Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia ada banyak masyarakat adat yang tetap memper tahankan adatnya melalui ber bagai car a. Di ant ar anya t etap memper t ahank an kondisi lingkungan dan car a hidup yang selama ini di anutnya. Di Jaw a Bar at ada beberapa kelompok masyar akat ter sebut, seper ti Kampung Naga di Tasi kmalaya, Kampung Cik ondang di Pangalengan Bandung, Kampung Mahmud di Margaasih Bandung, Kampung Ciptagelar Ci solok Sukabumi, Kampung Duk uh Cik elet Gar ut ser ta Kampung Kuta di Kecamatan Tambaksar i Ci amis. Biasanya yang menonjol dar i kelompok-kelompok masyar akat adat ter sebut selain kemampuannya melestar ikan lingkungan alam beser ta adat istiadatnya. Dalam k onteks tata r uang, kelompok adat sudah sejak l ama mempunyai keluhur an nilai untuk menyeimbangk an daya dukung lahan melalui pengendalian tingkat kepadatan penduduk. Di Kanek es, masyar ak at Baduy mener apkan atur an yang membatasi hanya 40 keluar ga saja yang boleh tetap ti nggal di wi layah adat Baduy Dalam, sedangkan jika ada per tambahan keluar ga karena pertumbuhan alami meni k ah dan punya anak mak a kebijakan yang di ter apkan adalah dengan menempatk an k el uar ga bar u ter sebut di w ilayah Baduy Luar. Tidak jauh ber beda dengan masyar ak at Baduy, kelompok masyar akat di Kampung Naga di Tasikmal aya juga membatasi jumlah r umah yang diperbolehkan dibangun di wil ayah adat mer ek a. Ar tinya, jik a ada anggota kelompok yang ingin membangun r umah dan keluar ga baru maka mer eka harus ber mi gr asi secara per manen ke luar dar i w ilayah adat mer eka. Lain lagi yang ter jadi dalam masyarakat adat di Ciptagelar yang memilih untuk ber mi gr asi dalam bentuk ber pi ndah-pi ndah tempat tinggal secar a ber kelompok sehingga lingk ungan tetap member ikan daya dukung ter hadap w ar ga yang mendiaminya. Menur ut penelitian Dadi 2008 car a w ar ga Kampung Kuta dalam menyiasati keter batasan r uang untuk penduduk nya berbeda. Dalam hal i ni kelompok masyar akat adat di Kampung Kuta ti dak memberl ak ukan pembatasan jumlah k eluar ga atau jumlah penduduk. Menur ut keter angan Ketua Adat Bapak Kar man dan sesepuh adat Kuta Bapak Maryono, di Kampung Kuta tidak ada pembatasan jumlah r umah dan atau jumlah k eluar ga yang mendiami w ilayah adat. Walaupun tidak ada pembatasan jumlah rumah atau jumlah penduduk, data empir is menunjukkan bahw a jumlah penduduk yang mendiami Kampung Adat Kuta ti dak mengalami per tumbuhan yang signifikan. Per atur an adat Kuta juga melar ang w ar ganya membangun r umah dar i bahan-bahan moder n seperti semen, besi, dan genteng. Atur an ini pada umumnya juga melek at pada w ilayah adat lai n, seper ti di Suku Naga dan Baduy. Per bedaan dengan k ampung adat yang lai n ialah mengenai akses ter hadap teknologi dan infor masi. War ga adat Kuta memili ki k ebebasan dalam mengak ses dan memper gunakan per angkat tek nologi seper ti kendar aan ber motor , televisi, par abol a, listr ik, film atau handphone. Peratur an adat tidak melarang mer ek a untuk memiliki dan menggunakan per alat an teknologi kecual i pagelar an w ayang. War ga Kuta memili ki kear ifan ter sendir i dalam mengendalikan populasi. Keter angan sementar a yang di per oleh Runal an, 2006; i nfor masi pr imer dar i Bapak Kar manKetua Adat ser ta Bapak Mar yonoSesepuh Adat menyatakan bahw a populasi penduduk Kampung Kuta tidak mengalami per tambahan yang signifikan. Dar i pengamatan sementar a di lapangan, pada siang dan sor e har i suasana perk ampungan tet ap lengang. Kondisi ini ber tolak belak ang di bandingk an dengan perk ampungan atau per umahan masyar ak at pada umumnya. Suasana per k ampungan per umahan di desa at au di kota pada pagi dan sor e har i ak an selalu r amai oleh anak-anak yang ber mai n, tetapi di Kuta suasana seper ti itu ti dak di temukan. Secar a administr atif Kampung Kuta ber ada di Desa Kar angpaningal, Kecamat an Tambaksari , Kabupaten Ci amis. Kampung memi liki luas ar ea total 97 ha, ter di ri dar i 57 ha lahan pemukiman, pesaw ahan, dan tegalan ser t a 40 ha hutan k er amat kar amat. Kampung Kuta ber ada di timur Ci ami s dan ber jar ak 45 Km dar i pusat kota kabupaten. Menuju ke Kampung Kuta dapat ditempuh dengan dua akses jalan. Jik a dar i ar ah Kota Ci ami s menuju Kuta dapat dicapai melal ui jalan k abupaten menerobos Kecamat an Sukadana, Rancah menuju pusat Kecamatan Tambaksar i dan l angsung menuju k e Kampung Kuta. Akses l ainnya menuju Kuta juga dapat ditempuh dar i Ciamis melalui Kota Banjar . Mat a pencahar ian penduduk Kampung Kuta ialah ber tani . Adapun kegi atan ekonomi yang menjadi andalan mer eka cukup ber var iasi ant ar a lain sebagai per ajin gula ar en, per aj in anyaman bambu, bertani, beter nak dan jenis pekerj aan lain yang sesuai dengan keadaan lingk ungannya. Pembuatan gul a ar en menj adi mata pencahari an sebagi an besar penduduk sehingga pr oduksi gula ar en dapat dianggap sebagai pr oduk unggulan di Kampung Kuta. Jumlah pohon ar en yang ada di Kampung Kuta sebanyak 985 pohon yang masih pr odukti f. Seti ap keluarga di Kampung Kuta r ata-rata memil iki 7 atau 8 pohon ar en pr oduktif yang seti ap harinya di sadap diambil air ni r anya. Rata-r at a pr oduksi har ian gula ar en per r umah tangga sebanyak 1,5 k g. Pendi dik an for mal w ar ga Kampung Kuta tidak begitu baik. Minat penduduk Kampung Kuta untuk menyekolahkan anak-anaknya r elatif kurang, ter utama minat untuk melanjutkan k e jenjang Sek olah Menengah Per tama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA. Rata-r ata penduduk hanya menamatkan j enjang Sekolah Dasar SD. Alasan utama keengganan menyek olahk an anak-anak nya ke j enj ang sekolah lanjutan disebabkan oleh kondisi ekonomi par a or ang tua, alasan lainnya jar ak sek olah lanjutan yang jauh. Keberhasilan w ar ga Kuta untuk memper t ahankan adat tidak ter lepas dar i kekukuhan w ar ga untuk ber sama-sama menjaganya. Hasi l penelitian Dadi, 2008 mengungk apkan bahw a selur uh w ar ga yang diw aw ancara memahami betul tanggung jawab ber sama untuk selal u menjaga keutuhan adat Kuta. Mer eka menyatak an memili ki tanggung jawab yang setara untuk menjaga adat dan mempertahank annya. Bagi mer eka adat adalah w ari san leluhur yang begitu penti ng sehingga k emur ni annya har us senantiasa dijaga. Bahkan menur ut Ketua Adat, jika ada w ar ga yang ber ni at untuk tinggal dan menet ap di luar Kuta, yang be r sangkutan juga akan tetap memper t ahankannya. Sebalik nya jika ada war ga l uar yang ingin menjadi w ar ga Kampung Kuta misalnya karena menikah dengan or ang Kuta dan tinggal di Kuta maka yang bersangkutan w ajib mematuhi aturan-atur an adat Kuta. Pengendal ian populasi ber kai tan er at dengan per an perempuan dalam mengatur k el ahi ran. Di Kampung Kuta ada dua hal penting yang ak an diteliti di si ni, yaitu 1 per an per empuan dalam mengemuk akan pendapat dan mengatur jumlah anak ser ta 2 per an perempuan dalam menunjang pendapatan keluar ga. Dengan demikian, per empuan di Kampung Kuta memilik i peran penting terutama dalam r uang domestik . Mer ek a ik ut ber peran dalam menyokong perekonomian keluar ga juga diber i hak untuk ber pendapat dan menentuk an j umlah anak yang diinginkan. Per empuan ber tugas untuk mengolah ni ra hingga menjadi gula aren, sementar a laki-laki ber tugas menyadap nir a. Perempuan boleh ber pendapat dan menentukan jumlah anak yang diinginkan, tetapi l ak i-lak i yang berhak untuk membuat k eputusan. Di satu sisi per empuan diber i peran dal am rumah tangga, tetapi per an itu tidak lepas dari k ek uasaan laki-lak i. Oleh sebab itu, penelitian ini akan meneliti mengenai Gender , Kekuasaan, dan Resi st ensi di Masyar akat Adat Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Bar at.

1.2 Per umusan Masalah