Kosicki 1993. Tulisan itu semula adalah makalah yang depresentasikan pada
konvensi Asosiasi Komunikasi Internasional di Florida. Bagi Pan dan Konsicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media
disamping analisis isi kuantitatif. Analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksikan dan dinegosiasikan. Dalam tulisannya
tersebut, Pan Kosicki tidak membatasi analisisnya semata-mata pada isi media. Media dipandang, di sini, sebagai bagian dari diskusi publik secara luas. Bagaimana media
dapat membentuk bingkai dan kemasan tertentu kepada khalayak, dan bagaimana partisipan politik melakukan pemaknaan dan konstruksi atas peristiwa untuk
disediakan kepada bublik. Khalayak sendiri juga akan melakukan proses dan pemaknaan yang berbeda atas suatu isuperistiwa.
Analisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame
merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita-kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata, atau kalimat tertentu ke dalam
teks secara keseluruhan Sobur, 2001 : 175.
2.6.1. Proses Framing
Framing didefinisikan sebagai proses suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju
pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Konsicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing di sini dilihat
sebagai proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, Kedua, konsepsi
sosiologis. pandangan ini lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya
untuk mengerti dirinya dan realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
Di sini ada dua konsepsi yang agak berlaianan mengenai framing. Di satu sisi dipahami sebagai struktur internal dalam alam pikiran seseorang, di sisi lain
framing dipahami sebagai perangkat yang melekat dalam wacana sosialpolitik. Pan dan Konsicki membuat suatu model yang mengintergrasikan secara bersama-
sama konsepsi psikologis yang melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi
bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Framing lalu dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkontruksi dan memproses
peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.
2.6.2. Perangkat Framing
Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain dapat juga menjadi alat bagi peneliti
untuk memahami bagaimana media mengemas peristiwa. Model Pan dan Kosicki ini berasumsi bahwa berita mempunyai frame yang
berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita seperti kutipan
sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks. Elemen yang menandakan pemahaman seseorang mempunyai bentuk yang
terstruktur dalam bentuk aturan atau konvensi penulisan sehingga dapat menjadi ”jendela” melalui mana makna yang tersirat dari berita menjadi terlihat. Perangkat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
apa yang menandakan suatu framing dari berita. Model Pan dan Kosicki secara struktural dapat diamati dari pemilihan kata atau simbol yang dibentuk melalui
aturan atau konvensi tertentu. Model ini berfungsi sebagai perangkat framing karena dapat dikenal dan dialami, dapat dikonseptualisasikan ke dalam elemen
yang konkrit dalam suatu wacana yang dapat disusun dan dimanipulasikan oleh pembuat berita, dan dapat dikomunikasikan dalam kesadaran komunikasi.
Perangkat framing model Pan dan Konsicki dibagi menjadi empat struktur besar; Pertama, struktur sintaksis; Kedua, struktur skrip; Ketiga, struktur tematik
dan Keempat, struktur retoris Sobur, 2006 : 175-176. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat
menunjukan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari bagaimana
wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idiom yang
dipilih. Ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memakai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca
bahwa berita yang dia tulis adalah benar. Pendekatan itu dapat digambar ke dalam bentuk skema sebagai berikut.
Kerangka Analisis Bingkai Model Pan dan Kosicki
STRUKTUR PERANGKAT
FRAMING UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS
1. Skema berita Headline
, lead latar informasi, kutipan, sumber
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pernyataan, penutup. Cara Wartawan menyusun
fakta
SKRIP 2. Kelangkapan berita
5 W dan 1 H Cara wartawan mengisahkan
fakta
TEMATIK 3. Detail
Paragraf, proposisi
Cara wartawan menulis fakta 4. Maksud kalimat,
hubungan 5. Nominalisasi antar
kalimat 6. Koherensi
7. Bentuk Kalimat 8. Kata ganti
RETORIS 9. Leksikon
Kata, Idiom, gambarfoto, grafik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Cara wartawan menekan fakta 10. Grafis 11. Metafora
12. Pengandaian
Tabel 2.2. Kerangka Anlisis Bingkai Model Pan dan Kosicki Sumber: Eriyanto, 2002 : 256
Sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun
peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil,
dan sebagainya. Intinya, mengamati bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita.
Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian
berita kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman
bagaimana fakta hendak disusun. Hampir semua teks mempunyai skema. Berita, laporan, pidato,
percakapan, pertemuan, artikel, dan banyak bentuk lainnya mempunyai aturan umum outline. Wacana umumnya diorganisasikan secara
abstrak melalui bentuk skematis menurut bagian atau aturan tertentu yang beraturan yang merangkai keseluruhan struktur bagian wacana ke
dalam bagan tertentu. Misalnya tipe umum dari skematik ini adalah pada teks berita lead, peristiwa utama, latar belakang, komentar, dan
sebagainya; pada teks pidato salam pembuka, pendahuluan, isi, kesimpulan, dan salam penutup. Skema disini adalah aturan baku
bagaimana suatu teks disusun dari awal sampai akhir. Teks umumnya disusun dalam suatu bentuk dimana hal yang penting ditempatkan pada
informasi pertama dan detail informasi disajikan sesudahnya Eriyanto, 2002 : 257.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramida terbalik yang dimulai dengan judul headline, lead, episode, latar, dan penutup. Dalam bentuk
piramida terbalik ini, bagian yang diatas ditampilkan lebih penting dibandingkan dengan bagian bawahnya. Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna
tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak ke mana berita tersebut akan dibawa. Seperti pada struktur wacana umum lainnya, struktur
sintaksis menandakan arti penting, relevansi dan kemenonjolan. Apakah informasi penting disajikan dalam headline, ditekankan pada kesimpulan, atau apakah
deskripsi peristiwa diuraikan dalam teks, menunjukkan posisi ideologis tertentu.
1 Headline Judul Berita
Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan tinggi yang menunjukkan berita. Pembaca cenderung lebih
mengingat headline yang dipakai daripada bagian berita. Headline mempunyai framing yang kuat Eriyanto, 2002: 257.
Judul berita pada dasarnya mempunyai fungsi, yaitu mengiklankan cerita atau berita, meringkaskan atau mengikhtisarkan cerita, dan memperbagus
halaman. Dalam judul berita tidak diizinkan mencantumkan sesuatu yang bersifat pendapat atau opini Sobur, 2006 : 77.
2 Lead Teras Berita
Lead yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita,
menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan Eriyanto, 2002 : 258. Para wartawan sering bersloroh mengemukakan bahwa menulis lead
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
katanya, sama dengan mencium seorang gadis. Jika kamu dapat sekali maka yang lainnya akan mudah Assegaff dalam Sobur, 2006 : 77. Dengan ungkapan ini si
wartawan ingin menunjukkan bahwa jika lead sudah di dapat, maka bagian- bagian lainnya akan mudah dituliskan. Lead adalah intisari berita yang
mempunyai 3 fungsi, yakni:
a Menjawab rumusan 5W + 1H who, what, when, where, why,dan how.
b Menekankan news feature of the story dengan menempatkan pada posisi awal, dan
c Memberikan identifikasi cepat tentang orang, tempat dan kejadian yang dibutuhkan bagi pemahaman cepat berita itu Sobur, 2006 : 77.
3 Latar Informasi
Ketika menulis berita biasanya dikemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menetukan ke arah mana pandangan khalayak
hendak dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, dimana komunikator dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak, bergantung pada kepentingan mereka
Sobur, 2002 : 79. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi
kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Karena itu latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa
Eriyanto, 2002 : 258.
4 Kutipan Sumber
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pengutipan sumber berita dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Ini juga
merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang
mempunyai otoritas tertentu. Pengutipan sumber menjadi perangkat framing atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang
dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Wartawan bisa jadi mempunyai pendapat tersendiri atas suatu peristiwa, pengutipan itu
digunakan hanya untuk memberi bobot atas pendapat yang dibuat bahwa pendapat itu tidak omong kosong, tetapi didukung oleh ahli yang berkompeten. Kedua,
menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang
dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang Eriyanto, 2002 : 259-260.
Skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas
peristiwa ke dalam bentuk berita. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha
menunjukan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya.
Kedua ,
berita umumnya mempunyai orientasi
menghubungkan teks yang ditulis dengan komunal pembaca. Menulis berita dapat disamakan, dalam taraf tertentu, dengan seorang yang menulis novel atau kisah
fiksi lain. Perbedaanya bukan terletak pada cara bercerita, melainkan fakta yang dihadapi. Seperti halnya novel, seorang wartawan berhadapan dengan tokoh,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
karakter, dan kejadian yang hendak diceritakan. Seperti halnya novelis, wartawan ingin khalayak pembaca tertarik dengan berita yang ditulis. Karenanya, peristiwa
diramu dengan mengaduk unsur emosi, menampilkan peristiwa tampak sebagai sebuah kisah dengan awal, adegan, klimaks, dan akhir.
Bentuk umum struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1 H who, what, when,
where, why, dan how . Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap
berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda
framing yang penting Eriyanto, 2002 : 260. ”Who” Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?;
”What” Peristiwa apa yang sedang terjadi?; ”When” Kapan peristiwa itu terjadi?;
”Where” Dimana peristiwa itu terjadi?; ”Why” Mengapa peristiwa itu terjadi?;
”How” Bagaimana kronologi peristiwa itu terjadi. Wartawan juga mempunyai cara agar berita yang ditulis menarik perhatian
pembaca melalui strategi cara bercerita tertentu-misalnya dengan memakai gaya bercerita yang dramatis, atau cara bercerita yang mengaduk emosi pembaca. Segi
cara bercerita ini dapat menjadi pertanda framing yang ingin ditampilkan. Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita: bagaimana
suatu peristiwa dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
didahulukan, dan mana yang kemudian sebagai penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir, agar terkesan kurang menonjol.
Tematik. Tematik
berhubungan dengan
bagaimana wartawan
mengungkapkan pandanganya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini
akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil. Bagi Pan dan Konsicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa
yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan-semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang
dibuat. Tema yang dihadirkan atau dinyatakan secara tidak langsung atau kutipan sumber dihadirkan untuk mendukung hipotesis. Pengujian hipotesis ini kita
gunakan untuk menyebut struktur tematik dari berita. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan.
Kalau struktur sintaksis berhubungan dengan pernyataan bagaimana fakta yang diambil oleh wartawan akan ditempatkan pada skema atau bagan berita, maka
struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam
teks berita secara keseluruhan. Dalam menulis berita, seorang wartawan mempunyai tema tertentu atas suatu
peristiwa. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini, antara lain:
1 Detail
Elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang komunikator. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, komunikator akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit bahkan kalau
perlu tidak disampaikan kalau hal itu merugikan kedudukannya. Detail berhubungan dengan apakah sisi informasi tertentu diuraikan secara panjang atau
tidak Sobur, 2006 : 79.
2 Maksud Kalimat
Elemen maksud melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit ataukah tidak. Umumnya, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan
secara eksplisit dan jelas, sebaliknya informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah kepada publik
hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator Sobur, 2006 : 79.
3 Nominalisasi antar Kalimat
Dengan melakukan nominalisasi, dapat memberi sugesti kepada khalayak adanya generalisasi. Hal ini berhubungan dengan pertanyaan apakah komunikator
memandang objek sebagai sesuatu yang tunggal berdiri sendiri, ataukah sebagai suatu kelompokkomunitas Sobur, 2006 : 81.
4 Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan dengan mengggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan
sekalpun dapat
menjadi berhubungan
ketika seseorang
menghubungkanya. Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibatsebab dari proposisi lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kedua , koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
proposisi atau kalimat langsung. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.
Proposisi mana yang dipakai dalam teks berita, secara mudah dapat dilihat dari kata hubung yang dipakai. Proposisi sebab-akibat umumnya ditandai dengan kata
hubung ”sebab” atau ”karena”. Koherensi penjelas ditandai dengan pemakaian kata hubung ”dan” atau ”lalu”. Sementara koherensi pembeda ditandai dengan
kata hubung ”dibandingkan” atau ”sedangkan”.
5 Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas kalau diterjemahkan ke dalam
bahasa menjadi susunan subjek yang menerangkan dan predikat yang diterangkan. Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata
bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang yang menjadi subjek dari
pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif, seseorang menjadi objek dari pernyataannya Sobur, 2006 : 81.
6 Kata Ganti
Kata ganti merupakan elemen untuk mamanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Pengulangan kata yang sama tanpa suatu
tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan Sobur,
2006 : 81-82.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti
tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung
tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca. Struktur retoris wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan
untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan
perangkat retoris
untuk membuat
citra, meningkatkan
kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukan
kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran. Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan, antara lain :
1 Leksikon
Leksikon adalah pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata
yang merujuk pada fakta. Kata ”meninggal” misalnya, mempunyai kata lain; mati, tewas, gugur, meninggal, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan
sebagainya. Di antara beberapa kata itu seseorang dapat memilih diantara pilihan yang tersedia. Dengan demikian, pilihan kata yang dipakai tidak semata-mata
hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap faktarealitas. Pemakaian kata-kata tersebut
seringkali diiringi dengan penggunaan label-label tertentu, misalnya ”terorisme” yang dilawankan dengan ”pembela kebenaran”. Kebalikanya, keburukan
mengenai diri sendiri ditempatkan secara halus, misalnya dengan menggunakan pilihan kata-kata eufemisme. Seperti pembunuhan yang dihaluskan menjadi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
”kecelakaan”. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-
beda Eriyanto, 2007 : 264-265.
2 Grafis
Dalam wacana berita, grafis biasanya mencul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lainnya. Pemakaian huruf cetak tebal, huruf
miring, huruf besar, pemakaian garis bawah, pemberian warna, foto, pemakaian caption
, raster, grafik, gambar, tabel, atau efek lain untuk mendukung arti penting suatu pesan Eriyanto, 2007 : 266.
Dalam penelitian di media televise, terdapat asumsi bahwa informasi yang dibingkai dalam pemberitaan di televisi tidak hanya terdiri dari unsur teks. Tetapi,
dalam informasi berita tersebut juga ada unsur simbol verbal yang berupa bunyi bahasa. Sehingga elemen grafis dalam berita di televisi, selain bisa dilihat dari
gambar berita, juga bisa dilihat dari bahasa tutur si pembawa berita atau sumber berita yang berupa intonasi.
3 Metafora
Di dalam suatu wacana seorang komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora, yang dimaksudkan sebagai
ornamen atau bumbu dari suatu teks. Tetapi, pemakaian metafora tertentu boleh jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti suatu teks. Metafora tertentu dipakai
oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenaran atas pendapat atau gagasan tertentu kepada bublik Sobur, 2006 : 64.
4 Pengandaian
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pengandaian adalah strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khalayak. Elemen pengandaian merupakan pernyataan yang digunakan
untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian hadir dengan memberi pernyataan yang dipandang terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan
Sobur, 2006 : 79.
2.7. Kerangka Berpikir