Metode Penulisan Pembelajaran Usulan penggunaan media pembelajaran dengan aplikasi komputer untuk persiapan pendampingan penerimaan Sakramen Krisma.

9

BAB II KAJIAN TEORETIS TENTANG USULAN PENGGUNAAN MEDIA

PEMBELAJARAN DENGAN APLIKASI KOMPUTER UNTUK PERSIAPAN PENDAMPINGAN PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA Dalam BAB II ini akan dibahas kajian teori tentang judul tulisan ini. Bagian-bagian yang akan dikaji adalah pembelajaran, teori-teori perkembangan yang mempengaruhi proses pembelajaran seseorang, media pembelajaran, aplikasi komputer sebagai media pembelajaran, sakramen krisma dan persiapannya.

A. Pembelajaran

1. Definisi Pembelajaran

Semua bahasan pembelajaran pada tulisan ini dijelaskan bukan dalam konteks sekolah. Pembelajaran dijelaskan dalam konteks umum yang terjadi sehari-hari terutama dalam proses pembelajaran calon penerima Sakramen Krisma di paroki-paroki. Bagi Wenger “pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh sesorang. Lebih dari itu pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif ataupun sosial ” Miftahul Huda, 2014:2. Definisi Wenger memperlihatkan bahwa ternyata pembelajaran tidak terbatas sebagai sebuah aktivitas yang dilakukan sehingga dengan demikian akan berhenti dilakukan suatu saat. Pembelajaran memiliki dimensi yang sangat luas karena ia terjadi kapanpun, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 di manapun, dengan level yang berbeda, oleh setiap manusia dengan kemampuan yang berbeda. Pendapat Wenger mengindikasikan bahwa pembelajaran memiliki arti yang luas. Bagi Sindhunata proses belajar terjadi ketika seseorang ada dalam situasi harus belajar untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal ini awalnya terjadi karena institusi pendidikan tidak bisa mengantisipasi semua masalah kehidupan, terutama saat kemapanan seseorang terguncang karena perubahan dan perkembangan zaman maka ia harus kembali belajar Sindhunata, 2004: 9. Pendapat Sindhunata ini menjelaskan bahwa pembelajaran terjadi tidak terkurung dalam waktu dan tempat tertentu tetapi terutama pada situasi yang menuntut seseorang harus belajar untuk menyelesaikan suatu masalah. Menurut Gagne pembelajaran adalah proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang dapat ditingkatkan levelnya Miftahul Huda, 2014:3. Pendapat Gagne yang menekankan modifikasi jelas berarti sebuah perubahan perilaku yang dibandingkan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran. Misalnya seorang anak yang belajar melukis dengan meniru sebuah gambar. Ia mendapati garis yang ia ciptakan tidak seperti yang terlihat dalam contoh gambar yang ia lukis. Karena itu anak ini mengubah caranya dalam memegang pensilnya supaya menghasilkan garis yang lebih baik atau mungkin meruncingkan pensilnya. Perubahan tidak hanya terjadi ketika seseorang gagal, perubahan perilaku juga bisa terjadi ketika seseorang melakukan sesuatu dengan benar. Apa yang menjadi pendapat Gagne ternyata sesuai dengan pendapat Glass dan Holyoak. Mereka mengatakan bahwa salah satu bentuk pembelajaran yang paling penting adalah memproses informasi di dalam otak atau pikiran manusia. Pemrosesan data atau informasi dapat berlangsung dengan berbagai cara. Proses 11 itu bisa dianalogikan dengan komputer di mana seseorang menyimpan data, mengingat kembali data itu bahkan disinkronkan dengan data-data yang lain. selain itu seseorang juga bisa menilai data-data yang mereka simpan. Apakah data itu benar atau salah? Baik atau tidak baik? dan melakukan berbagai macam hal dengan data dalam pikiran mereka Miftahul, 2014:2. Pendapat serupa dikemukakan oleh Dr. Wina Sanjaya yang melihat pembelajaran sebagai proses berpikir di mana orang belajar mencari untuk menemukan sesuatu. Dengan demikian fokus pembelajaran bukan transfer ilmu tetapi setiap orang mencari dan menemukan ilmu itu Wina Sanjaya, 2008: 107. Keempat definisi tersebut memperlihatkan bahwa memang pembelajaran menekankan sebuah perubahan perilaku dengan sebuah proses yang mendahuluinya. Namun demikian, dalam proses pembelajaran tidak semua orang setuju dengan definisi yang ada. Misalnya, menyamakan pembelajaran dan pengajaran, mengartikan perubahan perilaku yang bukan merupakan hasil pembelajaran mabuk, mengantuk, menjadi lebih tinggi dan sebagainya, metode apa yang harus digunakan dan kapan pembelajaran itu benar-benar terjadi. Dengan kata lain definisi yang ada tidak bisa menjelaskan elemen-elemen yang lebih kecil dalam proses pembelajaran. Untuk menanggapi hal ini Hilgard dan Bower menyatakan bahwa kontroversi tentang pembelajaran bukan terkait definisi ilmiah tentang pembelajaran itu sendiri, tetapi terkait dengan fakta-fakta dan interpretasi atas fakta-fakta. Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan pemahaman subyek pembelajaran itu. Selain itu jelas bahwa praktik pembelajaran yang terjadi telah didefinisikan dengan berbagai macam cara Miftahul Huda, 2014:4. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Dengan demikian jelas bahwa di samping definisi tentang pembelajaran yakni terjadinya perubahan perilaku dengan proses yang mendahuluinya, rupanya pemahaman tentang pembelajaran itu sendiri tetap bersifat sangat luas. Definisi itu sendiri memang tidak dapat menjelaskan detail praktik pembelajaran. Oleh karenanya perlu ilmu lain untuk ikut menjelaskan fenomena pembelajaran yang kompleks ini. Bagi Hausstatter dan Nordkvelle pembelajaran merefleksikan pengetahuan konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang berbeda-beda Miftahul Huda, 2014:5.

2. Paradigma-Paradigma Pembelajaran

Menurut Miftahul Huda 2012:36 seorang guru yang hendak mengajar harus membawa lebih dari satu teori pengajaran agar ia mampu memperoleh perspektif yang jelas tentang keberagaman aspek dalam proses pembelajaran. Pendapat Miftahul jelas untuk mengusahakan kesuksesan dalam pembelajaran siswa. Kesuksesan itu terlihat jika terdapat perubahan antara pra-pembelajaran dengan paska-pembelajaran. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang diharapkan dalam perencanaan pembelajaran. Beberapa paradigma teoretis tentang pembelajaran dan pengajaran berusaha untuk mejelaskan fenomena pembelajaran selengkap mungkin. Namun dalam realitas pembelajaran yang terjadi, selalu berbeda dengan apa yang terdapat dalam paradigma-paradigma yang ada. Berikut ini beberapa paradigm teoretis yang umumnya mendasari praktik pengajaran selama ini.

a. Pembelajaran sebagai Rekonstruksi Pengalaman

Bogner merangkum pemikiran Dewey tentang pembelajaran dan memandang pembelajaran sebagai rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman 13 yang membuat pengalaman itu lebih bermakna dari sebelumnya Miftahul Huda, 2012:37. Pembelajaran melibatkan kemampuan pembelajar untuk membentuk hubungan-hubungan antara berbagai gagasan, makna dan peristiwa. Dengan demikian pembelajaran pada hakikatnya adalah proses membangun relasi antara lingkungannya pengalaman dan pikiran serta tindakannya. Dengan kata lain “pembelajaran dihasilkan melalui refleksi terhadap pengalaman”

b. Pembelajaran sebagai Perkembangan Kognitif

Piaget berfokus bagaimana perkembangan bahasa berpengaruh terhadap proses berfikir. Teorinya menegaskan bagaimana perkembangan kognitif bergantung pada usia. Prinsip dasarnya adalah anak-anak mengonstruksi cara berfikirnya sendiri. Ada kemiripan perspektif antara Dewey dan Piaget dimana pengetahuan yang ada sekarang terbentuk dari pengetahuan sebelumnya. Perbedaannya adalah bagi Piaget pengetahuan sebelumnya dibentuk sendiri oleh seorang anak dan bukan terbentuk dari pengalaman. Bagi Piaget seorang anak akan mencari keseimbangan antara pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan yang ia temukan dalam pengalamannya. Yang pertama muncul ketika seseorang mendapati kenyataan yang sesuai dengan pengetahuannya atau konsep berfikirnya asimilasi. Yang kedua muncul ketika seorang anak menyadari bahwa apa yang menjadi realitas tidak sesuai dengan apa yang menjadi pikirannya, sehingga ia mengubah cara berfikirnya akomodasi. Dengan demikian pembelajaran terjadi ketika seseorang mampu menyesuaikan atau mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan perkembangan lingkungan. 14

c. Pembelajaran sebagai Konstruksi Sosiokultural

Paradigma ini didasarkan pada pembelajaran sebagai konstruksi pengetahuan di antara individu dan masyarakat. Manusia sebagai bagian dari lingkungan sosial, mendapatkan pengetahuan dari kehidupan sosial itu sendiri. Vygotsky melihat level-level berfikir tingkat tinggi seperti memori, perhatian, pembuatan keputusan, dan pembentukan konsep Miftahul Huda, 2012:45. Bagi Vygotsky setiap orang adalah bagian dari lingkungan sosial sejak ia dilahirkan. Dengan demikian hidupnya secara keseluruhan sangat bergantung pada kondisi sekitarnya seperti lingkungan rumah, keluarga, masyarakat dan sekolah. Meskipun Vygotsky sepaham dengan Piaget yang mengatakan bahwa bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk memecahkan masalah, ia menegaskan bahwa terdapat 3 aspek dalam kompetensi anak yaitu: “Zona Aktual”, merujuk pada apa yang dapat dilakukan seorang anak secara mandiri. “zona potensial”, yang merujuk pada apa yang dilakukan seorang anak untuk mengatur dirinya sendiri dengan bantuan orang lain. “zona perkembangan dekat”, zona ini ada di antara dua zona sebelumnya yaitu tentang bagaimana seorang anak menyelesaikan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan juga memanfaatkan pertolongan orang lain yang lebih mampu. Individu yang belajar seringkali dianggap sebagai orang yang membutuhkan tuntunan dari mereka yang lebih berkompeten, dalam hal ini guru. Dengan demikian jika melihat bagaimana Vygotsky memandang pembelajaran maka, tugas-tugas yang diberikan guru seharusnya difokuskan kepada tugas-tugas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 yang dapat dikerjakan oleh siswa sendiri, bersama temannya dan tanpa bantuan guru.

d. Pembelajaran sebagai Perkembangan Ekologis

Tokoh di belakang paradigma ini adalah Bronfenbrenner 1979 yang sangat menekankan seting sosial di mana pembelajaran itu seharusnya terjadi Miftahul Huda, 2012:47. Pembelajaran terjadi ketika perkembangan seseorang dipengaruhi oleh relasi sosial yang muncul dalam dan di antara seting yang berbeda di mana ia berpartisipasi di dalamnya. Dengan demikian paradigma ini seperti permainan peran yang banyak dimainkan dalam drama. Dalam pembelajaran ini guru mendesain lingkungan belajar sedemikian rupa untuk menempatkan siswa dalam berbagai aktivitas seperti menjadi pemimpin, seniman, ilmuan atau kolaborator.

e. Pembelajaran sebagai Kolaborasi Individu-Individu

Bagi Wenger interaksi dengan orang lain dapat membantu individu menjalani proses pembelajaran yang lebih positif dibandingkan jika ia melakukannya sendiri Miftahul Huda, 2012:49. Komponen dari jenis pembelajaran semancam ini adalah interaksi verbal yang harus terjadi di dalam sebuah kelompok. Selain itu siswa juga harus merasa menjadi bagian dari kelompok itu yang terlihat dengan kekompakan dan cara kelompok itu menyelesaikan masalah. Sejalan dengan hal ini Miftahul Huda 2015 melihat ide cooperative learning sebagai model belajar yang lebih efektif. Terbukti menjadi cara belajar yang lebih baik dari pada cara sebelumnya yaitu competitive learning. 16

f. Pembelajaran sebagai Representasi Gaya Belajar Individu

Dalam kenyataan pembelajaran, terdapat siswa-siswa dalam satu kelas memiliki prestasi yang baik. Namun di tempat lain tidak demikian. Selain itu seorang yang menguasai satu disiplin ilmu sering kali tidak menguasai disiplin ilmu lainnya. Dari observasi kenyataan semacam inilah para pendidik dan teoritikus berpendapat bahwa setiap individu memiliki cara belajarnya sendiri- sendiri yang dipengaruhi juga oleh kemampuan perspektif, pemrosesan kognitif, manajemen informasi dan keragaman sensoriknya Miftahul Huda, 2012:53. Dunn dan Dunn memiliki sebuah teori belajar yang melihat bagaimana cara belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam hal. Teorinya didasarkan pada teori lateralisasi otak brain lateralization theory. Dalam diri seseorang bisa jadi bahwa belahan orak bekerja lebih dominan dibanding dengan belahan tubuh yang lain. Dengan teori ini dijelaskan bahwa seseorang dapat belajar di manapun karena lingkungan instruksional, sumber daya, dan pendekatan yang berbeda-beda akan berpengaruh pada kekuatan gaya belajar. Model belajar Dunn dan Dunn dimulai dari lingkungan belajar yang mencakup dekorasi kelas, suara, lampu, temperatur ruangan dan sebagainya. Selanjutnya ada pula faktor emosional yang mencakup elemen motivasi, tanggungjawab ketekunan dan struktur. Kemudian ada faktor sosiologis yang terlihat dalam dinamika kelas seperti bekerja sendiri, bekerja berpasang-pasangan dan bekerja berkelompok. Faktor yang keempat adalah faktor psikologis dengan elemen preferensi perseptual seperti audiotoris, visual, taktil atau modalitas kinestetik, asupan makan, target waktu dan mobilitas. Faktor terakhir adalah 17 faktor fisiologis yang mencakup elemen analitis matematika dan sains dan global seni Miftahul Huda, 2012:55. Elemen-elemen di atas merupakan elemen-elemen yang jika dipadukan dapat mempengaruhi siswa alam proses pembelajaran. Model ini didasarkan pada ilmu neuropsikologis dan kognitif.

g. Pembelajaran sebagai Perkembangan Self-efficacy

Self-efficacy adalah perasaan efektifitas diri seseorang dan bagaimana ia berpengaruh terhadap pembelajaran. Teori ini dikemukakan oleh Bandura yang membahas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan seseorang saat merasakan bahwa dirinya berada dalam kondisi yang baik Miftahul Huda, 2012:58.

3. Teori-Teori Perkembangan

Teori-teori perkembangan sangat mempengaruhi teori pembelajaran yang juga dengan sendirinya mempengaruhi media pembelajaran seperti apa yang akan dibuat. Secara umum proses pembelajaran terjadi sesuai dengan tingkat perkembangan seseorang. Anak-anak akan mengalami pembelajaran pada levelnya, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula dengan remaja dan orang dewasa. Karena itu pembelajaran ada dalam bingkai tingkat perkembangan setiap orang. Meskipun demikian sangat memungkinkan bahwa seseorang belajar lebih cepat dibandingkan dengan orang lain seusiannya. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran dipengaruhi juga oleh cara belajar yang sesuai pada usiannya. Jika metode belajar orang dewasa adalah learning by doing, maka metode yang cocok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 bagi anak-anak adalah learning by playing Montessori, 2008: XI. Meskipun dua hal ini lebih dekat pada model pembelajaran, tetapi keduannya masih saja sangat dipengaruhi oleh teori perkembangan yang ada. Hurlock mengutip pendapat Van Den Daele yang mendefinisikan perkembangan sebagai serangkaian perubahan progresif yang terjadi karena kematangan dan pengalaman. Berarti Van Den Deale melihat perubahan atau perkembangan bukan terutama dari segi kuantitatif tetapi lebih kepada kualitatif. Perkembangan atau perubahan bukan saja perubahan fisik seperti bertambah berat badan, bertambah tinggi dan pertumbuhan fisik lainnya, melainkan sebuah proses integrasi dari banyak struktur dan banyak fungsi yang kompleks Hurlock, 1980:2. Definisi Deale juga memperlihatkan perubahan sebagai indikator terjadinya perkembangan. Perubahan yang dimaksud bisa menuju kepada kemajuan evolusi atau kemunduran involusi. Hal ini sangat terlihat dari umur manusia. Perubahan yang didominasi oleh banyak kemajuan terjadi ketika bayi sampai dewasa, sementara perubahan yang didominasi kepada kemunduran terjadi pada masa dewasa sampai tua Hurlock, 1980:2. “Pelbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri atau yang biasanya disebut aktualisasi adalah sangat penting” Hurlock, 1980:3. Dengan melihat dua pendapat di atas dan kenyataan yang manusia hadapi, sangat jelas bahwa manusia sangat dinamis. Perubahan bergerak ke atas pada masa-masa muda. Beberapa saat tidak terjadi perubahan sampai pada suatu masa di mana manusia kembali turun dari segala kemajuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Elizabeth B. Hurlock menggambarkan kurvanya berbentuk seperti lonceng. Dari satu sisi naik, statis beberapa saat, lalu turun lagi. Dalam konteks pendidikan pada umumnya tentu teori-teori perkembangan ini menjadi salah satu panduan bagi mereka yang mau mengajar atau membuat media pembelajaran. Dalam konteks persiapan penerimaan Sakramen Krisma, mereka yang akan menerima Sakramen Krisma rata-rata berusia 12 tahun atau lebih. Dengan demikian perlu diketahui seperti apa perkembangan kognitif mereka yang akan digunakan sebagai salah satu panduan untuk membuat media pembelajaran. Dengan merujuk pada teori perkembangan Montessori yang membagi tahap perkembangan dalam 3 tahap; 0-6, 6-12, 12-18, maka persiapan Sakramen Krisma disesuaikan dengan tahap perkembangan mereka Montessori, 2008: XII. Selain teori Montessori, teori perkembangan kognitif Piaget tentu saja tidak bisa ditinggalkan. Piaget membagi perkembangan kognitif manusia ke dalam 4 tahap, seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini: Tahap-tahap perkembangan Umur Ciri-ciri pokok perkembangan Sensorimotor 0-2 Berdasarkan tindakan Langkah demi langkah Praoperasi 2-7 Penggunaan bahasasimbol tanda Konsep Intuitif Operasi Konkret 8-11 Pakai aturan jelasLogis Reversible dan kekekalan Operasi Formal 11-ke atas Hipotesis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Abstrak Deduktif dan induktif Logis dan probabilitas Sumber: Teori perkembangan Kognitif Jean Piaget Paul Suparno:2000 Dengan melihat teori perkembangan kognitif menurut Piaget, calon penerima Sakramen Krisma ada pada tahap perkembangan terakhir atau operasi formal dengan usia 11 tahun dan seterusnya. Pada tahap perkembangan ini remaja sudah berfikir logis, teoretis, formal berdasarkan proposisi-proposisi hipotesis, dan dapat mengambil keputusan lepas dari apa yang diamati saat itu. Selain itu pada tahap ini logika mulai berkembang dan cara berpikir abstrak mulai dimengerti. Ia mulai suka membuat teori tentang segala sesuatu yang dihadapi. Pikirannya sudah mampu melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terikat pada yang sudah dialami, tetapi juga mampu berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena mampu membuat hipotesis Paul Suparno, 2000: 88 Tentu saja pemikiran Piaget dan Montessori ini bukan sesuatu yang pasti terjadi. Seperti yang sudah dikemukakan oleh beberapa pemerhati teori perkembangan, maka pembagian tahap perkembangan Piaget dan Montessori adalah panduan umum, sementara apa yang terjadi dalam kehidupan secara langsung mungkin saja tidak sesuai dengan tahap perkembangan itu. Ada orang yang dapat belajar dengan lebih cepat, ada pula yang tidak. Manusia memiliki sifat yang sangat dinamis. Teori perkembangan yang ada digunakan untuk menghadapi peserta didik dalam pembelajaran sesuai dengan perkembangan mereka dan juga untuk membuat media pembelajaran yang cocok sesuai dengan usia perkembangan 21 mereka. Teori perkembangan memberikan pandangan dari sudut ilmiah untuk menghadapi atau menilai proses pembelajaran yang berlangsung dan juga untuk mengembangkan media-media pembelajaran yang sesuai. Teori perkembangan bukan satu-satunya panduan untuk mengajar di kelas atau membuat media pembelajaran. Ada banyak sisi yang bisa menjadi pertimbangan salah satunya adalah kebutuhan murid itu sendiri dengan melihat situasi awal mereka.

4. Media Pembelajaran

a. Definisi Media Pembelajaran

Bagi Gagne Media Pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar Sadiman, 2012:6. Pendapat Gagne memperlihatkan cakupan yang sangat luas pada media, sehingga seakan-akan begitu banyak hal dapat dijadikan media pembelajaran. Selain itu menurut Briggs media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar Sadiman, 2012:6. Pendapat Briggs ini menyempitkan media sebagai alat fisik dengan kriteria tertentu yakni dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Definisi lebih lanjut dikemukaan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional National Education Associa tion NEA: “Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dib aca.” Sadiman, 2012:7. Semua definisi memiliki kesamaan yang terutama berkaitan dengan indera manusia untuk melihat, menyentuh dan mendengar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22

b. Perkembangan Media Pembelajaran

Awalnya media hanya dianggap sebagai alat bantu guru dalam mengajar teaching aids. Alat bantu yang digunakan adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lain. Namun, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu yang digunakan orang kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran dan evaluasinya. Dalam perkembangan selanjutnya teknologi mulai berkembang dan digunakan sebagai media pembelajaran berupa audiovisual. Dalam usaha menggunakan media pembelajaran, Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman dari tingkat yang paling konkret ke tingkat yang paling abstrak. Klasifikasi itu kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman cone of experience. Berikut ini gambar kerucut pengalaman: Gambar: cone of experience by Edgar Dale Perkembangan media pendidikan terus berlangsung sampai tahun 1950 ketika teori komunikasi dipergunakan untuk media audio visual. Namun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 sayangnya perkembangan hanya terpusat pada pembuatan media saja. Faktor siswa belum mendapat perhatian yang serius. Ketika teori behaviorisme ajaran B. F. Skinner muncul pada tahun 1960- an, barulah perkembangan siswa menjadi perhatian dalam menciptakan dan mengembangkan media pembelajaran. Menurut teori ini mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa. Perubahan itu harus tertanam sehingga menjadi kebiasaan. Setiap ada perubahan tingkah laku ke arah yang positif harus diberi penguatan dengan pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut adalah betul. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi hasil proses pembelajaran. Dalam perkembangan lebih lanjut, pendekatan sistem berpengaruh dalam dunia pendidikan. Pengaruhnya mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan dan dipersiapkan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Dari pengalaman pembelajaran guru-guru menyadari bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda. Sebagian lebih cepat dengan media audio, sebagaian lagi dengan video, sedangkan yang lain dengan media cetak dan demikian juga setiap siswa memiliki cara mereka masing-masing. Dari pengalaman inilah lahir konsep penggunaan multi-media dalam kegiatan pembelajaran yang masih digunakan hingga saat ini.

c. Media Pembelajaran sebagai Bagian Proses Komunikasi dan

Kegunaannya dalam Proses Belajar-mengajar Media pembelajaran adalah bagian dari sistem komunikasi dalam sebuah proses pembelajaran. Dengan demikian dapat diartikan bahwa proses 24 pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi. Demikian ilustrasinya: seorang guru jengkel sekali karena selama 1 jam mengajar, anak-anak di kelas tidak mengerti satu pokok bahasan yang dibahas selama satu jam itu. Ia kemudian bertanya di mana letak kesalahannya? Letak kesalahannya adalah ia tidak melihat pembelajaran sebagai proses komunikasi. Ada pesan materi belajar yang hendak disampaikan, ada pemberi pesan media pembelajaran dan guru kelas yang menjadi sumber belajar dan komunikator, dan ada juga penerima pesan yaitu para murid di kelas. Ada beberapa faktor yang menghambat proses komunikasi yang biasa disebut dengan barriers hambatan, atau noises kebisingan. Hambatan- hambatan yang ada merupakan hambatan yang berasal dari dalam dan dari luar diri seorang anak. Hambatan yang berasal dari dalam diri adalah masalah yang disebabkan oleh keadaan prikologis seperti minat, sikap, pendapat kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh. Kendala lain juga karena siswa tidak senang dengan gurunya, pelajarannya jam pelajarannya Sadiman, 2012:11. Hambatan yang berasal dari luar diri seorang anak adalah hambatan budaya seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi atau kondisi keadaan sekitar. Karena ada berbagai jenis hambatan tersebut sering kali murid gagal dalam mengerti atau mengencode informasi yang disampaikan. Karena itulah media pembelajaran dibutuhkan yakni untuk menjawab hambatan-hambatan tadi. Pelajaran tidak menarik dibuat menarik dengan media. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Meskipun media pembelajaran tidak bisa mengatasi sepenuhnya hambatan fisik atau kultural paling tidak media pembelajaran dapat membantu siswa. Kegunaan media pembelajaran adalah pertama, untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis. Hal ini terkait erat dengan teknik presentasi dengan slide. Microsoft Power Point mendukung konsep yang serupa dengan kegunaan pertama yaitu bagaimana supaya sebuah informasi yang hendak disampaikan itu tidak terlalu ramai dengan kata-kata sehingga membingungkan atau memperlama proses orang untuk mengerti apa maksud informasi. Kedua, megatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti obyek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model. Atau kejadian yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan kembali lewat video atau rekaman film. Ketiga, penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, karena media pembelajaran juga mampu meningkatkan gairah anak dalam belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik lingkungan dan kenyataan, memungkinkan anak didik belajar sendiri- sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Keempat, karena latar belakang setiap siswa dan guru berbeda maka media pembelajaran berguna untuk memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. 26

d. Jenis dan Karakteristik Media

1 Taksonomi Taksonomi adalah pengklasifikasian bidang-bidang, kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek. Dari definisi tersebut taksonomi dalam konteks media pembelajaran dikelompokan berdasarkan jenis- jenisnya sehingga menjadi semakin jelas dimengerti. Pendidikan selalu berkembang dari waktu ke waktu dan dipengaruhi berbagai macam ilmu dan teknologi yang ada membuat pendidikan menjadi topik yang sangat luas jika diulas atau dibicarakan sehingga orang harus membuat batasan-batasan terhadapnya. Demikian pula dengan media pembelajaran. Dengan semakin berkembangnya teknologi media berbasis teknologi semakin banyak berkembang. Hal ini mengakibatkan ketidak-jelasan atau kebingungan tentang alat-alat peraga, konsep-konsepnya, proses-prosesnya dan sebagainya. Taksonomi menurut Rudy Bretz Tiga unsur penting media menurut Rudy adalah suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi 3 yaitu gambar, garis line graphic dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pengelihatan Sadiman, 2012:9. Hierarki media menurut Duncan Duncan menyusun taksonomi berdasarkan pemanfaatan untuk pendidikan dijajarkan dengan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasaran dan kemudahan pengadaannya keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam suatu hierarki. Singkatnya semakin rumit jenis perangkat yang dirancang, semakin mahal pula investasinya, lama pengadaannya, namun sangat khusus dan luas lingkup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 sasarannya. Sebaliknya jika media dirancang dengan sederhana maka semakin murah biaya investasi, proses pengadaan mudah, namun penggunannya sangat umum dan lingkup sasaran lebih kecil Sadiman, 2012:23. Taksonomi menurut Briggs Briggs mengelompokan media lebih kepada stimulus yang akan ditimbulkannya ketika digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini juga sangat berkaitan dengan kesesuaian media tersebut dengan karakteristik siswa Sadiman, 2012:23. Taksonomi menurut Gagne Gagne mengelompokan media dalam 7 macam yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang dikembangkannya yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih-ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik Sadiman, 2012: 23 Taksonomi menurut Edling Bagi Edling rangsangan belajar dan tanggapan merupakan variabel kegiatan dengan media. Edling memusatkan pada variabel rangsangan melengkapi apa yang pendekatan menurut model Guilford dan Bloom. Media merupakan bagian 6 unsur rangsangan belajar, yaitu pengalaman audio meliputi kondisi subyektif visual dan kodifikasi subyektif audio, dan dua pengalaman audio 3 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan dengan benda-benda. Semua itu merupakan kesinambungan pengalaman belajar yang dapat disejajarkan dengan kerucut pengalamannya Edgar Dale Sadiman, 2012: 23. 28 Pengelompokan lain lagi dikemukakan oleh Allen yang mengklasifikasikan media menurut tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai. Dari beberapa pengelompokan yang dikemukakan di atas dapat dilihat bahwa tidak ada suatu pengelompokan yang dapat berlaku umum dan berlaku dalam segala aspeknya. Namun, pengelompokan yang ada sudah memberi gambaran bagaimana fungsi media tertentu untuk tujuan pembelajaran tertentu. 2 Karakteristik Pengelompokan di atas menunjukkan bagaimana sebuah media berfungsi untuk sebuah maksud dan tujuan belajar tertentu. Dari contoh pengelompokan yang dilakukan oleh Schram, media dapat dikelompokan menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput dan kemudahan kontrol pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat melalui bagaimana media tersebut berpengaruh terhadap indra manusia seperti penciuman, peraba, pengecapan dll. Selain itu juga dapat dilihat berdasarkan tingkatan hierarki belajar dari Gagne. Karakteristik menjadi begitu penting karena menjadi pertimbangan media pembelajaran yang cocok dalam situasi tertentu. Klasifikasi media, karakteristik media dan pemilihan media adalah suatu kesatuan dengan dalam penentuan strategi pembelajaran. Berikut ini beberapa karakteristik media yang lazim digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia: Media Grafis Media Grafis termasuk media visual yang memanfaatkan pengelihatan manusia untuk menangkap pesan yang disampaikan. Penyajiannya menggunakan simbol-simbol visual. Oleh karenanya penyajiannya harus disajikan dengan menarik dan sesuai dengan maksud pesan yang akan disampaikan. Selain fungsi umum tersebut grafis berfungsi juga untuk membuat menarik perhatian, 29 memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau bahkan jika hanya disampaikan secara lisan tanpa media. Berikut ini adalah contoh-contoh media grafis: gambar foto, sketsa, diagram, bagan chart, grafik, kartun, poster. Media Audio Media audio memanfaatkan suara sebagai medianya dan untuk menerima pesannya orang membutuhkan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif. Contoh-contoh media Audio adalah sebagai berikut: radio, rekaman audio, dll. Media proyeksi diam Media ini adalah media yang sangat biasa digunakan dalam perkuliahan saat ini. Contoh konkretnya adalah slide. Sama seperti media grafis, media ini juga memanfaatkan rangsangan visual. Selain slide ada contoh-contoh lain seperti: film bingkai, film rangkai, media transparansi, film dan video.

e. Pemilihan Media

Dilihat dari kesiapan pengadaannya media dibedakan menjadi dua yaitu media jadi atau media yang sudah siap dan tersedia dijual bebas karena sudah merupakan komoditi media by utilization, dan media rancangan atau media yang belum tersedia karena harus dirancang terlebih dahulu untuk memenuhi tujuan dan maksud tertentu media by design. Kedua jenis media ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Media jadi, memiliki kelebihan dari segi waktu pengadaan karena media jadi sudah siap, tidak memerlukan tenaga dalam pengadaannya, namun memiliki beberapa kekurangan yaitu mungkin tidak sesuai dengan semua maksud dan tujuan yang diinginkan, harga jual media jadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 bervariasi tergantung dari kualitas media tersebut. Dari media rancangan memiliki beberapa kelebihan seperti tujuan dan maksud media sesuai dengan yang diinginkan. Namun memiliki beberapa kekurangan seperti biaya produksi yang mahal, selain itu untuk membuat media sendiri memerlukan banyak waktu dan tenaga Sadiman, 2012: 83. 1 Dasar pertimbangan pemilihan media Ada banyak alasan mengapa orang memilih media. Alasan itu biasanya merupakan salah satu pertimbangan yang kuat mengapa seseorang memilih sebuah bentuk media. Alasan itu bisa seperti: sudah terbiasa menggunakan media, atau alasan lain karena ingin mendemonstrasikan media ciptannya, atau karena baru mau memulai menggunakan media dalam pembelajaran, atau karena kebutuhan kelas yang memang sangat membutuhkan media untuk meyampaikan informasi. Singkatnya ada banyak yang menjadi alasan memilih media. tetapi yang paling sering digunakan adalah alasan kesesuaian kegunaan sebuah media demi tercapainya tujuan yang diinginkan Sadiman, 2012: 84. Beberapa pertanyaan praktis yang dapat diajukan untuk membuat sebuah media adalah: apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai? Apakah media yang bersangkutan sudah tersedia di pasaran? Apakah boleh direview? 2 Kriteria Pemilihan Bagi Profesor Ely dalam buku Media Pendidikan mengatakan, media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan Arief, 2012: 85. Hal ini sangat penting karena bagaimanapun seluruh komponen dalam pembelajaran harus mengabdi pada tujuan instruksional pembelajaran. Selain itu ada hal lain yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 harus menjadi pertimbangan dalam menentukan media yaitu karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan. Dan tentu saja harga dan ketersediannya menjadi pertimbangan penting. Dick dan Carey juga memberikan sebuah pertimbangan yang sangat praktis yakni bagaimana media tersebut dapat dengan mudah dipindahkan, sarana- sarana lain yang penting untuk media itu seperti ketersediaan listrik juga dipertimbangkan, dan ketahanan media dalam waktu yang lama.

f. Pengembangan Media Pembelajaran

Pengembangan dilakukan karena kebutuhan setiap orang atau kelompok terhadap sebuah media berbeda-beda. Pengembangan dilakukan supaya media pembelajaran yang digunakan semakin sesuai dengan kebutuhan dan keadaan para penggunanya. Dengan demikian media pembelajaran dapat bermanfaat secara optimal. 1 Penyusunan rancangan Membuat sebuah media membutuhkan sebuah rancangan yang sangat teliti. Untuk mempersiapkannya ada beberapa pertanyaan yang mendahuluinya: mengapa program media itu ingin dibuat? Apakah terkait dengan proses belajar tertentu demi tercapainya tujuan pembelajaran tertentu? Untuk siapakah program itu dibuat? Bagaimana karakteristik mereka? apakah benar-benar mereka perlukan? Apakah materi sesuai dengan media? apa keuntungan yang akan mereka dapatkan? Apa kerugian yang akan mereka dapatkan jika tidak memakai media tersebut? Sadiman, 2012:99. 32 2 Analisis kebutuhan siswa Apakah program atau media pembelajaran ini mereka butuhkan? Pertanyaan ini harus dijawab karena media diciptakan untuk membantu mereka dalam belajar. Kebutuhan sendiri berarti kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang diingikan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang Sadiman, 2012:102. Misalnya materi belajar adalah pembagian, perkalian, penjumlahan dan pengurangan, sementara siswa baru bisa penjumlahan, maka kebutuhan siswa adalah pengurangan, perkalian dan pembagian. Atau contoh dalam PAK, seorang anak mau menghafal 10 perintah Allah, namun sejauh ini belum satupun ia hafalkan. Dengan demikian dia membutuhkan sepuluh perintah Allah untuk dia hafalkan. Tentu saja keinginan semua orang yang membuat media adalah medianya dipakai dan digunakan serta sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Untuk itu dalam persiapan perlu juga dipersiapkan apa yang ingin dicapai murid dalam pembelajaran dan indikator pembelajaran. Hal ini memang terkait materi tetapi sangat penting untuk disesuaikan dengan media. Misalnya: siswa adalah anak- anak kelas 4 SD yang suka film animasi dan kartun, maka mungkin ketertarikan mereka ini dapat dijadikan media pembelajaran untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. Permasalahan selanjutnya harus dipecahkan adalah kenyataan bahwa setiap kelompok siswa memiliki karakteristik masing-masing. Media untuk anak SD sangat berbeda dengan SMP, SMA atau bahkan mahasiswa. Sangat tidak mungkin menyesuaikan dengan semua jenjang pendidikan. Dalam hal ini perlu diketahui manakah siswa yang benar-benar menjadi sasaran media atau mungkin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 jika diterapkan sesuai dengan karakteristik siswa tertentu siswa yang lain mampu menyesuaikan dengan baik. Sangat penting bagi pembuat media untuk mengetahui keadaan awal siswa yang akan dilayani dengan media buatannya. Karena itu memang sebaiknya berkonsultasi dengan guru atau orang tua murid. Sangat baik jika guru mereka sendiri yang membuat media pembelajaran ini. Mengetahui keadaan awal ini sangat penting untuk proses belajar. Media yang terlalu sederhana akan sangat membosankan bagi siswa yang terbiasa dengan teknologi. Sebaliknya jika media itu terlalu rumit dan sulit akan membuat frustasi siswa yang tidak terbiasa dengan media yang rumit. Jika tidak diperhatikan akan merusak suasana dan mood belajar siswa. Media pembelajaran yang sedianya sebagai alat bantu mencapai tujuan belajar yang diharapkan, justru menjadi penghancur utama proses pembelajaran itu sendiri. 3 Perumusan tujuan Tujuan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan ini. Tujuan memberi arah hidup. Tujuan juga dapat mengukur apakah saat ini saya tersesat atau tidak, salah atau benar, baik atau buruk. Tergantung tujuannya.

g. Pemanfaatan Program Media

Pembuatan media pembelajaran dilakukan dengan persiapan yang matang dan dengan tenaga ahli. Selain itu juga media pembelajaran dengan teknologi dibuat dengan biaya yang lebih tinggi dari pada media pembelajaran konvensional. Dengan demikian sayang sekali jika media yang telah dibuat tidak dimanfaatkan dengan baik dan optimal. Oleh karena itu bukan hanya pembuatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 media yang perlu direncanakan dengan matang tetapi penggunaannya juga memerlukan perencanaan yang matang dan sistematis Sadiman, 2012:189. Pengajaran memiliki lingkup yang sangat luas, dari guru dan murid hingga apa yang ada di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung di kelas termasuk media pembelajaran. Semua orang memerlukan media pembelajaran dalam pembelajaran mereka sehari-hari. Media pembelajaran yang baik akan membantu orang untuk belajar lebih baik dan juga cepat serta efisien. Konsep tentang pembelajaran selalu berkembang demikian pula dengan psikologi pembelajaran. Namun media pembelajaran mengalami perkembangan yang juga cepat terutama dari segi sarana. Konsep media gambar masih sangat relevan namun tidak lagi dengan kertas tetapi dengan komputer dan viewer yang lebih canggih, murah dan cepat. Dengan demikian media pembelajaran dengan aplikasi komputer bukan sebuah konsep media pembelajaran yang sama sekali baru. Hanya saja dengan teknologi media pembelajaran yang ada menjadi lebih menarik dengan kemungkinan modifikasi yang lebih banyak.

B. Perangkat Lunak Aplikasi Komputer

Perangkat lunak aplikasi komputer yang dimanfaatkan untuk media pembelajaran lebih merupakan alat untuk mengisi konsep media pembelajaran itu sendiri. Misalnya murid yang suka menggunakan bagan. Dulu guru akan menggambarkan bagan ini di papan tulis untuk kemudian menjadi medianya menjelaskan kepada para muridnya. Sekarang guru memiliki pilihan untuk mengonversi alat media yaitu papan tulis ke perangkat lunak seperti Microsoft Power Point, atau software presentasi lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Apa yang dijelaskan tentang media pembelajaran di atas, pada bagian ini dilaksanakan dengan alat yang disebut komputer dan software-software atau aplikasi untuk media pembelajaran.

1. Definisi Perangkat Lunak Aplikasi komputer

Perangkat lunak Aplikasi adalah subkelas perangkat lunak komputer yang memanfaatkan perangkat lunak komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna http:wikipediaaplikasi. Perangkat lunak aplikasi juga bisa dipahami sebagai program komputer yang didesain untuk menangani aktivitas Tim EMS,2014:106. Aplikasi komputer bisa sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan, sebuah aplikasi dapat memanipulasi teks, gambar atau angka atau bahkan kombinasi dari unsur-unsur di atas Tim EMS,2014:106. Beberapa paket aplikasi mensyaratkan sistem komputasi yang tidak terlalu besar misalnya yang hanya menggunakan satu task tertentu. Dalam pekerjaan sehari-hari banyak orang sering menggunakan aplikasi untuk menunjang pekerjaan. Aplikasi itu antara lain Microsoft word, power point, exel yang tergabung ke dalam Microsoft office. Aplikasi lain yang sering ditemukan saat ini adalah pemutar musik, pemutar video, dan sebagainya.

2. Pemanfaatan Aplikasi Komputer untuk media pembelajaran

Konsep pemanfaatan aplikasi komputer untuk media pembelajaran sangat sederhana sejalan dengan hakikat pembelajaran itu sendiri yakni proses yang membuat adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Sebuah proses yang karena pemanfaatannya ada hal-hal positif, nilai tambah bagi mereka yang belajar, memperkuat dan menambah wawasan mereka Darmawan,2014:4. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Dengan demikian aplikasi komputer dapat dimanfaatkan untuk mengabdi kepada pembelajaran itu sendiri. Contoh nyatanya adalah usaha guru pada jaman sekarang untuk memanfaatkan perangkat-perangkat lunak seperti Microsoft office, pemutar video, pemutar musik dan perangkat lunak lainnya. Dalam proses pembelajaran aplikasi-aplikasi di atas sering kali digunakan sebagai penunjang. Namun saat ini kebutuhan pada kreativitas dalam membuat media pembelajaran sepertinya semakin dibutuhkan. Semua orang yang memiliki komputer atau smartphone dimanjakan dengan berbagai aplikasi yang menarik untuk berbagai macam kebutuhan.

3. Contoh-contoh Aplikasi yang Dapat Dimanfaatkan Sebagai Media

Pembelajaran Seperti yang dikemukakan di atas bahwa ada media yang sudah siap digunakan sebagai media pembelajaran. Media itu tidak dibuat secara khusus, namun penggunaannya tidak juga mudah karena bisa menerapkan berbagai macam pertimbangan dalam penggunaannya. Salah satunya adalah Microsoft Power Point yang adalah perangkat lunak yang biasa digunakan untuk kegiatan presentasi. Presentasi adalah salah satu metode dalam mengajar. Meskipun digunakan dalam pembelajaran, pertimbangan-pertimbangan yang digunakan justru datang dari dunia periklanan misalnya bagaimana supaya pesan itu sampai ke pendengar, warna font, ukuran font, jenis font, animasi atau gambar yang digunakan supaya tampilan presentasi menarik, tekanan-tekanan yang harus diberikan dan sebagainya. 37

4. Contoh-contoh Aplikasi yang Dapat Dimanfaatkan untuk Membuat

Media Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, para pendidik di sekolah menguji kreatifitasnya untuk membuat media pembelajaran berupa game, kuis, tutorial dan sebagainya. Selain itu gagasan e-learning dengan perangkat lunaknya juga digunakan oleh banyak tenaga pengajar dan institusi pendidikan untuk membantu pembelajaran siswa. Aplikasi Adobe Flash CS4 merupakan sebuah aplikasi yang banyak digunakan untuk membuat animasi, game dan kuis. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membuat animasi, game dan kuis untuk media pembelajaran. Adobe Flash adalah kumpulan aplikasi lainnya yang sering digunakan untuk membuat animasi dan game. Selain itu ada Sparkol Video Scribe adalah aplikasi pembuat video animasi yang saat ini banyak digunakan oleh animator. Aplikasi ini digunakan secara online untuk memproduksi video-video animasi. Kelebihannya terletak pada karakter-karakter yang langsung dapat digunakan. Inti dari pembahasan sub bagian ini adalah bagaimana konsep media pembelajaran yang sudah ada dibuat menjadi lebih menarik dengan penggunan teknologi aplikasi komputer. Dengan teknologi aplikasi komputer media pembelajaran juga bersifat lebih praktis dan efisien. Selain itu komputer dengan banyak aplikasinya dapat menjadi sarana untuk membuat media pembelajaran tersendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38

C. Sakramen Krisma

1. Definisi Sakramen Krisma

Sakramen Krisma adalah salah satu dari 3 Sakramen inisiasi yang juga disebut Sakramen Penguatan di mana orang yang menerimanya dipenuhi dengan kekuatan dari Roh Kudus agar mampu memberi kesaksian tentang apa yang diimaninya Komisi Kateketik KAS, 2015:41. Mereka yang menerima Sakramen Krisma diikutsertakan dalam karya perutusan Gereja dengan semangat misioner. Sakramen Krisma merupakan Sakramen ketiga yang diterima setelah Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi. Dengan Sakramen ini Sakramen Inisiasi menjadi sempurna. Calon penerima Sakramen Krisma tidak hanya dilahirkan, diberi makanan tetapi juga diutus Sugiyana, 2015:37. Kebaruan mereka sebagai manusia melalui Baptis, menjadi satu secara Sakramental dalam Ekaristi, menjadi lengkap setelah mereka mendapat kekuatan dan diutus dalam Sakramen Krisma. Mereka yang telah menerima Sakramen Krisma dianggap dewasa dalam iman dan siap pula untuk dilibatkan dalam tugas-tugas baik dalam gereja maupun di tengah masyarakat Sugiyana, 2015:37.

2. Sejarah Sakramen Krisma

Sejarah Sakramen Krisma tidak terlepas dari sejarah Sakramen Gereja. Sakramen-Sakramen yang saat ini dikenal dimulai dalam sejarah Gereja sebagai sebuah praktik bukan sebagai sebuah teori yang kemudian diaplikasikan. Karena itu titik tolak menemukan cikal bakal Sakramen adalah dengan melihat praktik perayaan Sakramen dalam kehidupan jemaat perdana KWI,2012: 398. Sejak awal hidup Gereja, terdapat ritus-ritus yang dirayakan. Ritus-ritus itu dipandang sebagai bentuk pelaksanaan hidup Gereja dan dipandang penting dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI