Sakramen Krisma Usulan penggunaan media pembelajaran dengan aplikasi komputer untuk persiapan pendampingan penerimaan Sakramen Krisma.

42 suatu kegiatan sebagai wujud pengembangan rahmat Sakramen Sugiyana, 2015:46. Dalam Gereja dikenal 4 tugas utama anggota Gereja. Tugas-tugas itu adalah:

a. Liturgia

Tugas Liturgia adalah tugas untuk aktif dalam kegiatan liturgi atau peribadatan di Gereja. Orang yang telah menerima Sakramen Krisma dapat terlibat aktif dalam tugas ini dengan menjadi misdinar, lektor, pemazmur, koor atau tugas-tugas lainnya. Pertisipasi ini bukan hanya diajak orang atau karena lingkungan yang ditinggali mendapat tugas, tetapi memang karena panggilan dari dalam diri untuk terlibat aktif. Sebab orang yang telah menerima Sakramen Krisma akan bertanggung jawab atas mati dan hidupnya, tumbuh dan berkembangnya Gereja dalam aneka kehidupannya Sugiyana, 2015:47. Sebagai wujud keterlibatannya mereka dapat terlibat secara penuh dalam kegiatan liturgi. Akan tetapi keterlibatan mereka tidak terbatas sebagai pelaksana tetapi bisa juga sebagai pionir, pemikir yang inovatif dan kreatif. Menjadi motivator bagi kawan-kawannya dalam liturgi. Apabila hal ini disadari dan dilaksanakan, Gereja akan berkembang sesuai dengan panggilan imamat umum setiap orang beriman.

b. Koinonia

Panggilan Tuhan bukan panggilan personal saja untuk berelasi dan bersatu dengan Tuhan. Panggilan Tuhan juga diarahkan untuk mengembangkan persekutuan koinonia antar umat beriman dalam kesatuan iman akan Tuhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 Persekutuan itu bisa terjadi dalam konteks teritorial maupun kategorial Sugiyana, 2015:47. Sakramen Krisma merupakan salah satu Sakramen inisiasi yang dengannya orang dimasukan menjadi bagian dari persekutuan umat beriman. Namun dalam Sakramen Krisma, tidak berhenti pada menjadi bagian dari persekutuan orang beriman saja tetapi juga berfikir dan bekerja untuk kehidupan dan perkembangan persekutuan itu menjadi persekutuan yang sehati dan sejiwa dalam iman dan kasih. Sebagai orang yang telah dewasa dengan menerima Sakramen Krisma, orang tetap harus memperkembangkan sikap-sikap yang mendukung dirinya untuk menjadi bagian dan memperkembangkan persekutuan di mana ia ada di dalamnya. Sikap-sikap itu adalah kesediaan untuk hadir dalam acara bersama, membangun sikap yang ramah, lemah-lembut, dan penuh pengertian. Ia memberi ruang bagi setiap orang untuk berkembang dan berkreasi. Ia juga harus meninggalkan sikap-sikap negatif yang dapat merusak persekutuan seperti kemalasan, iri hati, egois dan sebagainya.

c. Diakonia

Kehadiran Gereja di tengah masyarakat adalah untuk meneladani kehadiran Yesus di tengah umatnya yaitu melayani mereka yang kesusahan terutama mereka yang termasuk dalam kelompok KLMTD. Pelayanan itu bisa berwujud pelayanan spontan, pelayanan karitatif dan pelayanan pemberdayaan. Pelayanan secara spontan adalah dengan membantu secara langsung dengan memberi makanan, pakaian dan lainnya. Pelayanan karitatif dimaksudkan untuk membantu kebutuhan mendesak lain seperti ketika bencana alam. Sedangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 pelayanan pemberdayaan adalah pelayanan yang dilakukan dengan memberikan pelatihan dan modal usaha. Melalui pelayanan diakonia ini diharapkan mereka yang menerima Sakramen Krisma menyadari bahwa mereka dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain melalui pelayanan mereka.

d. Kerygma

Setiap orang yang telah menerima Sakramen Krisma dipanggil untuk menjalankan tugas sebagai pewarta kabar gembira. Ia tidak hanya menerima pewartaan tetapi juga menjadi pewarta bagi yang lain. Pewartaan dapat dilakukan misalnya dengan pembahasan kitab suci saat pendalaman iman, atau memberikan renungan untuk suatu kelompok tertentu. Pewartaan juga dapat dilakukan secara personal yakni ketika ada yang bertanya atau ingin memperdalam sesuatu Sugiyana, 2015:48 Agar tugas ini dapat dijalankan dengan baik orang harus membekali diri secara terus menerus dengan membaca dan merenungkan kitab suci, membaca buku pewartaan dan juga berinisiatif bertanya pada mereka yang lebih tahu.

6. Liturgi Sakramen Krisma

Pelayan Sakramen Krisma adalah Uskup atau mereka yang diberi mandat oleh Uskup khususnya imam atau katekis. Wali krisma turut bertanggungjawab demi tumbuh kembangnya rahmat Sakramen Krisma ini Komisi Kateketik KAS, 2015:42. Penerimaan Sakramen Krisma diberikan didalam perayaan ekaristi. Sebagaimana ekaristi adalah puncak seluruh kegiatan iman, maka peristiwa iman seperti penerimaan Sakramen Krisma dirayakan di dalam perayaan Ekaristi. Hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 ini menunjukan bahwa perayaan Ekaristi memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan Sakramen Krisma. Urutan penerimaan Sakramen Krisma adalah sebagai berikut: pembaharuan janji babtis yang dimaksudkan untuk memperlihatkan hubungan antara Sakamen Baptis dan Sakramen Krisma, penumpangan dan doa oleh uskup di mana uskup memohon supaya Roh Kudus turun dan memberi tujuh karunia Roh Kudus kepada penerima, pengurapan dengan minyak krisma sebagai tanda turunya karunia Roh Kudus dan menerima materai yang tidak terhapuskan.

7. Simbol-simbol dan Maknanya dalam Sakramen Krisma

Dalam perayaan penerimaan Sakramen Krisma dapat dilihat terdapat beberapa simbol. Dalam perayaan liturgis simbol menghadirkan sesuatu atau pribadi yang mengatasi lebih luas, lebih dalam, atau lebih kompleks dari pada simbol itu sendiri Putranto,2011:3 Simbol-simbol itu seperti:

a. Minyak Krisma

Terbuat dari buah zaitun yang dicampur dengan sedikit balsam. Minyak itu diberkati oleh uskup sehari sebelum Kamis Putih dalam sebuah misa Krisma. Minyak Krisma menjadi smbol pengudusan oleh Roh Kudus yang hadir melalui bau harum mewangi.

b. Penumpangan tangan uskup

Setelah didoakan para calon maju dan menerima penumpangan tangan uskup pada bahunya yang adalah simbol turunnya Roh Kudus yang mendewasakan iman. Selain itu juga, penumpangan tangan berkaitan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 tugas dan tanggungjawab baru yaitu tugas perutusan sebagai saksi Kristus, yang harus diemban oleh penerima Sakramen krisma.

c. Pengurapan Minyak Krisma

Pengurapan ini menjadi simbol pemberian anugerah Allah yang menguatkan, melantik dan menguduskan yang membuat seseorang memiliki tugas baru dalam hidupnya.

d. Tepukan pada pipi penerima Sakramen Krisma

Setelah menerima pengurapan, uskup akan menepuk pipi penerima krisma sebagai tanda pemberian pemberian restu dan semangat. Semangat untuk berjuang menjadi saksi Kristus dengan mantap dan berani. Berani mempertaruhkan nyawanya demi iman dan kasih.

e. Pemberian nama Krisma

Nama baru diambil dari salah satu nama orang kudus yang melambangkan semangat baru. Santo atau santa yang dipilih menjadi teladan semangat baru sebagai saksi kristus. Itulah beberapa simbol yang terdapat dalam Sakramen Krisma. Simbol-simbol itu bukan hanya tanda tetapi benar-benar menghadirkan apa yang ditandakan. Simbol ini merupakan suatu keyakinan bahwa rahmat Allah selalu mengalir pada diri mereka yang menerima Sakramen Krisma.

8. Buah-buah Sakramen Krisma

Berkat Sakramen itu mereka masuk lebih dalam menjadi putra-putri ilahi, mempererat hubungannya dengan Kristus dan Gereja dan memperkuat anugerah Roh Kudus dalam jiwanya Kompendium Katekismus Gereja Katolik, No. 268. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 Buah lainnya adalah kekuatan dari Roh Kudus untuk mengemban tugas menjadi saksi Kristus dan menwartakan Kabar Gembira keselamatan. Persiapan penerimaan Sakramen Krisma sebagai bagian penting dalam hidup beriman, perlu mendapat perhatian yang serius. Persiapannya harus benar- benar membawa peserta calon penerimanya berada di dunia yang sama dengan lebih bermakna. Artinya, persiapan penerimaan Sakramen Krisma harus juga dilaksanakan dengan menggunakan media-media terkini dengan cara-cara yang lebih sesuai dengan zaman peserta. Apa yang dibahas dalam sub bagian tentang Sakramen Krisma ini adalah pokok yang menjadi dasar pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta persiapan penerimaan Sakramen Krisma.

D. Persiapan Sakramen Krisma

Usia penerima Sakramen Krisma menurut Kitab Hukum Kanonik tidak dibatasi dengan umur tetapi dengan kedewasaan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal budi Kan. 891. Atas dasar itu, statute Keuskupan Regio Jawa pasal 88 memberikan perkiraan usia penerima Sakramen Krisma yaitu sekitar usia Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, antara usia 13-15 tahun Sugiyana, 2015:37. Seperti Sakramen lainnya, untuk menerima Sakramen Krisma, calon perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh dengan pengajaran oleh seorang katekis. Tidak ada batasan waktu atau jumlah pertemuan yang pasti perihal berapa lama persiapan harus dilakukan karena penekanan terutama pada soal pemahaman dan penghayatan materi yang disampaikan. Agar calon memahami keutuhan Sakramen inisiasi perlu dilakukan rekatekisasi untuk Sakramen Baptis dan Ekaristi. Setelah itu calon baru diajak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 untuk memahami Sakramen Krisma itu itu sendiri. Dalam materi Sakramen Krisma peserta diajak untuk memahami Sakramen Krisma sebagai bagian dari Sakramen inisiasi, liturgi penerimaan Sakramen Krisma, dan bagaimana orang katolik memaknainya. Dalam pendampingan ini diharapkan supaya: Pertama, calon semakin mensyukuri Sakramen yang diterimanya dan merasakan buah-buah yang ada di dalamnya. Kedua, berkat Roh Kudus mereka semakin dikuatkan sehingga sanggup untuk mengemban tugas perutusan mereka di dalam Gereja maupun di tengah masyarakat. Ketiga, mereka semakin berani menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari dengan tantangan yang mereka hadapi. Atau dengan kata lain, Sakramen Krisma diharapkan penerimannya beriman mendalam dalam penghayatan dan pemahamannya dan tangguh dalam menghadapi pergulatan hidup dan tantangan dari luar Sugiyana, 2015:38. Secara garis besar ada dua tahap yang harus dilalui seorang calon penerima Sakramen Krisma. Pertama, pembelajaran materi-materi yang diperlukan untuk memantapkan motivasi penerima dan memperdalam makna Sakramen Krisma. Kedua, Triduum untuk persiapan intensif yang bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya outbond, pemantapan diri dan penegasan materi, serta pengakuan dosa untuk membangun disposisi diri yang pantas Sugiyana, 2015:38.

1. Rekatekisasi Sakramen Baptis dan Ekaristi

Seperti yang telah dikemukakan di atas adalah lebih baik jika sebelum calon penerima Sakramen Krisma mempelajari materi-materi Sakramen Krisma 49 dilakukan semacam penyegaran kembali Sakramen Baptis dan Ekaristi sehingga mereka meihat keterkaitan dua Sakramen sebelumnya dengan Sakramen Krisma.

a. Sakramen Baptis

Sakramen Baptis adalah Sakramen yang paling dasar dan menjadi pintu masuk bagi Sakramen lainnya untuk diterima oleh seseorang. Sakramen ini dapat diterima tanpa melalui persiapan yaitu dengan Pembaptisan bayi dan darurat. Namun, setelah itu diharapkan mereka semua dibimbing melalui pengajaran. Anak-anak dibimbing oleh orang-orang tua mereka dengan terlibat aktif dalam kegiatan Gereja. Demikian juga dengan mereka yang dibaptis secara darurat. Mereka harus menerima pengajaran yang cukup setelah pembaptisan. Pada umumnya penerimaan Sakramen Baptis didahului dengan persiapan yang cukup. Mereka diberi motivasi, diikutsertakan dalam kegiatan gereja, melalui pengajaran imannya diperdalam. Ketika sudah mantap dan matang mereka diperkenankan untuk dibaptis dan sekaligus menerima komuni pertama. Inilah yang disebut dengan pembaptisan dewasa Sugiyana, 2015:38. Yang boleh menerima Sakramen Baptis adalah semua orang yang belum dibaptis, mengakui iman kristiani, menerima ajaran-ajaran Gereja dan tidak terkena halangan hukum kanonik, misalnya perkawinannya tidak sah. Sedangkan bayi dan anak-anak bisa dibaptis sejauh ada penjamin bagi pertumbuhan iman mereka. Penjamin itu adalah orang tua mereka sendiri atau mereka yang kelak akan menjadi wali mereka Sugiyana, 2015:38. Mereka yang mau dibaptis memilih nama orang kudus yang akan menjadi nama Baptis mereka. Maknanya adalah nama orang kudus itu akan ikut mendoakan mereka dalam perjalanan hidup agar tetap pada imannya. Selain itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 supaya menjadi teladan hidup mereka sehari-hari. Selain itu juga sebagai lambang hidup baru. Dalam keadaan normal pelayan Sakramen Baptis adalah seorang uskup atau imam. Namun dalam keadaan terdesak setiap umat dapat membaptis dengan catatan dia mempunyai intensi melaksanakan apa yang dilakukan oleh Gereja. Caranya adalah dengan membenamkan kepala atau seluruh tubuh ke dalam air yang mengalir, atau menuangkan air ke atas kepala, dengan mengucapkan forma “atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”. Sambil menuangkan air pelayan Baptis menyebut “ nama calon aku membaptis engkau, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Kalau yang bersangkutan sudah pernah dibaptis oleh gereja yang baptisannya diakui oleh Gereja katolik, ia tidak dibaptis lagi tetapi hanya diteguhkan dengan mengucapkan Syahadat Para Rasul kemudian diterima oleh imam Sugiyana, 2015:39.

b. Sakramen Ekaristi

Calon diajak memahami bahwa dalam Gereja, Sakramen Ekaristi menjadi sumber dan puncak kehidupan Kristiani. Sakramen ini berisikan seluruh harta rohani Gereja, yaitu Kristus. Persatuan dengan yang Ilahi dan kesatuan dengan seluruh umat di seluruh dunia terlaksana dan terungkap secara sempurna dalam Ekaristi Sugiyana, 2015:40. Sakramen ini ditetapkan oleh Yesus sendiri pada hari Kamis Putih saat Ia melaksanakan perjamuan malam terakhir. Tindakan Yesus dalam perjamuan itulah yang kemudian dikenang dengan nama Ekaristi, kenangan akan korban Kristus. Kenangan di sini bukan hanya terkait memori masa lampau tetapi juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 kehadiran dan aktualisasi apa yang dilakukan Yesus kepada Bapa di kayu salib, satu kali untuk selama-lamanya Sugiyana, 2015:40. Dalam pelaksanaannya Ekaristi terdiri dari 2 bagian besar yakni: Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Kedua bagian itu didahului oleh ritus pembuka dan diakhiri dengan ritus penutup. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh seorang imam tertahbis uskup atau imam yang ditahbiskan secara sah dan tidak terkena suspensi dinonaktifkan dari tugas-tugas imamatnya karena suatu masalah. Dalam perayaan Ekaristi semua umat wajib ikut berpartisipasi melalui nyanyian dan jawaban-jawaban aklamasi. Secara Sakramental partisipasi itu dilakukan dengan menerima komuni kudus. Mereka yang hendak menerima komuni diharapkan berada dalam disposisi yang baik. Mereka ada dalam situasi berahmat, tidak sedang melakukan dosa berat yang dapat mendatangkan maut dan tidak terkena halangan kanonis dalam menerima komuni, misalnya pernikahan yang tidak sah Sugiyana, 2015:41. Disposisi sangat penting karena dalam komuni yang diterima bukan kue atau wafer tetapi Yesus Kristus sendiri.

2. Disposisi batin

Setiap menerima Sakramen, orang perlu memiliki disposisi batin yang memadai sebagai tanda kepantasan dan rasa hormat atas makna Sakramen tersebut Sugiyana, 2015:44. Disposisi yang diharapkan tumbuh di antara mereka yang menerima Sakramen adalah:

a. Keterbukaan hati

menerima bimbingan Allah yang semakin mendewasakan hidup dan imannya. Melalui proses katekisasi, seorang calon dibimbing untuk semakin