memperhatikan penampilan adalah seorang wanita karir yang bertemu banyak klien.
Pilar dalam KBBI yang berarti tiang penguat yang terbuat dari batu atau beton. Fungsi pilar bisa sebagai kolom yang menopang berat bangunan, bisa juga
berfungsi sebagai ornamen. Penggunaan pilar acap kali dikaitkan dengan kebudayaan Yunani dan Romawi. Ada baiknya bila kita melihat pada kejayaan
bangsa Yunani dan Romawi tempo dulu. Bangunan-bangunan yang digunakan sebagai kuil penyembahan kepada dewa-dewa mereka penuh dengan pilar. Setiap
sisi dikelilingi pilar, yang selain berfungsi sebagai struktur yang menopang bangunan, juga menjadi unsur keindahan. Hal tersebut sesuai dengan
penggambaran karikatur dengan konsep Dewi Keadilan Romawi, Justitia.
4.4 Makna Keseluruhan Pemaknaan Karikatur “ARTALYTA ‘AYIN’
SURYANI” dalam Model Triangle of Meaning Pierce
Dari seluruh pemaknaan terhadap tanda-tanda yang telah diuraikan di atas, akhirnya akan membentuk makna keseluruhan collective interpretant yang
diperoleh melalui kerjasama tiga unsur atau komponen utama yang bisa digunakan sebagai metode analisis, yaitu dengan tanda sign, obyek Object, dan
interpretan interpretant, atau yang dikenal sebagai triangle meaning. Sign pada karikatur ini adalah segala sesuatu yang ada dalam karikatur. Yaitu
seorang wanita yang mengenakan baju khas dewi Justitia, beberapa rol rambut menghiasi kepala, berjalan menuruni anak tangga di urutanh ketiga dengan posisi
sandal sebelah kiri terlepas. Tangan kiri memegang timbangan yang
penyeimbangnya terbuat dari hanger, dan di masing-masing sisi timbangan terdapat uang yang sebagian berterbangan dan palu milik hakim. Pada tangan
kanan memegang pedang bermata dua dengan posisi patah yang pada gagangnya terdapat sehelai kain yang terjuntai. Dibelakangnya terdapat dua buah pilar dan
langit berwarna orange yang berawan dan terdapat bayangan di kaki Justitia serta dibawah sandal.
Konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda merupakan pengertian dari objek. Objek dalam karikatur tersebut adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk melengkapi karikatur tersebut. Interpretan adalah saya sebagai peneliti dalam memaknai gambar karikatur
tersebut dan penilaian saya tentang karikatur ini tidak bersifat mutlak karena masing-masing individu punya pemikiran masing-masing dalam menangkap
makna yang didapat melalui tanda. Model segitiga makna ini mengupas bagaimana makna muncul dari sebuah
tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Berdasarkan obyeknya tanda tersebut dikategorikan menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ketiga
kategori tersebut tidaklah terpisah, melainkan saling terkait dan berhubungan. Satu tanda saja bisa merupakan kumpulan beberapa tanda.
Dalam proses memaknai suatu tanda, pembaca dipengaruhi oleh frame of reference, field of experience, kultural, sikap, bahkan emosinya. Terlebih lagi,
tanda dan lambang tersebut tidak muncul dalam suatu ruang hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu, sehingga situasi dan kondisi
yang dialami saat memaknai suatu tanda akan sangat mempengaruhi hasil penandaan seseorang sebagai pembaca.
Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” dalam cover majalah Tempo edisi Januari 2010 ini diwakili oleh tanda-tanda yang ada dalam gambar tersebut.
Tanda-tanda tersebut telah dijabarkan satu persatu agar diketahui maknanya, lalu dari makna tersebut dibangun makna yang mengarah pada permainan hukum yang
dilakukan oleh Artalyta. Secara nyata gambar wanita yang terdapat dalam karikatur tersebut adalah
seorang Artalyta Suryani atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ayin “sang ratu lobby” yang sedang mengenakan baju terusan berwarna putih khas Dewi Keadilan
Yunani, Justitia atau Justice. Penggunaan pakaian khas ini diikuti alat pelengkap sebagaimana Justitia yang memegang timbangan ditangan sebelah kiri dan pedang
ditangan sebelah kanan. Gambaran Justitia yang paling umum adalah timbangan yang menggantung
ditangan kiri, dimana ia mengukur pembelaan dan perlawanan dalam sebuah kasus. Dan kerapkali, ia digambarkan membawa pedang bermata dua yang
menyimbolkan kekuatan Pertimbangan dan Keadilan. Kemudian, ia juga digambarkan mengenakan tutup mata. Ini dimaksudkan untuk mengindikasikan
bahwa keadilan harus diberikan secara objektif tanpa pandang bulu, blind justice blind equality. Justitia adalah personifikasi dari dorongan moral yang bernaung
di bawah sistem hukum. Memegang pedang ditangan sebelah kanan dan timbangan ditangan kiri selain
cerminan dari dewi tersebut pedang yang terbuat dari baja tersebut sangat kuat
untuk mematahkan apapun yang dihempas olehnya. Selain itu dalam mengayunkan pedang tersebut dibutuhkan tenaga lebih untuk menopang beban,
dalam hal ini digunakan tangan sebelah kanan karena lebih sering digunakan untuk beraktivitas.
Timbangan yang digunakan dalam gambar tersebut adalah timbangan jenis mekanik, timbangan jenis mekanik adalah timbangan yang sering digunakan oleh
para pedagang dalam menimbang barang dalam satuan hitung yang akan ditransaksikan. Akan tetapi pada kenyataannya banyak pedagang yang curang
dengan mengakali timbangan agar mendapatkan keuntungan yang berlipat. dalam hal ini seharusnya konsumen mendapat perlindungan hukum. Dan pemerintah
harus melakukan tindakan tegas dengan menyeragamkan atau menera timbangan milik para pedagang. Langkah nyata tersebut telah dibuktikan oleh penera
metrology Dinas Perindutrian dan perdagangan Perindag provinsi Kepri, yang pada tanggal 5-8 Mei 2010 telah melakukan tera timbangan di kecamatan
Karimun. Hal ini dimaksudkan untuk menyeragamkan takaran timbangan milik pedagang. uji tera ini wajib diikuti oleh seluruh pedagang atau pemilik timbangan
yang ada di Karimun, hal ini sesuai dengan acuan UU Metrologi Legal no. 2 tahun 1981 pasal 32 ayat 1 yang isinya, “Barang siapa yang mengunakan alat-alat ukur,
takar, timbang atau pelaralatan yang dapat mempengaruhi panjang, isi, dan berat maka belum diberi stempel oleh pegawai yang berhhak maka bisa dikenai penjara
selama-lamanya 1 tahun denda setinggi-tingginya Rp1 juta”. Adanya kegiatan ini, bertujuan untuk tertib alat ukur disegala bidang. Sehingga nantinya tidak ada lagi
konsumen yang dirugikan saat berbelanja menggunakan timbangan milik pedagang www.batampost.com.
Artalyta adalah seorang pengusaha Indonesia yang dikenal karena keterlibatannya dalam kasus penyuapan jaksa, kasus BLBI Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia. Artalyta dinyatakan bersalah oleh pengadilan tindak pidana korupsi dan dijatuhi vonis 5 tahun penjara pada tanggal 29 Juli 2008 atas
penyuapan ketua tim jaksa penyelidik kasus BLBI Urip Tri Gunawan senilai 660.000 dolar AS. Kasus ini mendapat banyak perhatian karena melibatkan
pejabat-pejabat dari kantor kejaksaan agung, dan menyebabkan atau dipecatnya pejabat-pejabat Negara. Kasus ini juga melibatkan penyadapan yang dilakukan
oleh KPK Komisi Pemberantasan Korupsi, dan hasil penyadapan tersebut diputar di stasiun-stasiun televisi nasional Indonesia.
Setelah pemberitaan Artalyta tentang kasus penyuapan terhadap jaksa Urip Tri Gunawan perlahan-lahan mulai hilang. Masyarakat kembali dikejutkan oleh
pemberitaan Artalyta, pada minggu, 10 Januari 2010. Pemberitaan heboh tersebut adalah tentang istana di dalam penjara. Terungkapnya kasus ini adalah
saat satuan tugas pemberantasan mafia hukum menggelar inspeksi mendadak sidak pada malam hari di rumah tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Satgas Tugas Pemberantasan Korupsi dibentuk berdasarkan keputusan presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 Desember 2009,
untuk memberantas praktik mafia hukum di tubuh lembaga penegak hukum. Satgas ini akan bekerja selama dua tahun dan bertanggungjawab langsung
kepada presiden.
Satgas tersebut dipimpin oleh ketua unit kerja presiden untuk pengawasan dan pengendalian pembangunan, Kuntoro Mangkusubroto. Dalam memberantas
mafia hukum Kuntoro dibantu empat anggota yakni Darmono Kejaksaan Agung, Herman Effendi Kepolisian, Yunus Husein Ketua PPATK dan Mas
Achmad Santosa profesional. Denny sendiri didaulat menjadi sekretaris tim ini. Pembentukan tim berantas mafia hukum ini bermula ketika dua pimpinan
KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah terjerat kasus dugaan penerimaan suap. Istilah makelar kasus di lembaga hukum kian mengemuka
lantaran Mahkamah Konstitusi memperdengarkan rekaman skenario kriminalisasi pimpinan KPK. Pemberantasan mafia hukum ini di sertakan
sebagai program prioritas 100 hari pertama di kabinet Indonesia Bersatu II.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil interpretasi dan penjelasan peneliti dalam pemaknaan karikatur “ARTALYTA ‘AYIN’ SURYANI” pada rubrik opini majalah Tempo edisi
Januari 2010, maka terlihat sistem tanda yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol yang merupakan korpus dalam penelitian ini.
Menurut sudut pandang peneliti yang menjadi ikon dalam karikatur “ARTALYTA ‘AYIN’ SURYANI” pada rubrik opini majalah Tempo edisi
Januari 2010 ini ditujukan dengan gambar seorang wanita yang mengenakan baju, rol rambut, dan sandal yang sedang memegang pedang ditangan kanan dan
memegang timbangan ditangan kiri, berjalan melewati tangga, yang dibelakangnya terdapat dua buah pilar.
Yang menjadi indeks dalam penelitian ini adalah timbangan tidak imbang, memegang pedang patah, menuruni tangga, sandal lepas, uang terbang, baju
berkibar, kain putih terjuntai dipedang, langit berwarna orange yang berawan, rambut yang rol, dan wajah yang tersenyum. Sesuai dengan pengertian indeks itu
sendiri, bahwa tanda yang hadir akibat adanya hubungan dengan ciri acuannya yang bersifat kausal atau tanda yang secara alamiah mempresentasikan objek
lainnya yang muncul berdasarka sebab akibat. Sedangkan untuk simbol adalah palu, uang, pedang, sandal, pilar, hanger,
baju, tangga, timbangan, dan rambut. Dikarenakan simbol pada dasarnya