Analisis kelayakan finansial perencanaan agrowisata markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PERENCANAAN
AGROWISATA MARKISA DI KECAMATAN
TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA
PROPINSI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
FERDIANSYAH H34054422
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010(2)
RINGKASAN
FERDIANSYAH. Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).
Sektor pariwisata dan pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Pariwisata merupakan penyumbang devisa non-migas terbesar bagi perekonomian sedangkan sektor pertanian mampu menyerap sebagian tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan hal tersebut konsep agrowisata memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa adalah salah satu sentra pengembangan markisa siuh di Propinsi Sulawesi Selatan. Saat ini, kebutuhan markisa siuh bagi industri pengolahan markisa masih belum terpenuhi. Oleh sebab itu pengembangan taman agrowisata markisa diharapkan dapat meningkatkan produksi dan juga kunjungan wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan aspek pasar pada agrowisata markisa, (2) menganalisis kelayakan aspek teknis dan manajemen pada agrowisata markisa, (3) menganalisis kelayakan finansial pada agrowisata markisa.
Penelitian dilaksanakan di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa yang merupakan sentra pengembangan markisa. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan selama bulan Oktober 2009 hingga November 2009. Adapun data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara sedangkan data sekunder berasal dari literatur ataupun instansi yang terkait. Penelitian ini menggunakan dua analisis data yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar dan aspek teknis dan manajemen. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial dengan menggunakan empat kriteria kelayakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return
(IRR), Net Benefit Cost Ratio(Net B/C), dan Pay Back Period (PBP). Selain itu digunakan juga analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti untuk melihat sejauh mana perubahan komponen proyek mempengaruhi hasil analisis kelayakan. Terdapat lima skenario yang digunakan pada analisis sensitivitas yaitu perubahan harga markisa (skenario I), keterlambatan penyelesaian proyek (seknario II), kenaikan harga pupuk (Skenario III), penyusutan produk markisa akibat risiko pengangkutan (skenario IV), dan penurunan kunjungan wisatawan (skenario V). Adapun tingkat diskonto yang digunakan adalah 7 persen sesuai dengan tingkat suku bunga deposito tertinggi menurut aturan Bank Indonesia.
Potensi wisata di lokasi penelitian saat ini memiliki peluang yang cukup besar. Bahkan diproyeksikan akan ada 17.400 wisatawan yang akan berkunjung ke agrowisata markisa setiap tahunnya. Sedangkan dari potensi produk markisa diketahui bahwa pengembangan markisa masih memiliki peluang besar baik dari potensi lahan maupun market space yang ada. Aspek teknis menunjukkan bahwa lokasi penelitian sangat ideal untuk dilakukan budidaya maupun sebagai lokasi tujuan wisata. Hal tersebut didasarkan pada kondisi lahan, kondisi iklim, potensi sumberdaya lahan, dan aksesbilitas yang sesuai untuk budidaya markisa. Sedangkan dari
(3)
segi pariwisata, lokasi ini berdekatan dengan salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan yaitu Kawasan Wisata Malino.
Aspek finansial dianalisis dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu
NPV, IRR, Net B/C, dan PBP. Nilai NPV yang diperoleh Rp 1.711.592.194,00, IRR 10 persen, Net B/C 1,20, dan PBP 8 tahun 2 bulan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara finansial agrowisata markisa ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila skenario I dan skenario IV terjadi maka usaha taman agrowisata menjadi tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan apabila skenario II, skenario III, dan skenario V terjadi maka usaha masih layak untuk dijalankan. Analisis nilai pengganti menggunakan skenario yang dianggap sensitif bagi proyek yaitu skenario I, skenario IV, dan skenario V. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa dari segi aspek pasar, aspek teknis dan manajemen, dan aspek finansial usaha taman agrowisata ini layak untuk dijalankan.
(4)
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PERENCANAAN
AGROWISATA MARKISA DI KECAMATAN
TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA
PROPINSI SULAWESI SELATAN
FERDIANSYAH H34054422
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010(5)
JUDUL : Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan
NAMA : Ferdiansyah NRP : H34054422
Disetujui, Pembimbing
Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 197903 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
(6)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Ferdiansyah H34054422
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 27 Januari 1987. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda A. Mallaringan dan Ibunda Dahlia A. R.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Inpres Mangkura Makassar pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 2 Pangkajene. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 17 Makassar diselesaikan pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada tahun 2005. Setelah melalui proses seleksi yang ketat melalui program Mayor-Minor akhirnya penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis juga mengambil program Minor pada Departemen Matematika yaitu Minor Keuangan dan Aktuaria.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Syariah Economic Student Club (SES-C) pada Divisi Media periode 2007-2008. Penulis juga aktif sebagai Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum periode 2007/2008 dan 2008/2009. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi internal Agribisnis 42 yaitu “FRESH AGB 42” yang merupakan organisasi kerohanian Islam pada periode 2006-2008.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan aspek pasar, aspek teknis dan manajemen, dan aspek finansial pada perencanaan agrowisata di Kecamatan Tombolo Pao.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2010 Ferdiansyah
(9)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1) Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2) Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Dr. Ir. Suharno, M.ADev selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3) Seluruh Dosen dan Staf Departemen Agribisnis atas perhatian dan bantuannya selama penulis menempuh studi hingga akhir.
4) Mama, Bapak, Kakak, dan Adik tercinta yang senantiasa memberikan dukungan cinta kasih dan doa yang tiada henti-hentinya. Semoga karya ini menjadi salah satu persembahan terbaik untuk Keluarga tercinta.
5) Kakek (Almarhum), Nenek, Om, Tante, dan sepupu-sepupu semua yang telah banyak memberikan bantuan baik dari segi materi dan moril.
6) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaen Gowa, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan, dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa beserta staf yang telah memberikan bantuan dalam pengumpulan data dan informasi. 7) Bapak Yulianus selaku Kepala Bagian Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan dan Bapak H. Zulkarnaen selaku Kepala Bagian Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikutura Kabupaten Gowa yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.
8) Seluruh pihak yang telah diwawancarai dan memberikan informasi yang relevan untuk skripsi ini. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan.
(10)
9) Fandy, Ita, Fajri, Uci, Ana, dan teman-teman Ikami SulSel yang menjadi keluarga penulis di tanah rantau. Terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga kita semua bisa menjadi orang sukses.
10) Mba’ Momon, Abah Daus, Bebeh, Upet, Doyong, dan Tice yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa. Semoga kita semua tetap sering menjalin silaturahmi (jalan-jalan). Amiin!
11) Mami Sintha, Zulvan, dan Tia (Alm) atas semangat dan diskusinya selama proses bimbingan skripsi. Terima kasih atas bantuannya.
12) Teman-teman Agribisnis angkatan 42, Om Ical yang telah bersedia jadi pembahas, Sarzul yang demikian ikhlas, Abel, Tante Listy, Ncep, Nemo, Jamie, Jupe, Mamat, Meno’, Jacko, Mba’e, Dodo, Wening, Wiwi, Ika, Ana, Vica, Ririn, Neina, Novi, Echa Ce, Rina, Cila, Dani, Irfan, Wiyanto, Fehmi, Moe, dan teman-teman lainnya. Terima kasih atas pengalaman dalam berbagi suka dan duka selama di agribisnis 42.
13) Regency Crew, Al-Azhar Crew, Latimojong Crew, Pamijahan Crew, Teman-Teman Fresh AGB 42, Teman-Teman-Teman-Teman SES-C, dan Anak Ranger. Terima kasih atas semua kebersamaan yang telah terjalin.
14) Nurfajriyati “My Miracle” Arifin yang telah menjadi Keajaiban dalam hidup penulis.
15) Pihak Sponsor yang telah menjadi penyandang dana kuliah penulis serta pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas seluruh bantuannya dalam penyelesaian studi penulis dan skripsi ini.
Bogor, Maret 2010 Ferdiansyah
(11)
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PERENCANAAN
AGROWISATA MARKISA DI KECAMATAN
TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA
PROPINSI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
FERDIANSYAH H34054422
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010(12)
RINGKASAN
FERDIANSYAH. Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).
Sektor pariwisata dan pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Pariwisata merupakan penyumbang devisa non-migas terbesar bagi perekonomian sedangkan sektor pertanian mampu menyerap sebagian tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan hal tersebut konsep agrowisata memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa adalah salah satu sentra pengembangan markisa siuh di Propinsi Sulawesi Selatan. Saat ini, kebutuhan markisa siuh bagi industri pengolahan markisa masih belum terpenuhi. Oleh sebab itu pengembangan taman agrowisata markisa diharapkan dapat meningkatkan produksi dan juga kunjungan wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan aspek pasar pada agrowisata markisa, (2) menganalisis kelayakan aspek teknis dan manajemen pada agrowisata markisa, (3) menganalisis kelayakan finansial pada agrowisata markisa.
Penelitian dilaksanakan di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa yang merupakan sentra pengembangan markisa. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan selama bulan Oktober 2009 hingga November 2009. Adapun data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara sedangkan data sekunder berasal dari literatur ataupun instansi yang terkait. Penelitian ini menggunakan dua analisis data yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar dan aspek teknis dan manajemen. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial dengan menggunakan empat kriteria kelayakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return
(IRR), Net Benefit Cost Ratio(Net B/C), dan Pay Back Period (PBP). Selain itu digunakan juga analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti untuk melihat sejauh mana perubahan komponen proyek mempengaruhi hasil analisis kelayakan. Terdapat lima skenario yang digunakan pada analisis sensitivitas yaitu perubahan harga markisa (skenario I), keterlambatan penyelesaian proyek (seknario II), kenaikan harga pupuk (Skenario III), penyusutan produk markisa akibat risiko pengangkutan (skenario IV), dan penurunan kunjungan wisatawan (skenario V). Adapun tingkat diskonto yang digunakan adalah 7 persen sesuai dengan tingkat suku bunga deposito tertinggi menurut aturan Bank Indonesia.
Potensi wisata di lokasi penelitian saat ini memiliki peluang yang cukup besar. Bahkan diproyeksikan akan ada 17.400 wisatawan yang akan berkunjung ke agrowisata markisa setiap tahunnya. Sedangkan dari potensi produk markisa diketahui bahwa pengembangan markisa masih memiliki peluang besar baik dari potensi lahan maupun market space yang ada. Aspek teknis menunjukkan bahwa lokasi penelitian sangat ideal untuk dilakukan budidaya maupun sebagai lokasi tujuan wisata. Hal tersebut didasarkan pada kondisi lahan, kondisi iklim, potensi sumberdaya lahan, dan aksesbilitas yang sesuai untuk budidaya markisa. Sedangkan dari
(13)
segi pariwisata, lokasi ini berdekatan dengan salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan yaitu Kawasan Wisata Malino.
Aspek finansial dianalisis dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu
NPV, IRR, Net B/C, dan PBP. Nilai NPV yang diperoleh Rp 1.711.592.194,00, IRR 10 persen, Net B/C 1,20, dan PBP 8 tahun 2 bulan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara finansial agrowisata markisa ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila skenario I dan skenario IV terjadi maka usaha taman agrowisata menjadi tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan apabila skenario II, skenario III, dan skenario V terjadi maka usaha masih layak untuk dijalankan. Analisis nilai pengganti menggunakan skenario yang dianggap sensitif bagi proyek yaitu skenario I, skenario IV, dan skenario V. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa dari segi aspek pasar, aspek teknis dan manajemen, dan aspek finansial usaha taman agrowisata ini layak untuk dijalankan.
(14)
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PERENCANAAN
AGROWISATA MARKISA DI KECAMATAN
TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA
PROPINSI SULAWESI SELATAN
FERDIANSYAH H34054422
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010(15)
JUDUL : Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan
NAMA : Ferdiansyah NRP : H34054422
Disetujui, Pembimbing
Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 197903 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
(16)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Ferdiansyah H34054422
(17)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 27 Januari 1987. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda A. Mallaringan dan Ibunda Dahlia A. R.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Inpres Mangkura Makassar pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 2 Pangkajene. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 17 Makassar diselesaikan pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada tahun 2005. Setelah melalui proses seleksi yang ketat melalui program Mayor-Minor akhirnya penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis juga mengambil program Minor pada Departemen Matematika yaitu Minor Keuangan dan Aktuaria.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Syariah Economic Student Club (SES-C) pada Divisi Media periode 2007-2008. Penulis juga aktif sebagai Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum periode 2007/2008 dan 2008/2009. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi internal Agribisnis 42 yaitu “FRESH AGB 42” yang merupakan organisasi kerohanian Islam pada periode 2006-2008.
(18)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan aspek pasar, aspek teknis dan manajemen, dan aspek finansial pada perencanaan agrowisata di Kecamatan Tombolo Pao.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2010 Ferdiansyah
(19)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1) Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2) Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Dr. Ir. Suharno, M.ADev selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3) Seluruh Dosen dan Staf Departemen Agribisnis atas perhatian dan bantuannya selama penulis menempuh studi hingga akhir.
4) Mama, Bapak, Kakak, dan Adik tercinta yang senantiasa memberikan dukungan cinta kasih dan doa yang tiada henti-hentinya. Semoga karya ini menjadi salah satu persembahan terbaik untuk Keluarga tercinta.
5) Kakek (Almarhum), Nenek, Om, Tante, dan sepupu-sepupu semua yang telah banyak memberikan bantuan baik dari segi materi dan moril.
6) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaen Gowa, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan, dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa beserta staf yang telah memberikan bantuan dalam pengumpulan data dan informasi. 7) Bapak Yulianus selaku Kepala Bagian Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan dan Bapak H. Zulkarnaen selaku Kepala Bagian Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikutura Kabupaten Gowa yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.
8) Seluruh pihak yang telah diwawancarai dan memberikan informasi yang relevan untuk skripsi ini. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan.
(20)
9) Fandy, Ita, Fajri, Uci, Ana, dan teman-teman Ikami SulSel yang menjadi keluarga penulis di tanah rantau. Terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga kita semua bisa menjadi orang sukses.
10) Mba’ Momon, Abah Daus, Bebeh, Upet, Doyong, dan Tice yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa. Semoga kita semua tetap sering menjalin silaturahmi (jalan-jalan). Amiin!
11) Mami Sintha, Zulvan, dan Tia (Alm) atas semangat dan diskusinya selama proses bimbingan skripsi. Terima kasih atas bantuannya.
12) Teman-teman Agribisnis angkatan 42, Om Ical yang telah bersedia jadi pembahas, Sarzul yang demikian ikhlas, Abel, Tante Listy, Ncep, Nemo, Jamie, Jupe, Mamat, Meno’, Jacko, Mba’e, Dodo, Wening, Wiwi, Ika, Ana, Vica, Ririn, Neina, Novi, Echa Ce, Rina, Cila, Dani, Irfan, Wiyanto, Fehmi, Moe, dan teman-teman lainnya. Terima kasih atas pengalaman dalam berbagi suka dan duka selama di agribisnis 42.
13) Regency Crew, Al-Azhar Crew, Latimojong Crew, Pamijahan Crew, Teman-Teman Fresh AGB 42, Teman-Teman-Teman-Teman SES-C, dan Anak Ranger. Terima kasih atas semua kebersamaan yang telah terjalin.
14) Nurfajriyati “My Miracle” Arifin yang telah menjadi Keajaiban dalam hidup penulis.
15) Pihak Sponsor yang telah menjadi penyandang dana kuliah penulis serta pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas seluruh bantuannya dalam penyelesaian studi penulis dan skripsi ini.
Bogor, Maret 2010 Ferdiansyah
(21)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan ... 6
1.4. Manfaat ... 6
II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Definisi Pariwisata dan Jenis-Jenisnya ... 7
2.2. Manfaat Pariwisata ... 7
2.2.1. Manfaat Ekonomi ... 8
2.2.2. Manfaat Sosial, Budaya dan Lingkungan ... 9
2.3. Tempat Wisata di Propinsi Sulawesi Selatan ... 9
2.4. Definisi dan Jenis-Jenis Agrowisata ... 11
2.5. Manfaat Agrowisata ... 14
2.6. Jenis-Jenis Markisa ... 20
2.7. Penelitian Terdahulu ... 22
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 24
3.1.1. Manfaat Proyek ... 25
3.1.2. Biaya Proyek ... 28
3.1.3. Kelayakan Proyek ... 29
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35
IV METODOLOGI PENELITIAN ... 38
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
4.2. Jenis dan Sumber Data ... 38
4.3. Metode Analisis Data ... 39
4.3.1. Aspek Pasar ... 39
4.3.2. Aspek Teknis dan Manajemen ... 39
4.3.3. Aspek Finansial ... 39
4.3.4. Analisis Sensitivitas ... 42
4.4. Asumsi Dasar ... 43
V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 45
5.1. Letak Administrasi ... 45
5.2. Kondisi Topografi dan Jenis Tanah ... 45
5.3. Iklim ... 46
5.3.1. Musim ... 46
5.3.2. Curah Hujan dan Suhu Udara ... 46
(22)
VI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 48 6.1. Aspek Pasar ... 48 6.1.1. Potensi Pasar Wisata ... 48 6.1.2. Potensi Pasar Markisa ... 50 6.1.3. Market Share ... 50 6.1.4. Segmentasi Pasar ... 51 6.1.5. Pasar Sasaran ... 51 6.1.6. Posisi Pasar ... 52 6.1.7. Strategi Bauran Pemasaran ... 52 6.2. Aspek Teknis dan Manajemen ... 54 6.2.1. Lokasi Usaha ... 54 6.2.2. Luas Produksi dan Proses Produksi ... 57 6.2.3. Layout Agrowisata ... 62 6.2.4. Manajemen Operasi ... 62 6.3. Aspek Finansial ... 63 6.3.1. Identifikasi Manfaat dan Biaya Proyek ... 63 6.3.2. Analisis Kelayakan Finansial ... 69 6.3.3. Analisis Sensitivitas ... 70 6.3.4. Analisis Nilai Pengganti ... 75 VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 77 7.1. Kesimpulan ... 77 7.2. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN ... 80
(23)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penerimaan Devisa Pariwisata dibandingkan dengan
Komoditi Ekspor Lainnya Tahun 2007 ... 1 2. Kunjungan Wisatawan ke Propinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2003-2008 ... 48 3. Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Gowa
Tahun 1997-2007 ... 49 4. Potensi, Pemanfaatan, dan Peluang Lahan
untuk Budidaya Markisa ... 50 5. Perbandingan antara kondisi ideal budidaya markisa dengan
kondisi di Desa Kanreapia Kabupaten Gowa ... 55 6. Perkiraan Penerimaan dari Produk Jasa ... 63
7. Perkiraan Penerimaan Penjualan Markisa
selama Lima Tahun ... 65 8. Hasil Analisis Kelayakan Finansial
Agrowisata Markisa ... 70 9. Hasil Analisis Sensitivitas jika Terjadi Penurunan Harga
Markisa sebesar 50 persen ... 71 10. Hasil Analisis Sensitivitas jika Terjadi Pemunduran Waktu
PenerimaanBenefit ... 72 11. Hasil Analisis Sensitivitas saat Harga Pupuk
KCL dan TSP meningkat ... 73 12. Hasil Analisis Sensitivitas Apabila Jumlah Markisa yang Terjual
Mengalami Penurunan Sebesar 25 persen ... 74 13. Hasil Analisis Sensitivitas apabila Terjadi Penurunan
(24)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Grafik Penerimaan Devisa Sektor Pariwisata
Tahun 2004-2007 ... 2 2. Alur Kerangka Pemikiran Analisis Kelayakan Finansial
(25)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta Propinsi Sulawesi Selatan ... 81 2. Peta Kabupaten Gowa ... 82
3. Ibu Kota Kecamatan. Jarak dan Luas Kecamatan
Tahun 2008 ... 83 4. Layout Agrowisata Markisa ... 84 5. Perhitungan Nilai Sisa ... 85 6. Perincian Biaya Investasi ... 86 7. Biaya Operasional Agrowisata Markisa
selama Lima Tahun ... 87 8. Analisis Cashflow usaha Agrowisata Markisa ... 88 9. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario I ... 93 10. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario II ... 98 11. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario III ... 103 12. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario IV ... 108 13. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario V ... 113 14. Hasil Analisis Nilai Pengganti pada Harga Jual
Produk Markisa dan Penurunan Produk yang Terjual ... 118 15. Hasil Analisis Nilai Pengganti pada Penurunan
(26)
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia1. Selain keanekaragaman hayati juga terdapat kondisi tanah dan iklim yang beragam. Kelimpahan kekayaan alam tersebut apabila dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi sumber pendapatan bagi negara. Semua hal tersebut merupakan aset yang dapat menarik bangsa lain untuk berkunjung atau berwisata ke Indonesia.
Sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pariwisata menempati urutan kedua sebagai komoditi ekspor yang memberikan pemasukan devisa terbesar yaitu sekitar US $ 5.997,75 juta. Sedangkan sektor minyak dan gas bumi menempati urutan pertama dengan menghasilkan devisa sebesar US $ 17.464,52 juta. Meskipun berada di urutan kedua, sektor pariwisata menempati urutan pertama sebagai komoditi non-migas yang menghasilkan perolehan devisa terbesar.
Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya Tahun 2007
2007*) Peringkat
Jenis Komoditi Nilai (Juta US $)
1 Minyak dan Gas Bumi 17.464,52
2 Pariwisata 5.997,75
3 Pakaian Jadi 5.345,98
4 Alat Listrik 5.008,69
5 Tekstil 4.739,74
*) Data Januari-Oktober 2007
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (2007)2
____________________
1 Departemen Pertanian. 2002. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=3. [28 Februari 2009].
2 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2007. Statistik Pariwisata dan Kebudayaan 2007. http://www.budpar.go.id/filedata/2474_1149-bukusaku2007indonesia.pdf. [28 Februari 2009].
(27)
2 Selain kontribusi yang cukup besar bagi devisa negara, ternyata penerimaan devisa tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2004 penerimaan devisa dari sektor pariwisata adalah sebesar US $ 4.797,88 juta. Hingga Oktober 2007 tercatat bahwa devisa yang diperoleh adalah US $ 5.997,75 atau mengalami peningkatan hingga 125,0 persen. Penerimaan devisa yang semakin meningkat mengindikasikan bahwa pengembangan sektor pariwisata dapat terus dilakukan demi memperoleh pemasukan devisa yang lebih besar lagi. Apalagi dengan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia.
Gambar 1. Grafik Penerimaan Devisa Sektor Pariwisata Tahun 2004-2007
*) Data Januari-Oktober 2007
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (2007)3
Salah satu konsep pariwisata yang berpotensi untuk mendatangkan devisa bagi negara adalah konsep wisata agro atau yang lebih dikenal dengan agrowisata. Hal ini disebabkan oleh berubahnya preferensi dan motivasi wisatawan yang berkembang cukup dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati obyek-obyek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan
____________________
(28)
ini merupakan indikasi tingginya permintaan terhadap wisata agro dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik4.
Hamparan areal penanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan hortikultura disamping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga merupakan media pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas, mulai dari pendidikan tentang kegiatan usaha di bidang masing-masing sampai kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam. Obyek wisata agro tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Cara-cara bertanam tebu, acara panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara penciptaan varietas baru tebu merupakan salah satu contoh obyek yang kaya dengan muatan pendidikan. Cara pembuatan gula merah kelapa juga merupakan salah satu contoh lain dari kegiatan yang dapat dijual kepada wisatawan yang disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi. Dengan demikian dapat dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula merah yang dihasilkan pengrajin. Kunjungan masyarakat menuju obyek wisata juga membuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dan obyek wisata agro yang bersangkutan, namun pasar dan segala kebutuhan masyarakat. Kawasan agrowisata diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu propinsi yang memiliki keindahan alam yang cukup digemari oleh para wisatawan. Hal ini terlihat dari ditetapkannya Propinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata Unggulan (DTW) Nasional. Selain Sulawesi Selatan terdapat tiga propinsi lain yang juga termasuk dalam DTW Nasional yaitu Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Barat5. Menindaklanjuti dari ditetapkannya Propinsi
____________________
4 Departemen Pertanian. 2002. Membangun Pilar Wisata Agro Indonesia. http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=3. [28 Februari 2009].
5 Anonim. 2006. Pariwisata Sulsel Lebih Cerah pada 2007.
http://www.wisataparlemen.com/front/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=164. [7 Maret 2009].
(29)
4 Sulawesi Selatan sebagai DTW, Dinas Periwisata Sulawesi Selatan menyiapkan dana promosi wisata senilai Rp 20 miliar. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan jumlah wisatawan , baik mancanegara maupun nusantara.
Sulawesi Selatan memiliki banyak komoditi pertanian yang dapat dijadikan usaha wisata agro. Misalnya padi, jagung, kakao, udang dan sapi yang merupakan lima komoditas unggulan pertanian Sulawesi Selatan. Selain itu untuk tanaman Hortikultura salah satu komoditi binaan Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 511/kpts/pd.310/9/2006 tanggal: 12 september 2006 adalah markisa (passiflora edulis). Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra markisa di Indonesia. Sulawesi Selatan berdasarkan data Departemen Pertanian tahun 2005-2007 menghasilkan produksi markisa sebanyak 7.177 ton di tahun 2005, 7.455 ton di tahun 2006, dan 6.139 ton di tahun 2007. Dalam skala nasional produksi markisa Sulawesi Selatan memiliki persentase berturut-turut dari tahun 2005-2007 adalah 8,66%, 6,23%, dan 5,75%6.
Penurunan produksi ini berdampak pada berkurangnya bahan baku untuk industri pengolahan markisa. Oleh sebab itu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Gowa berupaya melakukan program pengembangan komoditi markisa. Program tersebut berupa pembagian bibit kepada petani dan menarik minat investor untuk berinvestasi pada budidaya markisa. Salah satu cara untuk menarik investor adalah dengan menawarkan konsep agrowisata markisa.
Selain menjadi salah satu sentra markisa di Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa memiliki banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi, misalnya Air Terjun Takapala, Air Terjun Lembanna, Hutan Wisata Malino, dan Pemandian Lembah Biru. Meskipun sebagai salah satu daerah tujuan wisata, konsep agrowisata belum berkembang dengan baik di kawasan ini. Berdasarkan pemaparan di atas pengembangan agrowisata markisa di Kabupaten Gowa memiliki prospek yang cukup baik.
____________________
(30)
1.2. Perumusan Masalah
Sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi perekonomian Indonesia. Sedangkan di lain sisi sektor pertanian merupakan sektor yang terbanyak menyerap tenaga kerja di Indonesia, yaitu sebesar 41,3 juta orang atau separuh dari angkatan kerja nasional7. Agrowisata yang merupakan penggabungan antara sektor pariwisata dan sektor pertanian diharapkan dapat menjadi salah satu sektor unggulan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Saat ini konsep agrowisata pada umumnya berkembang pesat hanya di Pulau Jawa. Pada wilayah Indonesia lainnya, khususnya Indonesia bagian Timur, konsep agrowisata masih belum dikembangkan secara baik.
Adapun beberapa tempat-tempat agrowisata yang berkembang pesat di Pulau Jawa antara lain Taman Buah Mekarsari, Taman Bunga Nasional Nusantara, Kebun Apel Batu Malang, dan Agrowisata Gumati (Mahaputriana 2006). Keberhasilan konsep agrowisata tersebut sampai saat ini belum mampu meyakinkan investor untuk melakukan investasi di Sulawesi Selatan. Sehingga sampai saat ini konsep agrowisata yang serupa dengan agrowisata di Pulau Jawa belum ada di daerah Sulawesi Selatan. Salah satu faktor penyebab belum tertariknya para investor adalah masih kurangnya studi-studi mengenai kelayakan usaha agrowisata bila dikembangkan di Propinsi Sulawesi Selatan.
Kurangnya studi mengenai kelayakan usaha terutama dari aspek finansial membuat investor ataupun pemerintah tidak memiliki gambaran yang cukup untuk melakukan investasi. Gambaran tersebut sangat penting sebab diperlukan modal yang cukup besar untuk membuat suatu konsep agrowisata yang cukup lengkap. Kelengkapan tersebut antara lain adanya penyajian pemandangan yang unik, penjualan produk barang atau jasa yang terkait dengan pertanian, produk-produk jasa yang bersifat pendidikan dan hiburan. Pengkajian kelayakan finansial perencanaan agrowisata markisa akan memberikan gambaran kepada investor maupun pemerintah mengenai prospek konsep agrowisata.
____________________
7 Nuhung MI. 2009. Tenaga Kerja Pertanian. http://www.tribun-timur.com/read/artikel/9824. [28 Maret 2009].
(31)
6 1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Menganalisis kelayakan aspek pasar pada agrowisata markisa.
2) Menganalisis kelayakan aspek teknis dan manajemen pada agrowisata markisa.
3) Menganalisis kelayakan aspek finansial pada agrowisata markisa. 1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, antara lain:
1) Investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di sektor agrowisata. 2) Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa
dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa agar dapat mengetahui potensi pengembangan agrowisata.
3) Peneliti yang tertarik pada kelayakan usaha berikutnya, khususnya yang berbasis agrowisata.
(32)
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Pariwisata dan Jenis-Jenisnya
Pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan dan aspek substansial, yaitu sebuah aktivitas manusia (Kartawijaya, diacu dalam Wardiyanta 2006). Ditinjau dari sisi kelembagaannya pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sedangkan bila ditinjau dari sisi substansialnya, pariwisata merupakan bagian dari budaya masyarakat yang berkaitan dengan cara penggunaan waktu senggang yang dimilikinya. Pariwisata juga dapat diartikan sebagai perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya (Marpaung 2002).
Dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
4) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.
5) Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
6) Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
7) Daerah tujuan wisata adalah daerah yang memiliki daerah-daerah wisata yang ditunjang oleh prasarana dan sarana pariwisata serta masyarakat.
2.2. Manfaat Pariwisata
Wiwoho et al. (1990) menyatakan bahwa pariwisata merupakan industri yang terus berkembang di dunia. Sejak lama, pariwisata bagi negara-negara maju
(33)
8 telah menjadi bagian dari kebutuhan hidup. Kegiatan kepariwisataan bahkan sudah merupakan suatu aktivitas dan permintaan yang wajar untuk dipenuhi. Adapun manfaat dari pariwisata menurut Wiwohoet al. (1990) terbagi dalam dua kategori, yaitu manfaat ekonomi dan manfaat sosial, budaya dan lingkungan hidup.
2.2.1. Manfaat Ekonomi
Manfaat ekonomi pada sektor pariwisata menjadikan industri ini salah satu penyumbang devisa terbesar di sektor non-migas. Adapun manfaat ekonomi yang dapat diperoleh, yaitu:
1) Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, tidak hanya pada industri pariwisatanya saja, melainkan juga di sektor lainnya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pengembangan pariwisata. Usaha kepariwisataan dengan segala kaitannya membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga bersifat padat karya, oleh karena itu sangat membantu dalam memecahkan masalah pengangguran.
2) Memperbesar penerimaan devisa negara yang bersumber dari pengeluaran wisatawan luar negeri, karena itu dapat memperbaiki neraca pembayaran negara.
3) Meningkatkan pendapatan masyarakat Daerah Tujuan Wisata yang berasal dari pengeluaran-pengeluaran yang dibelanjakan oleh para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.
4) Memperbesar pendapatan pemerintah pusat maupun daerah berupa pajak, termasuk bea cukai serta penerimaan-penerimaan lain dari usaha kepariwisataan atau bidang lain yang menjadi pendukung usaha kepariwisataan.
5) Memperbesar penanaman modal, baik oleh pemerintah maupun oleh swasta di berbagai sektor yang langsung berhubungan dengan pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan maupun yang mendukung pembangunan pariwisata.
6) Meningkatkan produksi serta transaksi barang-barang untuk memenuhi kebutuhan yang timbul karena perjalanan dan kunjungan.
(34)
7) Membangkitkan kewiraswastaan dan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional.
8) Mendorong pembangunan prasarana dan sarana, terutama di daerah yang tidak memiliki potensi ekonomi kecuali daerah diselenggarakannya kegiatan pariwisata.
2.2.2. Manfaat Sosial, Budaya dan Lingkungan
Selain manfaat ekonomi, industri pariwisata juga memiliki manfaat di bidang sosial-budaya dan lingkungan hidup. Berikut ini adalah manfaat dari industri pariwisata:
1) Mendorong pemeliharaan dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa, menghidupkan kembali seni tradisional yang hampir punah serta meningkatkan mutu seni, baik seni tari, seni ukir, seni lukis, maupun seni budaya lainnya.
2) Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan sebagai akibat dikembangkannya pengenalan terhadap kekayaan budaya bangsa dan tanah air.
3) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap seni budaya sendiri.
4) Kontak-kontak langsung yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat yang dikunjunginya, sedikit banyak akan memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap niali-nilai kehidupan lain.
5) Pariwisata dapat mendorong terciptanya lingkungan hidup yang serasi dan harmonis, oleh karena wisatawan yang mempunyai tujuan pokok untuk rekreasi, menginginkan suatu lingkungan yang menimbulkan suasana baru dari kejenuhan kehidupan sehari-hari mereka.
2.3. Tempat Wisata di Propinsi Sulawesi Selatan
Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang ada di Indonesia. Penetapan ini menjadikan sektor pariwisata di Sulawesi Selatan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Adapun tempat-tempat pariwisata yang ada di propinsi Sulawesi Selatan8, yaitu:
____________________
8 Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 2006. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. http://www.sulsel.go.id/tips-pariwisata/tips-pariwisata/. [16 Maret 2009].
(35)
10 1) Soppeng
Soppeng adalah salah satu kota tercantik di propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan bekas kotaraja masa lampau, mempunyai wilayah kekuasaan serta pengaruh yang cukup luas diantara kerajaan-kerajaan lokal lainnya. Ini dibuktikan dalam tulisan-tulisan kuno orang bugis yaitu Lontara. Salah satu ciri yang luar biasa dari kota ini adalah banyaknya kelelawar bergelantungan pada pohon sambil mengeluarkan suara tanpa menghiraukan arus lalulintas sekelilingnya.
2) Benteng Rotterdam
Benteng Rotterdam yang sekarang dikenal dengan nama benteng makassar, adalah salah satu peninggalan sejarah keperkasaan kerajaan masa lalu Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa yang merupakan kerajaan yang sangat kuat dan berjaya pada abad XVII, dengan kota perniagaannya Makassar. 3) Benteng Somba Opu
Benteng somba opu sama kedudukannya dengan benteng Makassar. Keduanya merupakan peninggalan sejarah keperkasaan kerajaan masa lalu di Sulawesi Selatan. Benteng Somba Opu merupakan tempat yang tepat untuk di kunjungi tahap awal bagi orang yang berminat mengetahui bukti sejarah dan budaya Sulawesi Selatan.
4) Prasejarah Leang-Leang
Sehubungan dengan perawatan dan penataan yang apik, ditemukanlah goa-goa peninggalan sejarah masa lampau. Salah satu diantaranya yang masih bisa dinikmati adalah lukisan-lukisan bersejarah yang berusia kira-kira 5.000 tahun. Arkeolog berpendapat bahwa beberapa diantara goa tersebut telah didiami sejak 8.000 - 3.000 tahun sebelum Masehi.
5) Kete Kesu
Rumah tongkonan yang sangat indah terdapat di kampung Kete Kesu. Apabila dilihat dari depan kampung ini seperti berada di tengah lautan padi dengan rentetan atap yang melengkung. Ciri tradisional toraja masih dipertahankan, disini kita dapat menyaksikan dinding yang berukir pada lumbung padi yang cantik mempesona.
(36)
6) Makam Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin (1629-1670) adalah Raja Gowa yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk melawan belanda. Makam ini berada di Kompleks makam raja-raja Gowa, termasuk di dalam pemakaman itu sebuah batu yang digunakan sebagai tempat pelantikan bagi raja-raja Gowa, dan sebuah mesjid kuno.
7) Tanjung Bira
Tanjung bira terkenal dengan pantai pasir putihnya yang cantik dan menyenangkan. Airnya jernih, baik untuk tempat berenang dan berjemur. Disini kita dapat menikmati matahari terbit dan terbenam dengan cahayanya yang berkilau pada hamparan pasir putih sepanjang puluhan kilometer. Pantai bira yang sudah terkenal hingga mancanegara, kini sudah ditata secara apik menjadi kawasan wisata yang patut diandalkan. Berbagai sarana sudah tersedia, seperti perhotelan, restoran, serta sarana telekomunikasi.
8) Malino
Keindahan alam Malino yang dikenal sejak zaman kolonial Belanda menyimpan tumbuhan yang terbilang langka, yaitu edelweis dan pohon turi yang bunganya berwarna oranye. Bunga-bunga ini terlihat indah, apalagi jika dilihat dari udara atau kejauhan. Pemandangan seperti ini jarang ditemukan di tempat lain. Sehingga Malino juga dijuluki sebagai Kota Bunga Sulawesi Selatan. Sedikit ke daerah atas terlihat dengan jelas tanaman hortikultura seperti kol, vetsai, bawang prei, kentang dan tomat, digarap oleh para petani desa setempat yaitu Desa Kanreapia.
2.4. Definisi dan Jenis-Jenis Agrowisata
Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, pendapatan petani dapat ditingkatkan selaras dengan pelestarian sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal
(37)
12 yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya9.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengelaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Tirtawinata dan Fachruddin 1996).
Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen (wisatawan domestik maupun mancanegara) secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), terdapat lima jenis agrowisata yaitu:
1) Kebun Raya
Kebun raya merupakan tempat yang dibuat dan dipelihara sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai kebun botani untuk kepentingan ilmiah dan pelestarian. Indonesia memiliki beberapa kebun raya, salah satu contohnya yang paling dikenal adalah Kebun Raya Bogor.
2) Agrowisata Perkebunan
Perkebunan sebagai sumber daya wisata mempunyai daya tarik yang khas, baik berkenaan dengan lokasi perkebunan tersebut maupun tanaman itu sendiri. Tanaman perkebunan merupakan tanaman tahunan yang memiliki karakteristik dan teknik budidaya tertentu. Jarak tanam yang teratur dan hamparan tanaman yang terbentang luas memberikan pemandangan yang indah. Salah satu contoh agrowisata perkebunan yaitu perkebunan Rancabali yang terletak 55 km di selatan Bandung.
____________________
(38)
3) Agrowisata Tanaman Pangan dan Hortikultura
Jenis agrowisata yang termasuk dalam agrowisata tanaman pangan dan hortikultura, yaitu:
a) Agrowisata Tanaman Pangan
Pada beberapa daerah di pulau Jawa, tanaman padi banyak ditanam di daerah yang berbukit-bukit untuk menghindari terjadinya erosi. Teknik penanaman padi seperti ini selain bermanfaat untuk mencegah erosi, juga memberikan pemandangan yang sangat indah. Barisan tanaman atau petak-petak sawah yang terpelihara baik dapat dinikmati tanpa adanya kompensasi atau bayaran. Pemandangan gratis ini tentunya dapat merupakan bagian tambahan atau sisipan dalam paket wisata untuk meningkatkan apresiasi wisatawan terhadap budidaya agraris. Beberapa lokasi penanaman padi kini telah menjadi obyek wisata, di antaranya yang berlokasi di Bali.
b) Agrowisata sayuran dan bunga
Lahan yang ditanami sayuran dan tanaman hias pada umumnya dapat memberikan pemandangan yang indah dan menyegarkan bagi para wisatawan. Daerah hortikultura yang ada di Indonesia saat ini telah banyak yang menjadi obyek wisata, misalnya Cipanas (Jawa Barat) dan Brastagi (Sumatera Utara). Kondisi alam di daerah Cipanas memang sangat potensial untuk tanaman hortikultura, terutama sayuran dan tanaman hias. Berbeda dengan sayuran sebagai tanaman pangan, tanaman berbunga tampaknya lebih memiliki daya tarik untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata.
c) Agrowisata buah
Indonesia memiliki berbagai macam jenis buah-buahan yang bisa menghasilkan buah sepanjang tahun dan ada juga jenis buah-buahan yang bersifat musiman. Kesenangan untuk memetik buah sendiri atau sekedar melihat buah-buahan secara langsung merupakan hal yang ditawarkan pada agrowisata buah. Sehingga dapat memberikan pengalaman tidak terlupakan bagi para wisatawan. Adapun contoh agrowisata buah yang
(39)
14 telah berkembang di Indonesia antara lain Taman Buah Mekarsari dan Kebun Apel Batu Malang.
4) Agrowisata Perikanan
Indonesia memiliki areal perairan yang sangat luas, berupa perairan darat maupun perairan laut. Sehingga pengembangan agrowisata perikanan memiliki potensi yang sangat baik di Indonesia. Saat ini bentuk agrowisata yang telah dikembangkan antara lain agrowisata yang menawarkan kegiatan budidaya dan pengolahannya kepada wisatawan, kolam pemancingan,
Oceanarium (Sea World), dan Akuarium Air Tawar ( Taman Mini Indonesia Indah).
5) Agrowisata Peternakan
Di Indonesia terdapat berbagai jenis hewan ternak, seperti sapi, kuda, domba, dan kambing. Selain itu, juga terdapat berbagai jenis unggas, seperti itik, ayam, dan berbagai jenis burung. Ruang lingkup usaha ternak yang dapat dijadikan obyek agrowisata yakni teknik budidaya dan pengelolaannya; hasil produksinya berupa telur, susu, daging, atau kulit; maupun keindahan dari hewan tersebut seperti bentuk fisik, warna tubuh, dan suaranya. Salah satu lokasi agrowisata yang memiliki obyek pemeliharaan berupa unggas yaitu Burung yang berlokasi di Mini Indonesia Indah.
2.5. Manfaat Agrowisata
Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian.
Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan
(40)
pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata10.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (2006) terdapat beberapa manfaat agrowisata, yaitu:
1) Meningkatkan Konservasi Lingkungan
Pengembangan dan pengelolaan agrowisata yang obyeknya benar-benar menyatu dengan lingkungan alamnya harus memperhatikan kelestraian lingkungan. Daerah agrowisata diharapkan memiliki nilai-nilai existence effect yang berguna bagi lingkungan. Beberapa kawasan agrowisata yang memiliki areal yang sangat luas yakni ratusan hingga ribuan hektar, akan mempengaruhi cuaca bahkan iklim di sekitarnya. Dengan banyaknya pepohonan, selain dapat menyerap kebisingan, juga dapat menjadikan udara segar dan nyaman. Keberadaan pepohonan juga memiliki fungsi hidrologis untuk menahan cadangan air. Selain itu, pemeliharaan berbagai jenis tanaman berguna untuk melestarikan sumber plasma nutfah tanaman budidaya.
2) Meningkatkan Nilai Estetika dan Keindahan Alam
Lingkungan alam yang indah dan tertata apik tentu akan membuat orang terpesona. Keindahan visual dapat diperoleh dari topografi, jenis flora dan fauna, warna, dan arsitektur bangunan yang tersusun dalam suatu tata ruang yang serasi dengan alam. Oleh sebab itu setiap obyek agrowisata memiliki daya tarik tersendiri.
3) Memberikan Nilai Rekreasi
Sebagai obyek pariwisata, agrowisata tentunya tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan rekreasi. Kegiatan rekreasi di tengah alam yang indah dan nyaman memiliki nilai kepuasan tersendiri bagi para wisatawan. Oleh sebab itu pengelola agrowisata perlu membuat atau menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang atau paket-paket acara yang dapat menimbulkan kegembiraan di tengah alam.
____________________
10 Harun R. 2008. Mengembangkan Agrowisata (Wisata Pertanian). http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&jd=Mengembangkan+Agrowisata+(Wisa ta+Pertanian)&dn=20080520171628. [20 Maret 2009].
(41)
16 Wilayah agrowisata buatan dapat menawarkan hasil produksinya. Agrowisata hortikultura, misalnya dapat memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk memetik sendiri buah dari pohonnya. Pengunjung yang sebelumnya tidak pernah merasakan panen buah, kini dapat memanen sendiri tanpa harus memiliki kebunnya. Bagi yang hobinya memancing, tentu dapat pula menyalurkan hobinya lewat paket agrowisata perikanan. Seluruh paket-paket yang ditawarkan tentunya tidak boleh membahayakan kelestarian alam atau membahayakan pengunjung.
4) Meningkatkan Kegiatan Ilmiah dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Kunjungan para wisatawan ke lokasi agrowisata tidak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi dapat pula bernilai ilmiah. Kekayaan flora dan fauna serta seluruh ekosistem yang ada di dalam kawasan agrowisata tentunya sangat mengundang rasa ingin tahu dari para peneliti, ilmuwan, ataupun kalangan pelajar. Dengan demikian, kehadiran agrowisata akan sangat membantu mereka yang senantiasa tertarik dengan ilmu pengetahuan.
Bagi hobiis, obyek agrowisata dapat menjadi tempat untuk mencari informasi dan menimba ilmu. Kekayaan hortikukltura yang dibudidayakan di indonesia dapat dilihat dengan mengunjungi obyek agrowisata hortikultura, seperti Buah Mekarsari dan Agrowisata Prima. Pada agrowisata tersebut, pengunjung tidak hanya ditawarkan melihat tanaman saja, tetapi juga dapat menerima informasi tentang pembibitan, budidaya, sampai pemeliharaannya. Begitu pula di nursery, pengunjung selain memperoleh kesenangan dengan menyaksikan keindahan bunga-bunga, juga dapat mengikuti kursus kilat mengenai tanaman. Ilmu ini mungkin dapat dijadikan bekal bila ingin membuka usaha sejenis di daerahnya.
5) Mendapatkan Keuntungan Ekonomi
Keuntungan ekonomi yang diperoleh dengan adanya agrowisata antara lain:
a) Keuntungan ekonomi bagi daerah dan masyarakat
Adanya suatu obyek agrowisata di suatu daerah setidaknya akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Arus barang dan jasa yang terjadi di
(42)
daerah tersebut akan membuka peluang terjadinya transaksi ekonomi. Selanjutnya, obyek wisata itu diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Beberapa keuntungan ekonomi itu sebagai berikut:
i) Membuka lapangan pekerjaan
Berkembangnya suatu lokasi menjadi daerah agrowisata, membuka peluang tumbuhnya usaha-usaha, baik di sektor formal maupun informal. Di sektor formal, misalnya, peluang ini ada pada pekerja di agrowisata tersebut itu dan pekerja di tempat-tempat yang menyediakan fasilitas bagi pengunjung, seperti hotel atau restoran. Sektor informal ditandai dengan unit-unit berskala kecil yang sifatnya hanya sebagai pendukung dan tidak berkaitan langsung dengan pengelolaan agrowisata tersebut.
ii) Meningkatkan pendapatan masyarakat
Adanya kawasan agrowisata di suatu wilayah membuka peluang bagi masyarakat untuk memperoleh tambahan pendapatan dari pekerjaan formal maupun informal. Misalnya, dengan menjual berbagai produk khas daerah maupun dengan penyediaan fasilitas bagi para wisatawan. Sektor ini akan semakin baik dan menguntungkan apabila dilakukan pengarahan oleh pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah, dinas pariwisata, dan pihak swasta yang bergerak di bidang pariwisata.
iii) Meningkatkan popularitas daerah
Keberadaan agrowisata di suatu daerah akan turut mengharumkan nama daerah. Apabila nama daerah telah dikenal akan berpengaruh tarhadap produk-produk lain yang ditawarkan oleh daerah tersebut. Salak bali, misalnya, begitu mudah diingat orang sebab mengandung nama yang sudah sangat dikenal luas. Begitu pula dengan apel malang, nama kota Malang seolah identik dengan nama apel.
(43)
18 iv) Meningkatkan produksi
Penguasaan pertanian secara umum tentunya memiliki orientasi untuk memperoleh hasil produksinya. Komoditas tersebut berupa produk perkebunan, perikanan, peternakan, tanaman pangan, hortikultura, dan produk tertentu dari kehutanan. Untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki kuantitas dan kualitas yang tinggi tentunya diperlukan usaha yang cukup intensif.
Dengan dikembangkannya daerah pertanian untuk menjadi daerah agrowisata, perlu adanya suatu pengelolaan yang baik bagi obyek utama agrowisata itu. Perbaikan pengelolaan ini setidaknya akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi masing-masing komoditas yang diusahakan.
b) Keuntungan ekonomi bagi obyek agrowisata
Masing-masing obyek tentunya memiliki konsep yang telah direncanakan secara matang. Konsep tersebut mungkin berbeda-beda untuk memberikan ciri khas pada obyek yang dikelolanya. Ditinjau dari konsep awal pembuatannya, ada obyek yang dibuat untuk obyek agrowisata di samping sebagai tempat penelitian. Ada pula yang semula hanya sebuah usaha budidaya saja, tetapi kemudian berkembang menjadi obyek agrowisata, misalnya perkebunan teh dannursery.
Sumber-sumber masukan dana yang utama pada masing-masing obyek juga berbeda-beda. Obyek yang sejak semula direncanakan sebagai agrowisata biasanya ada bea masuk. Dana yang diperoleh dari bea masuk tersebut menjadi salah satu sumber pemasukan yang cukup besar di samping pemasukan lainnya. Bea masuk dapat dikatakan sebagai kompensasi yang harus dilakukan oleh pengunjung atas keindahan dan kenyamanan suasana yang dinikmatinya.
Adapula obyek wisata yang memberlakukan sistem karcis ganda. Dalam sistem tersebut selain karcis masuk, pengunjung juga dipungut bea untuk menyaksikan setiap jenis atraksi. Dengan sistem ini pengunjung dapat memilih atraksi apa yang ingin ditontonnya. Besarnya bea masuk dan bea atraksi hendaknya dipertimbangkan dengan matang
(44)
agar dapat terjangkau oleh masyarakat luas. Begitu pula dengan bentuk acaranya agar dibuat semenarik mungkin sehingga pengunjung merasa puas dan tidak sayang telah mengorbankan sejumlah biaya untuk itu.
Tempat-tempat usaha budidaya yang kemudian berkembang menjadi agrowisata umumnya tidak memberlakukan bea masuk. Keuntungan yang diperolehnya adalah dengan menjual berbagai produk pertanian yang diusahakannya, seperti bibit dan benih, bunga dan buah, ikan, susu, daging, atau hasil-hasil olahannya. Pemasaran hasil pertanian tersebut akan lebih mudah sebab pembeli datang sendiri ke lokasi.
Banyak pembeli yang senang datang langsung ke lokasi pusat budidaya dengan alasan banyaknya pilihan jenis tanaman, kualitas komoditas lebih prima, dan harga relatif lebih murah. Pembeli dalam jumlah kecil juga tidak merasa rugi mendatangi langsung ke pusat budidaya sebab juga mendapatkan manfaat rekreasi.
Untuk memperluas segmen pengunjung obyek agrowisata, dapat disediakan kegiatan dan hiburan yang berkaitan dengan pertanian secara luas. Bagi kalangan pelajar, ilmuwan, wiraswastawan, atau hobiis dapat ditawarkan kursus tentang budidaya pertanian. Paketnya dapat berupa teknik perbanyakan tanaman, pembiakan ternak, pemeliharaan tanaman dan ternak, pemberantasan hama dan penyakit, atau usaha meningkatkan hasil panen. Dapat pula diselenggarakan kegiatan festival tanaman atau ternak yang dapat meningkatkan minat pengunjung dan menjadi sarana promosi.
Peluang untuk mendapatkan keuntungan juga terbuka lebar dari penyediaan fasilitas dan sarana bagi pengunjung. Pengelola dapat mempersiapkan dan menyediakan kendaraan, tempat makan dan minum, serta penginapan, baik di dalam atau di luar kawasan agrowisata. Bagian yang tidak kalah pentingnya adalah penyediaan sarana pemotretan. Sebab foto merupakan kenang-kenangan akan suatu peristiwa maka banyak orang ingin mengabadikan kenangannya dalam wujud foto. Namun, tidak semua pengunjung membawa atau memiliki alat potret.
(45)
20 Sarana pemotretan ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi pengunjung dan diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi obyek agrowisata. 2.6. Jenis-Jenis Markisa
Di antara jenis dan spesies markisa yang sudah dikenal oleh para ahli botani, terdapat empat jenis markisa yang dibudidayakan secara komersial yaitu: 1) Markisa Ungu (Passiflora edulis var. edulis)
Markisa ungu juga disebut sebagai siuh atau markisa asam. Nama internasional untuk markisa ungu adalah purple passion fruit. Markisa jenis ini banyak diusahakan di Kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan) dan Kabupaten Karo (Sumatera Utara). Jenis markisa ungu mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
a) Batang tanaman halus terkulai, agak berkayu, berumur panjang, dan bersifat merambat atau menjalar.
b) Tanaman mampu berbuah lebat; pembuahan berlangsung dua kali setahun. c) Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua atau masak berwarna
ungu gelap sampai cokelat tua.
d) Kulit buah agak tipis, namun cukup kuat sehingga tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan.
e) Buah berbentuk bulat agak lonjong atau oval, berdiameter antara 5,0-5,5 cm, dan berasa asam dengan aroma wangi yang kuat sehingga cocok dibuat sirup atau jus.
2) Markisa Kuning (Passiflora edulis var. Flavicarpa Degener)
Markisa kuning disebut juga buah rola atau yellow passion fruit. Markisa jenis ini merupakan hasil mutasi dari bentuk markisa ungu. Jenis markisa ini banyak dibudidayakan secara komersial di Kuba, Puerto Riko, Suriname, Venezuela, Kolumbia, Haiti, dan Brasil. Di Indonesia, markisa kuning banyak ditanam di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Persilangan (hibrid) antara markisa ungu (yang beraroma kuat) dan markisa kuning (yang memiliki kadar sari buah tinggi) menghasilkan hibrida baru yang unggul, yaitu Hibrid E-23. Saat ini Hibrid E-23 dikembangkan dalam skala perkebunan di Queensland, Australia, dan Hawai. Adapun karakteristik markisa kuning adalah sebagai berikut:
(46)
a) Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua berwarna kuning berbintik-bintik putih.
b) Buah berukuran sebesar bola tenis, berdiameter 5-6 cm, dan beraroma sangat kuat.
c) Rasa buah asam dengan jus berwarna kuning sehingga cocok dibuat jus atau sirop.
3) Konyal (Passiflora liqularis Juss)
Konyal banyak ditanam di daerah Lembang (Jawa Barat) sehingga populer disebut markisa konyal Lembang. Varietas ini mempunyai karakteristik morfologi sebagai berikut:
a) Batang tanaman agak halus, sedikit berkayu, berumur panjang, dan bersifat menjalar.
b) Buah berbentuk oval sampai bulat lonjong, berukuran panjang 5-7 cm. c) Buah muda berwarna ungu, sedangkan buah tua berwarna kuning tua. d) Biji keras, berjumlah banyak, dan berwarna cokelat kekuningan. Selaput
biji mengandung cairan yang manis sehingga dapat dikonsumsi sebagai buah segar.
4) Erbis (Passiflora quadranularis Simson)
Markisa erbis mudah dirambatkan pada para-para sehingga banyak ditanam di pekarangan. Ciri khas markisa erbis yang membedakannya dengan jenis markisa yang lain adalah sebagai berikut:
a) Batang dan cabang tanaman berukuran besar, berbentuk segi empat, dan bersifat merambat atau menjalar.
b) Bunga berukuran besar dengan bentuk dan warna yang indah serta beraroma harum.
c) Buah berukuran besar (mencapai 2,5 kg/buah) dan berbentuk bulat sampai lonjong dengan panjang 20-25 cm.
d) Kulit buah tipis, berwarna hijau kekuning-kuningan.
e) Daging buah tebal (± 4 cm) dan enak dikonsumsi dengan ditambah sirop dan es.
f) Biji berbentuk gepeng, diliputi oleh selaput yang mengandung cairan berasa asam.
(47)
22 Di Indonesia, dari keempat jenis markisa tersebut hanya dua jenis yang biasa dibudidayakan secara komersial dalam skala perkebunan di Indonesia, yaitu markisa siuh dan markisa konyal. Saat ini, penelitian dan pengembangan tanaman markisa di Indonesia, khususnya bidang pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas unggul baru masih relatif terbatas. Varietas unggul markisa yang telah dirilis oleh pemerintah melalui Departemen Pertanian antara lain adalah varietas Malino. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perrtanian No. 583/Kpts/TP.204/7/1994.
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian Irfan (2005) tentang Analisis Permintaan dan Strategi Pengembangan Pariwisata Kawasan Danau Singkarak Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat menunjukkan bahwa faktor yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan pariwisata di Danau Singkarak adalah infrastruktur yaitu sarana dan fasilitas wisata. Adapun aktor yang menjadi prioritas utama adalah pengusaha wisata dan pemerintah. Tujuan pengembangan yang menjadi prioritas utama pada pengembangan kawasan wisata di daerah tersebut adalah peningkatan pendapatan masyarakat dan pengusaha pariwisata.
Hasil penelitian Mahaputriana (2006) tentang Analisis Kelayakan Finansial Agrowisata Bukit Ganjau, Kabupaten Kampar Propinsi Riau menunjukkan hasil analisis kelayakan usaha Agrowisata Bukita Ganjau layak untuk dijalankan. Pada aspek pasar, diperoleh bahwa peluang usaha yang berkaitan dengan agrowisata masih cukup tinggi di Propinsi Riau. Aspek teknis menunjukkan bahwa agrowisata tersebut memiliki letak lokasi yang cukup luas dan strategis serta memiliki keragaan yang sesuai untuk peternakan dan kebun durian. Sedangkan pada hasil analisis aspek finansial, usaha Agrowisata Bukit Ganjau layak untuk dilaksanakan sebab telah memenuhi beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value, Internal Rate Return, Net Benefit/Cost, danPayback Period.
Pada penelitian Apul (2008) tentang Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur diperoleh urutan prioritas strategi pengembangan sebagai hasil dari analisis QSPM. Adapun tiga urutan pertama hasil analisis tersebut yaitu melakukan pengembangan wisata
(48)
budaya, bahari (ekowisata) dan pertanian (agrowisata), meningkatkan hubungan kerja sama dengan lembaga non-pemerintah dalam mengontrol tingkah laku para wisatawan yang berkunjung ke Manggarai Barat, dan meningkatkan promosi wisata serta pemberdayaan masyarakat lokal terutama di sekitar objek wisata.
Penelitian Agustina (2009) tentang Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung serta Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Gunung Salak Endah menunjukkan bahwa dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan adalah sebanyak ± 60-70 % digunakan untuk biaya di luar obyek wisata. Sekitar 40% dari biaya tersebut digunakan untuk transportasi. Dampak ekonomi langsung (direct impact) berupa pendapatan pemilik unit usaha sekitar 38-43%. Sedangkan dampak tidak langsung (indirect impact) berupa pendapatan tenaga kerja menunjukkan nilai yang masih sangat rendah yaitu sekitar 0-6%.
Penelitian dalam analisis kelayakan finansial Agrowisata Markisa akan mengacu pada tiga aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis dan manajemen, dan aspek finansial. Analisis mengenai ketiga aspek tersebut akan memberikan gambaran mengenai potensi pengembangan agrowisata secara finansial di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Gowa. Persamaan penelitian ini terdapat pada penelitian Mahaputriana yang juga menganalisis tiga aspek untuk melakukan analisis kelayakan finansial. Akan tetapi terdapat perbedaan mendasar yaitu pada konsep agrowisata yang akan dikembangkan dan tempat penelitian.
(49)
24
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit (Gray et al. 2007). Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru seperti pembangunan pabrik, pembuatan jalan raya atau kereta api, irigasi, bendungan, perkebunan, pembukaan hutan, pendirian gedung-gedung sekolah atau rumah sakit, survei atau penelitian, perluasan atau perbaikan program-program yang sedang berjalan, dan sebagainya. Proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al. 1999).
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono 2000). Sedangkan menurut Edris (1983) studi kelayakan proyek adalah suatu analisa yang sistematis dan mendalam atas setiap faktor yang ada pengaruhnya terhadap kemungkinan proyek mencapai sukses.
Adapun maksud dari studi kelayakan proyek ini ialah untuk memperbaiki pemilihan investasi (Kadariah et al. 1999). Hal ini disebabkan oleh sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan proyek ialah terbatas, maka sangat diperlukan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya perhitungan percobaan sebelum melaksanakan proyek untuk menentukan hasil dari berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan kemanfaatan yang diharapkan dari masing-masing proyek. Studi kelayakan proyek pada umumnya melakukan analisis pada beberapa aspek, akan tetapi pada ilmu evaluasi proyek biasanya hanya ditekankan pada dua macam analisis yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi.
(50)
3.1.1. Manfaat Proyek
Manfaat proyek adalah apa saja yang secara langsung atau tidak langsung menambah konsumsi barang-barang atau jasa-jasa sehubungan dengan proyek (Gray et al. 2007). Manfaat (benefit) proyek dapat dibagi dalam (1) direct benefits; (2) indirect benefits; (3) intangible benefits (Kadariah et al. 1999).
Direct benefits merupakan manfaat langsung yang dapat dirasakan apabila proyek dilaksanakan, misalnya terjadinya lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan investor atau pemilik modal atau penurunan biaya produksi. Manfaat lainnya yaitu indirect benefits merupakan manfaat yang timbul sebagai efek multiplier
dari pelaksanaan proyek, misalnya peningkatan kesejahteraan masyarakat atau peningkatan sarana dan prasarana. Sedangkan intangible benefits atau manfaat yang tidak nyata akibat dari pelaksanaan proyek dapat berupa perbaikan pemandangan alam dan perbaikan distribusi pendapatan.
3.1.1.1. Manfaat Langsung (Direct Benefits)
Pelaksanaan proyek yang telah direncanakan dapat memberikan manfaat langsung bagi pihak-pihak yang terkait langsung dengan proyek tersebut. Manfaat tersebut digolongkan ke dalam manfaat langsung (direct benefits). Berikut ini adalah manfaat langsung yang dapat diperoleh bila proyek dilaksanakan:
1) Menambah lapangan kerja bagi masyarakat
Apabila proyek ini dapat direalisasikan maka akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Lapangan pekerjaan yang akan dibuka antara lain pekerja bangunan dan karyawan agrowisata.
2) Meningkatkan pendapatan para investor atau pemilik modal.
Penerimaan dari barang atau jasa yang dijual pada agrowisata ini akan menjadi tambahan pendapatan bagi para pemilik modal atau investor. 3) Kenaikan dalam produk fisik
Perencanaan agrowisata markisa ini diharapkan dapat meningkatkan produksi markisa yang berasal dari Kabupaten Gowa yang akan secara langsung meningkatkan produksi Propinsi Sulawesi Selatan. Sehingga diharapkan dapat menjadikan Propinsi Sulawesi Selatan sebagai sentra utama buah markisa di Indonesia.
(51)
26 4) Perbaikan mutu produk
Para pengusaha pengolah markisa dan wisatawan senantiasa sangat memperhatikan mutu dan kualitas dari produk yang ditawarkan, baik barang maupun jasa. Sebab mereka pada umumnya ingin menikmati produk dan jasa dengan kualitas terbaik. Hal ini tentu saja akan mendorong pengelola agrowisata untuk melakukan perbaikan mutu pada tiap produk yang dihasilkan.
5) Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan.
Keberadaan agrowisata markisa akan memudahkan dalam hal pemasaran produk-produk markisa. Sebab dengan adanya agrowisata maka lokasi penjualan diharapkan akan bermunculan di sekitar ataupun di dalam agrowisata. Dengan demikian para pengunjung akan memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati langsung produk-produk markisa di lokasi agrowisata selain produk jasa yang ditawarkan.
6) Penurunan biaya produksi
Penjualan produk-produk hasil olahan markisa secara langsung di agrowisata akan mengurangi biaya transportasi. Hal ini akan menyebabkan harga produk-produk markisa akan lebih murah dibandingkan dengan yang ada di pasaran.
3.1.1.2. Manfaat Tidak Langsung (Indirect Benefits)
Selain manfaat langsung, suatu proyek juga dapat memberikan manfaat tidak langsung. Manfaat ini pada umumnya berkaitan dengan pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dengan proyek, misalnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan sarana dan prasarana. Berikut ini adalah manfaat tidak langsung bila proyek dilaksanakan:
1) Memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk berwirausaha
Peningkatan pengunjung pada kawasan wisata di daerah Kabupaten Gowa, memberikan peluang berwirausaha bagi masyarakat sekitar. Peluang wirausaha tersebut antara lain menjadi pedagang cinderemata, pengusaha penginapan, penyedia jasa transportasi, pengusaha restoran, dan pemandu wisata.
(52)
2) Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
Apabila peluang berwirausaha tersebut dimanfaatkan dengan baik, maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar agrowisata. Peningkatan pendapatan tersebut selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan, baik di bidang kesehatan maupun pendidikan.
3) Peningkatan sarana dan prasana
Sarana dan prasarana pada suatu kawasan wisata pada umumnya akan lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah. Sebab dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai akan meningkatkan kenyamanan dari wisatawan yang berkunjung. Sarana dan prasarana yang harus diperhatikan antara lain jalan raya, tempat sampah, sarana transportasi, dan shelter bus wisata.
3.1.1.3. Intangible Benefits
Manfaat lain yang dapat diperoleh apabila proyek dilaksanakan adalah manfaat tidak nyata atau intangible benefits. Berikut ini adalah manfaat yang tidak nyata apabila proyek dilaksanakan:
1) Perbaikan pemandangan di kawasan wisata
Suatu agrowisata memiliki struktur tertentu yang ditawarkan bagi para wisatawan. Struktur tersebut pada umumnya menjadikan pemandangan di kawasan tersebut yang sebelumnya tidak terlalu indah menjadi lebih tertata dan menarik dilihat.
2) Perbaikan distribusi pendapatan
Para wisatawan yang memiliki kelebihan pendapatan akan menggunakan uangnya untuk menikmati produk-produk agrowisata. Dengan demikian maka akan terjadi distribusi pendapatan dari para wisatawan ke para karyawan agrowisata, wirausahawan sekitar lokasi agrowisata, dan pemilik modal. Distribusi pendapatan ini dapat menjadikan kesejahteraan lebih merata. Hal ini tentu saja akan mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat. 3) Nama baik daerah dapat ditingkatkan
Tempat wisata yang aman dan menyediakan produk-produk sesuai dengan selera wisatawan, akan meningkatkan citra daerah meningkat. Peningkatan citra daerah ini selanjutnya akan meningkatkan citra produk-produk khas daerah lainnya. Misalnya, makanan dan minuman khas daerah,
(1)
perubahan harga pupuk TSP dan KCL pada tingkat harga Rp 10.000,00 tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada aspek finansial proyek. Sehingga berdasarkan kriteria investasi proyek ini masih layak dijalankan apabila skenario ketiga terjadi. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Sensitivitas saat Harga Pupuk KCL dan TSP meningkat.
Kriteria Investasi Jumlah
Net Present Value (NPV) Rp 1.514.797.574
Internal Rate of Return (IRR) 10%
Net Benefit per Cost (Net B/C) 1,17
Pay Back Period (PBP) 8 tahun 3 bulan
6.3.3.4. Skenario IV
Perubahan keempat yang diamati adalah terjadinya penyusutan barang sebesar 25 persen akibat risiko pengangkutan. Hal tersebut terjadi apabila pada produk didistribusikan ke pabrik pengolahan tidak dikemas secara baik serta proses bongkar muat yang kurang baik. Kondisi ini berdasarkan dari informasi pedagang pengumpul. Apabila hal tersebut terjadi maka akan menyebabkan markisa yang dikirim ke pabrik pengolah menjadi rusak. Sehingga pabrik pengolah tidak mau membeli markisa yang rusak tersebut.
Perhitungan cashflow untuk analisis sensitivitas yang keempat ini dapat dilihat pada Lampiran 12. Perubahan jumlah produk yang terjual apabila terjadi risiko pengangkutan yaitu sebesar 25 persen maka akan menyebabkan nilai NPV negatif yaitu Rp -1.992.764.918,00. Penurunan NPV tersebut diikuti pula dengan perubahan nilai dari IRR menjadi 3 persen dan Net B/C sebesar 0,77. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengurangan produk yang terjual sebesar 25 persen memberikan pengaruh yang signifikan pada aspek finansial. Hal tersebut menyebabkan proyek menjadi tidak layak untuk dijalankan. Hasil analisis dapat
(2)
Tabel 12. Hasil Analisis Sensitivitas Apabila Jumlah Markisa yang Terjual Mengalami Penurunan Sebesar 25 persen
Kriteria Investasi Jumlah
Net Present Value (NPV) Rp -1.992.764.918
Internal Rate of Return (IRR) 3 persen
Net Benefit per Cost (Net B/C) 0,77
6.3.3.5. Skenario V
Perubahan kelima yang diamati adalah menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke agrowisata markisa. Berdasarkan data kunjungan wisatawan dari tahun 1997 hingga tahun 2007, jumlah kunjungan wisatawan paling rendah terjadi pada tahun 2003 yaitu hanya 10.850 jiwa. Oleh sebab itu pada analisis sensitivitas yang kelima ini akan dianalisis dampak penurunan jumlah kunjungan wisatawan terhadap aspek finansial. Adapun jumlah kunjungan tersebut adalah sebanyak 10.850 jiwa sesuai dengan jumlah kunjungan paling rendah dari tahun 1997 hingga 2007. Perubahan penurunan ini adalah sebesar 38 persen dari jumlah pengunjung rata-rata dari tahun 1997 hingga 2007. Adapun dampak dari penurunan ini adalah akan berkurangnya pendapatan dari tiket masuk, tiket menara pandang, tiket parkir, dan sewa sepeda tandem.
Perhitungan cashflow untuk analisis sensitivitas yang kelima ini dapat dilihat pada Lampiran 13. Perubahan pada jumlah kunjungan wisatawan yaitu sebesar 38 persen akan menjadikan nilai NPV berkurang menjadi Rp 1.130.261.989,00. Nilai IRR yang dihasilkan masih lebih besar dari tingkat diskonto yaitu sebesar 9 persen. Nilai Net B/C yang dihasilkan juga masih lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,13. Adapun pengembalian investasi akan berlangsung selama 8 tahun 5 bulan 20 hari. Berdasarkan hal tersebut, penurunan jumlah kunjungan wisatawan hingga 38 persen masih menjadikan proyek layak untuk dijalankan. Nilai kriteria investasi ini dapat dilihat pada Tabel 13.
(3)
Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas apabila Terjadi Penurunan Kunjungan Wisatawan.
Kriteria Investasi Jumlah
Net Present Value (NPV) Rp 1.130.261.989
Internal Rate of Return (IRR) 9 persen
Net Benefit per Cost (Net B/C) 1,13
Pay Back Period (PBP) 8 tahun 5 bulan
6.4. Analisis Nilai Pengganti
Nilai pengganti atauswitching valuedigunakan untuk melihat sejauh mana komponen-komponen dari proyek tersebut masih layak untuk dijalankan akibat adanya perubahan pada komponen-komponen proyek tersebut. Perubahan yang diamati adalah terjadinya penurunan harga, jumlah produk yang terjual, dan jumlah kunjungan wisatawan. Pertimbangan ini berdasarkan hasil analisis sensitivitas yang telah dilakukan pada agrowisata markisa skenario I dan skenario IV. Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan harga markisa dan penurunan jumlah produk yang terjual memiliki dampak yang signifikan terhadap aspek finansial proyek. Sedangkan pertimbangan untuk penurunan jumlah pengunjung dilakukan dengan dasar bahwa jumlah kunjungan merupakan hal yang sangat sulit untuk diproyeksikan.
Hasil dari analisis nilai pengganti didapatkan dengan cara mencoba mengubah-ubah angka pada harga jual produk markisa. Proyek cenderung berada di titik impas meskipun terjadi penurunan harga jual yaitu sebesar Rp 6.192,00. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value ini dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan untuk hasil analisis nilai pengganti pada penurunan jumlah produk yang terjual adalah 11,55 persen. Pada penurunan jumlah yang terjual sebesar 11,55 persen proyek berada pada titik impas. Sedangkan hasil analisis nilai pengganti apabila terjadi penurunan jumlah pengunjung
(4)
harga dan jumlah produk yang terjual dapat menyebabkan proyek tidak layak untuk dijalankan. Akan tetapi kedua hal tersebut masih bisa diatasi dengan menggunakan manajemen dan distribusi produk yang baik. Penguasaan pada informasi pasar akan sangat membantu agar harga tetap stabil. Pengaturan produk saat distribusi apabila diawasi dengan baik dapat mengurangi risiko rusaknya produk saat diangkut ke pabrik pengolah. Selain itu, penurunan pengunjung sebesar 74,1 persen memiliki peluang yang tidak terlalu besar untuk terjadi berdasarkan data kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gowa. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis nilai pengganti proyek ini dapat dikatakan cukup aman untuk dijalankan.
(5)
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial agrowisata markisa, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil analisis aspek pasar menunjukkan bahwa usaha agrowisata markisa layak untuk dilaksanakan sebab masih terbukanya peluang pasar untuk produk markisa dan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Selatan setiap tahunnya.
2) Hasil analisis aspek teknis juga menunjukkan bahwa usaha agrowisata markisa layak untuk dilaksanakan karena memiliki letak lokasi yang sesuai untuk budidaya markisa dan letaknya strategis sebab hanya berjarak sembilan kilometer dari kawasan wisata Malino.
3) Berdasarkan hasil analisis aspek finansial yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Agrowisata markisa layak untuk dilaksanakan karena telah memenuhi kriteria penilaian investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan PBP.
4) Aspek finansial pada usaha agrowisata markisa berada dalam posisi yang aman jika terjadi perubahan-perubahan pada komponen biaya dan manfaat seperti keterlambatan penyelesaian sarana dan prasarana proyek, kenaikan harga pupuk TSP sebesar 100 persen dan harga pupuk KCL sebesar 42,9 persen, dan penurunan jumlah pengunjung sebesar 38 persen.
5) Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha agrowisata markisa masih berada dalam titik impas jika harga produk markisa mengalami penurunan dari Rp 7.000,00/kg menjadi Rp 6.192,00/kg.
6) Hasil analisis switching value juga menunjukkan bahwa usaha agrowisata markisa masih berada dalam titik impas apabila terjadi penurunan jumlah produk yang dijual sebesar 11,55 persen. Penurunan tersebut dapat terjadi akibat adanya risiko pengangkutan barang. Dengan mengawasi proses
(6)
7.2. Saran
Berikut ini adalah saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi investor atau pengelola agrowisata markisa:
1) Penggunaan investasi yang cukup besar harus menjadi perhatian bagi investor dan pengelola agrowisata markisa agar hal-hal seperti keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari.
2) Pengelola lokasi harus menambahkan wahana tambahan yang dapat menjadi nilai jual untuk menarik lebih banyak wisatawan lagi.
3) Sebaiknya tenaga kerja tidak tetap adalah penduduk yang tinggal di sekitar lokasi usaha. Hal ini bertujuan agar dengan adanya usaha agrowisata markisa dapat meningkatkan pendapatan masyarakat terutama pemduduk sekitar lokasi.
4) Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kelayakannya dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan pada usaha agrowisata markisa ini. Sehingga dapat terlihat kontribusi usaha ini tidak hanya dari sisi finansial.