Perangkat Lunak Aplikasi Komputer

38

C. Sakramen Krisma

1. Definisi Sakramen Krisma

Sakramen Krisma adalah salah satu dari 3 Sakramen inisiasi yang juga disebut Sakramen Penguatan di mana orang yang menerimanya dipenuhi dengan kekuatan dari Roh Kudus agar mampu memberi kesaksian tentang apa yang diimaninya Komisi Kateketik KAS, 2015:41. Mereka yang menerima Sakramen Krisma diikutsertakan dalam karya perutusan Gereja dengan semangat misioner. Sakramen Krisma merupakan Sakramen ketiga yang diterima setelah Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi. Dengan Sakramen ini Sakramen Inisiasi menjadi sempurna. Calon penerima Sakramen Krisma tidak hanya dilahirkan, diberi makanan tetapi juga diutus Sugiyana, 2015:37. Kebaruan mereka sebagai manusia melalui Baptis, menjadi satu secara Sakramental dalam Ekaristi, menjadi lengkap setelah mereka mendapat kekuatan dan diutus dalam Sakramen Krisma. Mereka yang telah menerima Sakramen Krisma dianggap dewasa dalam iman dan siap pula untuk dilibatkan dalam tugas-tugas baik dalam gereja maupun di tengah masyarakat Sugiyana, 2015:37.

2. Sejarah Sakramen Krisma

Sejarah Sakramen Krisma tidak terlepas dari sejarah Sakramen Gereja. Sakramen-Sakramen yang saat ini dikenal dimulai dalam sejarah Gereja sebagai sebuah praktik bukan sebagai sebuah teori yang kemudian diaplikasikan. Karena itu titik tolak menemukan cikal bakal Sakramen adalah dengan melihat praktik perayaan Sakramen dalam kehidupan jemaat perdana KWI,2012: 398. Sejak awal hidup Gereja, terdapat ritus-ritus yang dirayakan. Ritus-ritus itu dipandang sebagai bentuk pelaksanaan hidup Gereja dan dipandang penting dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 mutlak perlu untuk dilaksanakan. Ritus-ritus awal itu antara lain ritus pembaptisan dan pemecahan roti atau Ekaristi. Sebagian ritus itu diambil dari agama lain terutama Yahudi. Tetapi ritus yang diambil atau diciptakan sendiri secara teologis tidak begitu penting, kecuali memang penting untuk sudut pandang sejarah. Arti dari tradisi ritus-ritus itu sejak awal sangat khas Kristiani KWI,2012: 398. Kekhasan itu terletak ada keyakinan Gereja bahwa ritus-ritus itu membuat sesuatu yang sama sekali baru dalam dunia. Misalnya ritus pembaptisan yang diambil dari agama lain dan sudah sangat terkenal zaman itu. Yang baru adalah, melalui ritus yang lahiriah sangat popular itu Gereja mengambil bagian dalam karya keselamatan Yesus Kristus melalui wafat dan kebangkitannya dari alam maut KWI,2012: 398. Demikian pula dengan praktik Ekaristi atau pemecahan roti. Perjamuan religius memang terdapat dalam berbagai agama tetapi diambil oleh Gereja perdana untuk suatu maksud, isi dan tujuan tertentu. Dengan merayakan Ekaristi Gereja ingin memberitakan kematian Tuhan sampai dengan kedatangan-Nya kembali.

3. Peran Roh Kudus dalam Sakramen Krisma

Dalam katekese penerimaan Sakramen Krisma, calon perlu diberi pemahaman tentang peran Roh Kudus. Walaupun calon telah menerima Roh Kudus saat pembaptisan, namun peran Roh Kudus dalam Sakramen Krisma sangat istimewa. Dalam liturgi Roh Kudus diterima ketika Uskup menumpangkan tangannya dan memberi minyak Krisma pada dahi penerima Sakramen Krisma Sugiyana, 2015: 45. 40 Roh Kudus yang diterima pada Sakramen Krisma sama dengan Roh Kudus yang yang diterima Yesus pada saat Ia di baptis di sungai Yordan. Sama pula dengan Roh Kudus yang dicurahkan dan diterima oleh para murid di Senakel pada saat hari Pentakosta. Roh itu menjadi prinsip hidup dan jiwa Gereja. Roh itu memimpin Gereja dalam suka duka hidup misinya Sugiyana, 2015: 45. Dalam kisah para rasul diceritakan bahwa Roh itu memenuhi para rasul sehingga mereka dengan gagah dan berani mewartakan sabda kerajaan Allah Kis 2. Roh itu juga yang menjiwai para diakon dalam membantu pelayanan dan pewartaan para rasul Kis . 6:3.10;7:55. Roh itu memilih dan mengutus Barnabas dan Paulus untuk tugas misi Kis 13:2. Roh itu juga memimpin, mengarahkan dan mendampingi karya misi Paulus Kis. 16:6-7. Roh yang sama itu akan diterima oleh calon penerima Sakramen Krisma. Roh itu akan berperan sebagaimana perannya dalam Gereja. Ia akan membuat mereka yang menerima Roh itu semakin dewasa sebagai anak Allah. Roh yang sama itu pula akan membuat penerima Sakramen Krisma, semakin peka terhadap sesama dan terpanggil untuk menyatakan belas kasih Allah. Di tengah masyarakat Roh Allah akan memampukan orang menghadirkan Kristus yang berbelas kasih dan bermurah hati. Maka dapat disimpulkan bahwa Roh yang diterima pada saat Baptis menguduskan orang-orang, mengampuni dosa, dan mengangkat menjadi anak- anak Allah, serta mempersatukan diri mereka dengan Kristus dan Gereja-Nya. Sedangkan dalam Sakramen Krisma, Roh Kudus akan memampukan mereka untuk menghayati hidup sebagai anak-anak Allah dan mengambil bagian dalam tugas-tugas Kristus mewartakan Kerajaan Allah di tengah masyarakat Sugiyana, 2015:45. 41

4. Menjadi Saksi Kristus sebagai Tugas Penerima Sakramen Krisma

Para calon penerima Sakramen Krisma diajak untuk memahami bahwa Sakramen ini mengandung suatu panggilan untuk menjadi saksi Kristus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kesatuan calon Krisma dengan Tuhan berkat pembaptisan. Dalam Sakramen Krisma, kesatuan dengan Kristus tidak hanya diakui dan diteguhkan lagi tetapi juga diperluas. Dalam hidupnya, seorang penerima Sakramen Krisma tidak hanya menyadari kesatuannya dengan Kristus tetapi juga menyadari bahwa ia dipanggil untuk menjadi saksi dengan cara menghadirkan Kristus dalam kehidupan mereka sehari-hari Sugiyana,2015:45. Inilah bentuk konkret menjadi saksi Kristus. Hal ini dilakukan bukan terutama dalam perkataan dengan memberitahu kepada orang siapa itu Yesus, tetapi dengan menjadi Alter Christi atau menjadi Kristus bagi sesama di dunia dengan mengerjakan apa yang dikerjakan Yesus seperti membantu, menolong orang yang susah dan mencintai sesama. Paus Paulus VI melalui surat apostolic Divine Consortius Naturae, 15 Agustus 1971, menegaskan bah wa “melalui karunia ini Roh Kudus dalam Sakramen Krisma mereka menjadi serupa dengan Kristus secara lebih sempurna, mereka dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus, demi membangun Tubuhnya dalam iman dan kasih” Sugiyana, 2015:45

5. Pengutusan Penerima Sakramen Krisma

Orang yang sudah menerima Sakramen Krisma dianggap sudah dewasa baik dalam cara berfikir maupun bertindak. Ia bisa dilibatkan dalam rangka aneka tugas Gereja, baik sebagai pelaksana atau sebagai pionir, yang memprakarsai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 suatu kegiatan sebagai wujud pengembangan rahmat Sakramen Sugiyana, 2015:46. Dalam Gereja dikenal 4 tugas utama anggota Gereja. Tugas-tugas itu adalah:

a. Liturgia

Tugas Liturgia adalah tugas untuk aktif dalam kegiatan liturgi atau peribadatan di Gereja. Orang yang telah menerima Sakramen Krisma dapat