial mayoritas. Sedangkan ata adalah budak atau abdi. klaim tentang kebangsawanan
tersebut juga terkesan paradoks, karena kebangsawanan dalam masyarakat Bugis- Makassar
bukanlah sesuatu yang kaku, setiap orang berpotensi untuk „naik kelas‟ sosial menjadi bangsawan meskipun dia sebenarnya bukan dari kelas tersebut dengan
berbagai cara semisal perkawinan dan sebagainya
120
. Hal lain yang menarik dari konstruksi wacana seputar Pemuda bani Tamim
jamaah an-Nazdir adalah pernyataan tentang relasi pemuda Bani Tamim dengan ulama kharismati, Syekh Yusuf. Hal tersebut tampak tipikal dengan pengasimilasian tokoh
118
Wawancara dengan Kepala Seksi Penerangan Dan Penyuluhan Agama Masyarakat Kementerian Agama Kabupaten Gowa.
119
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang pembagian stratifikasi soasial masyarakat Makassar lih Hamid Abdullah, Manusia Bugis Makassar, Inti Idayu Press, Jakarta, 1985, hlm 111
120
Lih Pelras, Manusia Bugis, Nalar, Jakarta, 2006, hlm 196
Kahar Muzakkar dengan sosok Mahdi
121
. Hal itu menunjukkan bagaimana an-Nadzir banyak menggunakan narasi lokal yang telah melekat namun samar-samar dalam
konstruksi messianis mereka. konstruksi tentang Kahar Muzakkar dibangun ketika basis jamaah an-Nazdir masih berada di kabupaten Luwu- tanah kelahiran dan basis Kahar
pada masa pemberontakannaya- sewaktu pemimpin mereka Syamsuri Madjid masih hidup- tokoh yang diklaim reinkarnasi Kahar. Sementara ketokohan Syehk Yusuf
dipergunakan ketika komunitas ini telah mapan di Mawang Kabupaten Gowa. Hal tersebut sepertinya bertujuan untuk mengangkat sosok Ustad Rangka, pemimpin
komunitas yang juga merupakan warga Gowa. Dengan membangun kontruksi messianis semacam itu, Jamaah an-Nadzir
menempatkan konstruksi messianis mereka dalam sebuah medan kontestasi. Setiap konstruksi mesianistis pastilah menyatakan bahwa klaim merekalah yang „benar‟.
Jamaah an-Nadzir seperti telah dikatakan sebelumnya menegasikan potensi messias dari Jawa, selain itu mesti banyak memakai doktrin messianis Syiah dalam konstruksi
messianis mereka, namun mereka pula menolak klaim Syiah khususnya berkaitan dengan pemuda Bani Tamim. Penolakan ini bukan sekadar karena menganggap diri
berbeda dengan Syiah, melainkan juga menentukan konstruksi lanjutan mereka berkaitan dengan tempat kemunculan komunitas pilihan calon pembela sang Mahdi.
Jamaah an-Nadzir memulai pembentukan wacana mereka tentang asal usul komunitas yang dijanjikan melalui sebuah perkataan yang disandarkan kepada
Sayyidina Ali „suatu saat kaum bangsa Arab akan tercengang melihat Al-Quran
121
Telah umum dan mapan diketahui bahwa kedua tokoh Syekh Yusuf dan Kahar Muzakkar Sulawesi Selatan tersebut dimistifikasi dan dianggap keramat oleh banyak masyarakat Sulawesi Selatan, baik
semasa hidupnya terlebih setelah kematian mereka.
dibawa oleh kaum lain yang tidak dipahami bahasanya ”
122
. Dalil-dalil teologis, seperti apapun interpretasinya, entah itu diambil dari teks-
teks suci Qur‟an, Sabda-sabda Nabi Muhammad, maupun perkataan tokoh-tokoh kharismatik masa lalu seperti sahabat nabi
atau wali ternama sangat dibutuhkan dalam konstruksi messianistis- khususnya jika messiahnisme dipahami dalam konteks eskatologis sebagaimana dipahami Jamaah an-
Nadzir- untuk menguatkan konstruksi tersebut. Perkataan Sayyidina Ali di atas oleh an- Nadzir kemudian digunakan untuk mengklaim komunitas mereka sebagai komunitas
pilihan yang dimaksud teks tersebut. Menurut Jamaah an-Nadzir, kaum atau komunitas yang dimaksudkan teks
tersebut adalah kaumnya Salman Al-Farisi atau keturunan dari Nabi Khidir as yang berasal dari Gowa Makassar Sulawesi Selatan. Hal ini sekali lagi memperlihatkan
kepada kita bagaimana Jamaah an-Nadzir menggunakan fakta sejarah yang sifatnya samar-samar untuk dimistifikasi dan dikaitkan dengan komunitas mereka. Salman al-
Farisi menurut an-Nadzir bukanlah sahabat biasa, tetapi merupakan jelmaan Nabi Khidir as
123
. Salman itu tidak lain dan tidak bukan sosok Nabi khidir yang mendampingi
Nabi Muhammad. Nabi khidir itu mendampingi semua nabi-nabi Allah. Nah di masa Nabi Muhammad dia berwujud dalam sosok Salman al-
Farisi
124
122
Teks ini dikutip dari Tulisan Muhammad Al-Jundi yang berjudul Pemuda Bani Tamim Perintis Jalan Imam Mahdi hlm 8. Tulisan ini merupakan ini adalah buku yang diberikan kepada saya oleh Arif
anggota an-Nadzir. Buku ini berisi tentang argumentasi Jamaah an-Nadzir berkaitan dengan konstruksi mereka tentang sosok pemuda Bani Tamim menurut mereka.
123
Sosok mistis dan misterius dalam teologi Islam. Khidir diyakini sebagai seorang Nabi yang telah hidup jauh sebelum masa Muhammad. Dalam Alquran dicatat bahwa nabi Musa as bahkan pernah berguru
kepadanya. Nabi Khidir diyakini punya mu‟jizat dapat berumur panjang dan masih hidup sampai hari kiamat.
124
Wawancara dengan Arif
Salman al-Farisi adalah sosok sahabat setia Nabi. Dia adalah tokoh yang berjasa dalam Perang Khandaq. Strateginya untuk membuat parit di sekeliling kota madinah
demi menghalau pasukan Quraisy saat itu terbukti telah memberikan kemenangan bagi umat Islam. Bahkan, Salman oleh Nabi dianggap sebagai salah satu ahlulbait. Salman
juga merupakan orang pertama yang menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa asing, yaitu bahasa Persia
125
. Yang samar-samar terkait Salman adalah tahun kematiannya yang tidak diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan Salman meninggal pada masa
pemerintahan Usman, ada pula yang mengatakan pada Masa pemerintahan Ali. Salman juga diklaim berumur panjang, ada yang mengatakan beliau hidup 250 tahun ada pula
yang menyebut 350 tahun. Kesamaran itulah yang mungkin digunakan oleh an-Nadzir untuk mengklaim Salman sebagai Khidir, yang juga dipercayai berumur panjang.
Dengan mengatakan bahwa kaum yang dijanjikan adalah keturunan Salman, maka Jamaah an-Nadzir menempatkan Salman pada posisi yang sangat tinggi, hal tersebut
bukanlah sesuatu yang hanya khas an-Nadzir, dalam tradisi Syiah, Salman ditempatkan sebagai tokoh yang sangat dihormati karena Salman adalah sahabat setia dan merupakan
„syiah‟ baca: pembela Ali. Selain itu, kepada Salman juga disandarkan sebuah hadist yang digunakan untuk memapankan doktrin imamah Syiah, khususnya Syiah Imam Dua
belas. Untuk mempertegas klaim bahwa kaum yang dimaksudkan teks tersebut adalah
komunitas mereka yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan Jamaah an-Nadzir menggunakan penekanan bahasa yang tidak dikenali pada teks tersebut. Menurut an-
Nadzir ada lima buah aksara yang dipakai dan akan berkuasa di dunia. Antara lain,
125
Lih, Jafar Yahaghi, An Introduction to Early Persian Quranic Translations hlm 1
aksara Latin, aksara China, aksara India, aksara Arab dan aksara Lontara
126
. Dari kelima aksara tersebut, sudah empat aksara pernah menguasai dunia, sehingga tinggal satu lagi
aksara yang akan mendapatkan gilirannya yakni “aksara Lontara” yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan
127
. Dalam berbagai Hadis juga disebutkan bahwa komunitas yang akan
mempersiapkan jalan bagi Imam Mahdi berasal dari timur
128
. Teks tersebut yang hanya menyebut kata timur tanpa merujuk pada sebuah tempat tertentu memunculkan berbagai
interpretasi dan akhirnya menjadi medan konstestasi bagi para pengklaimnya. Jaman an- Nadzir menginterpretasikan timur sebagai daerah
“Qum.” atau Gowa Sulawesi Selatan . Dari wilayah “Qum” inilah Pemuda Bani Tamim bergerak melakukan pembinaan
sedikit demi sedikit, secara terus menerus dan istiqamah, sambil menunggu ketetapan- ketetapan Allah SWT selanjutnya. Jamaah an-Nadzir mengklaim bahwa timur dalam
teks tersebut adalah timur tempat mereka berada karena menurut mereka tak ada lagi sebuah jamaah di timur yang secara konsisten menjalankan kehidupan sebagaimana
yang dijalankan oleh Rasulullah di masa lalu. Perlu dipahami bahwa “Qum” adalah sinonim dari kata “Gowa.” Daerah
“Qum” atau “Gowa” ini, senantiasa dijaga oleh Allah SWT. Bahkan di daerah atau wilayah inilah terdapat suatu tempat berkumpulnya para
waliyullah menunggu datangnya ketetapan Allah SWT
129
. Tokoh Pemuda Bani Tamim dimistifikasi oleh Jamaah an-Nadzir sebagai
seseorang yang mendapatkan bimbingan dan pendidikan tarbiyah langsung dari Allah
126
Nama aksara lokal di Sulawesi Selatan.
127
Wawancara dengan Arif.
128
Salah satunya adalah hadist yang diriwatkan oleh Ibnu Majah „ Akan keluar sekelompok manusia dari
timur, mereka akan meratakan Jalan bagi kemunculan Mahdi‟.; dikuti dari buku „Laga Pamungkas: Duet Imam Mahdi dan Isa ibn Maryam Memipin Dunia‟ karya Najamuddin Thabasi hlm 65
129
Tempat yang dimaksud adalah Gunung Bawakaraeng. Muhammad al-Jundi hlm 32
SWT sebagaimana Imam Mahdi as. Dia digambarkan sebagai sosok dengan supranatural yang sempurna. Dia diklaim mengusai berbagai keterampilan beladiri,
cakap dalam strategi perang, dan menguasai semua bidang ilmu pengetahuan sebab ilmunya adalah ilmu ladunni pengetahuan langsung dari Tuhan. Untuk melindungi diri
dari serangan terhadap klaim mereka tentang sosok Pemuda Bani tamim yang terasa sedikit kurang logis ada manusia yang demikian itu, mereka biasanya berdalih bahwa
tak ada yang tak mungkin jika Allah yang berkehendak. Antara Imam Mahdi dengan Pemuda Bani Tamim digambarkan bagaikan tubuh
dengan roh. Artinya, ketika salah satu diantaranya tidak ada, tidak berfungsi atau tidak berperan sebagaimana mestinya, baiat seseorang terhadap Mahdi tidak akan diterima
sebelum dia berbaiat kepada Pemuda Bani Tamim
130
. Dengan menjadikan pemuda bani Tamim sebagai tokoh sentral- tentu bersama dengan Mahdi-, Jamaah an-Nadzir
membentuk sebuah konsep messianistis yang berbeda dengan kebanyakan konsep messias Islam yang biasanya menjadikan Mahdi sebagai „pusat‟.
Pemuda Bani Tamim menurut Jamaah an-Nadzir memiliki peran penting untuk
mempersiapkan setidak-tidaknya dua hal. Pertama, bertugas untuk mempersiapkan
pasukan inti berjumlah 313 orang yang akan menjadi balatentara Pemuda Bani Tamim dan Imamul „Adzma Al-Mahdi demi tegaknya Daulah Islamiyah dengan sistem
Khilafah di akhir zaman ini. Kedua, bertugas untuk mempersiapkan wilayah kekuasaan untuk al-Mahdi dirintis dan dimulai dari wilayah
“Qum”
131
130
Lih, Muhammad, Pemuda Bani Tamim Perintis Jalan Imam Mahdi, Pustaka Tarbiyah, 2010, hlm 57
131
Lih Najamuddin Thabasi, Laga pamungkas: Duet Imam Mahdi dan Isa al-Masih Memimpin Dunia, penerbit Al-Huda, 2010, hlm 76
Selain memusatkan Pemuda Bani Tamim sebagai tokoh sentral konstruksi messianis mereka, Jamaah an-Nadzir juga
menempatkan wacana „ketimuran‟ dalam posisi yang sangat penting. Bahkan, Fungsi Bani Tamim dalam wacana messianistis an-
Nadzir digunakan untuk mengafirmasi konstruksi tentang timur yang mereka maksudkan. Menurut an-Nadzir Semua orang yang terlibat membangun dan membina
pusat pemerintahan Imam Mahdi itu adalah orang-orang „Timur‟, yakni kaum atau
bangsa yang menetap di „Timur‟, yang memeluk dan mengamalkan ajaran Muhammad
Rasulullah saw lebih baik dari bangsa-bangsa lain. Dari kalangan ini pulalah asal para ikhwan. Ikhwan dalam pengertian an-Nadzir adalah orang-orang yang akan menjadi
pendamping dan pembela al-Mahdi. Mereka adalah pasukan pembawa panji-panji hitam dari timur. Kedudukan Ikhwan ini disetarakan dengan kedudukan sahabat-sahabat setia
Muhammad di masa lalu. Konstruksi
dan perebutan
makna tentang
komunitas yang
akan mempersiapkan proses kedatangan Imam Mahdi tidak hanya dilakukan oleh an-
Nadzir, sepanjang sejarah Islam telah banyak usaha dan klaim terhadap wacana ini. Di Iran
– yang notabene masyarakatnya mayoritas Syiah-, interpretasi seperti ini juga banyak terjadi. Mereka mengkalialm bhawa orang Iran nantinya akan
memgeang peran fundamental dalam kebangkitan Imam Zaman al-Mahdi as
132
. Bangunan konsep orang Iran terhadap wacana tersebut cenderung mirip dengan apa
yang dikonstruksi oleh an-Nadzir bahkan dalil-dalil teologis yang dipakai untuk
132
Ibid hlm 131
mengafirmasi wacana tersebut juga sedikit banyak memiliki persamaan meski dengan interpretasi yang berbeda
133
. Sebagaimana lazim dalam berbagai konsep messiasnisme, dunia dan keadaan
yang sedang berlangsung saat ini dipandang sebagai dunia yang telah mengalami dekadensi akut, jauh dari cita-cita ideal sebuah masyarakat ilahiah. Jamaah an-
Nadzir juga memandang dunia dengan cara pandang yang tidak jauh berbeda dengan argumentasi messianic lainnya. menurut an-Nadzir penyebab utama kemerosotan
kualitas hidup manusia adalah karena pilihan hukum yang dipakai. Dalam pandangan an-Nadzir, hukum, peraturan dan undang-undang yang dipakai saat ini
adalah hukum, peraturan dan undang-undang produk manusia. Yang sesungguhnya, dalam hukum tersebut banyak sekali yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah
SWT
134
.
133
Hadist-hadist yang akan saya sebutkan dibawah ini beserta interpretasinya yang menurut saya politis, saya kutip dari buku yang ditulis Najamuddin Thabasi, Laga pamungkas : Duet Imam Mahdi dan Isa al-
Masih Memimpin Dunia, hlm 76 Dari nabi Saw bersabda: bendera-bendera hitam berdatangan dari Timur, seolah-olah hati mereka terbuat
dari potongan-potongan besi. Siapapun yang mendengar seruan mereka, maka hendaklah dia mendatangi mereka lalu berbaiat kepada mereka walaupun dia harus merangkak di atas salju. Hadist yang digunakan
kaum Iran ini kurang lebih sama dengan yang digunakan oleh an-Nadzir, perbedaannya hanya pada interpretasi tentang timur, di mana orang kelompok Iran tersebut memahami bahwa Timur yang dimaksud
adalah wilayah Iran, sementara an-Nadzir menginterpretasikan Timur sebagai kab. Gowa, tempat dimana komunitas mereka berada.
Hadist lain yang dikutip adalah Dari imam Baqir as salah satu dari 12 imam Syiah dimana beliau berkata : para sahabat al-Qaim berjumlah 313 orang yang merupakan orang ajam non-Arab. Interpretasi
tentang makna dari kata non-Arab inilah yang melahirkan sebuah medan kontestasi, orang Iran menafsirkan bahwa orang non-Arab yang dimaksud adalah orang-orang Persia Iran, sedangkan an-
Nadzir sebagaimana kita tahu memaknainya sebagai orang Makassar Gowa. Yang juga menarik dari banyaknya persamaan antara konstruksi messianic Iran Syiah dan Jamaah an-Nadzir adalh interpretasi
tentang „Qum‟. Jika di Iran memang terdapat sebuah wilayah bernama Qum yang memang sering disebut dalam konsep messianisme Syiah, sementara itu an-Nadzir member makna baru terhadap kata Qum,
menurut mereka itulah adalah sinonim dari kata Goa, sehingga yang dimaksud adalah Gowa, tempat dimana mereka bermukim.
134
Wawancara dengan Arif
Pengabaian hukum ilahi, yang tertuang dalam kitab-kitab suci sebagai pedoman hidup manusia dalam pandangan an-Nadzir telah mehalirkan berbagai kezaliman dan
penderitaan. Tidak hanya itu, dalam pandangan an-Nadzir, bahkan hukum Tuhan pun telah direduksi oleh manusia sehingga kehidupan beragama telah banyak
„diselewengkan‟. Agama bahkan digunakan sebagai sarana kekuasaan. Kedatangan al- Mahdi bertujuan untuk mengembalikan dan menegakkan kembali hukum Tuhan dan
meluruskan kembali kehidupan beragama umat manusia sebagaimana mestinya. Selain misi yang terkesan teologis tersebut, Imam Mahdi sebagai seorang pemimpin akan
memenuhi dunia dengan keadilan. Keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan yang dicapai berkat implikasi penegakan hukum-hukum Tuhan.
Pewacanaan penegakan kembali hukum Tuhan tentunya memerlukan sebuah konsep hukum lain untuk dipertentangkan sebagai sebuah proses identifikasi. Seperti
kebanyakan gerakan radikal Islam, Jamaah an-Nadzir juga menuduh kekuatan hegemoni Barat baik dari segi ekonomi, politik dan budaya sebagai biang keladi dekandensi hidup
manusia, utamanya sebagai penyebab keterpurukan Islam. Namun demikian, meskipun dibenci, Barat di sini dibutuhkan karena selain sebagai ancaman, Barat juga telah
melahirkan sebuah pengharapan baru dari antagonismenya dengan Islam. Pertentangan dan revolusi sebagai tujuan kebangkitan al-Mahdi tentunya
mengadaikan terjadinya perebutan kekuasaan. Dalam hal ini an-Nadzir sepertinya mengambil jalan berbeda dengan kelompok Islam radikal lainnya, alih-alih
mewacanakan gerakan kekerasan, an- Nadzir malah memilih jalan yang lebih „damai‟.
An-Nadzir mempercayai adanya peran supranatural dalam imaji proses meraih kekuasaan bagi al-Mahdi. Inilah pula yang mungkin menjadi alas an mengapa
konstruksi messianic an-Nadzir sangat kental dengan kesan supranatural yang terkesan agak „irasional‟. Menurut an-Nadzir Manusia yang mati di dunia karena menentang
perjalanan ini jumlahnya sangat banyak. Kebanyakan di antara mereka yang mati itu bukan karena terlibat dalam peperangan, akan tetapi di rumah atau di rumah sakit.
Karena dahsyatnya peristiwa ini, banyak manusia yang dijadikan Allah SWT mengidap penyakit kronis, terutama penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Sehingga para
musuh-musuh Islam yang mengidap penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, akan segera mati. Sebab hati mereka sangat sakit dan sangat marah dengan munculnya
pemimpin baru dari kalangan ummat Muslim yang menggantikan kekuasaan Barat yang selama ini menguasai peradaban manusia di dunia
135
. Konsep messianisme an-Nadzir yang telah dipaparkan di atas terkesan revivalis
di mana terdapat sebuah masa di waktu lampau yang telah diidealisasi dan berusaha untuk direbut kembali. Dalam messianisme an-Nadzir, masa itu adalah masa atau era
Muhammad. Kerinduan dan hasrat untuk mewujudkan kembali kehidupan sebagaimana di masa kenabian merupakan hal sentral dalam messianisme an-Nadzir, bahkan
mahdisme Islam secara umum. Mahdi diandaikan sebagai tokoh yang akan mewujudkan hal tersebut.
Bangunan konstruksi an-Nadzir bahkan banyak menggunakan cerita tentang masa tersebut untuk digunakan dan diinterpretasikan sesuai kebutuhan mereka sekarang.
Cerita tentang ikhwan sahabat dan pendukung Mahdi yang dianggap setara dengan sahabat-sahabat Rasul, jumlah pasukan Mahdi yang berjumlah 313 orang yang
terinspirasi dari cerita heroik perang Badar dimana 313 orang pasukan Muhammad
135
Muhammad al Jundi, Pemuda Bani Tamim perintis Jalan al-Mahdi, Pustaka Tarbiyah, 2010,
mengalahkan ribuan pasukan musuh adalah bukti bagaimana kehidupan kenabian adalah hal yang paling dihasrati. Dan dengan itu mengutuk sistem saat ini yang
dianggap sepenuhnya dikuasai Barat.
BAB IV KONTRUKSI KEPEMIMPINAN JAMAAH AN-NADZIR