Ikon Analisis Pemaknaan Karikatur “ARTALYTA ’AYIN’ SURYANI“

4.3.1 Ikon

Penggunaan karikatur seorang wanita dalam cover majalah Tempo tersebut adalah untuk menarik perhatian konsumen agar konsumen tertarik untuk membeli majalah tersebut. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Ikon dalam korpus ini adalah gambar seorang wanita yang mengenakan baju, rol rambut, dan sandal yang sedang memegang pedang ditangan kanan dan memegang timbangan ditangan kiri, berjalan melewati tangga, yang dibelakangnya terdapat dua buah pilar. Gambar tersebut disebut sebagai ikon karena gambar-gambar tersebut merupakan tanda yang serupa dengan benda atau realitas yang ditandai atau merupakan representasi korpus yang diteliti. Wanita yang sedang membawa pedang dan timbangan dalam gambar tersebut adalah Artalyta Suryani. Dapat dikatakan Artalyta Suryani karena wajah yang digambarkan mirip dengan sosok Artalyta Suryani, yaitu berperawakan sedang khas ibu-ibu dan menggunakan make up, merupakan ciri khas darinya. Selain itu, dalam Majalah Tempo edisi Januari 2010, gambar ini terletak pada bagian Opini dan sama persis dengan gambar wajah pada cover depan Majalah Tempo edisi Januari 2010. Mengapa digunakan gambar karikatur Artalyta? karena pada bulan Januari 2010, Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum pada Minggu, 10 Januari 2010 menggelar inspeksi mendadak sidak di rumah tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Dan Artalyta terbukti melanggar aturan yang berlaku dengan menggunakan fasilitas yang seharusnya tidak boleh digunakan di dalam rutan Pondok Bambu oleh seseorang dengan status tahanan. Baju yang dikenakan oleh wanita tersebut merupakan tanda yang menguatkan bahwa wanita yang membawa pedang dan timbangan itu adalah gambaran seorang wanita yang sedang mempermainkan hukum. Mengapa? Karena baju tersebut adalah baju khas yang digunakan oleh seorang Dewi Keadilan di Romawi atau yang bisa juga disebut sebagai Justitia. Justitia adalah personifikasi dari dorongan moral yang bernaung di bawah sistem hukum. Sejak era Renaissance, Justitia telah kerapkali digambarkan sebagai wanita yang membawa sebuah pedang dan timbangan, serta mengenakan tutup mata. Pedang dalam karikatur ini seperti ingin mengisyaratkan bahwa pemiliknya memiliki kekuatan seperti senjata yang ia bawa. Di beberapa kebudayaan jika dibandingkan senjata lainnya, pedang biasanya memiliki prestise lebih atau paling tinggi. Penggunaan pedang ditangan sebelah kanan pada gambar dapat diartikan bahwa ia memiliki kekuatan dalam menghadapi rintangan selain itu tangan kanan lebih memiliki tenaga lebih kuat untuk mengayun pedang yang terbuat dari logam berat, karena tangan kanan lebih sering digunakan oleh orang mayoritas orang untuk beraktifitas. Timbangan ditangan sebelah kiri pada gambar menandakan bahwa tangan kiri memiliki kamampuan untuk menopang beban yang lebih ringan karena jarang digunakan untuk beraktifitas atau hanya sebagai penyeimbang membantu meringankan aktifitas tangan sebelah kanan. Posisi timbangan sedikit lebih tinggi daripada bahu. Personifikasi dari timbangan adalah keadilan. Dan keadilan memang harus diangkat derajatnya setinggi mungkin di atas segala-galanya. Gambaran Justitia yang paling umum adalah timbangan yang menggantung dari tangan kiri hal ini sesuai dengan karikatur tersebut. Dimana ia mengukur pembelaan dan perlawanan dalam sebuah kasus. Dan kerapkali, ia digambarkan membawa pedang bermata dua yang menyimbolkan kekuatan pertimbangan dan keadilan. Kemudian, ia juga digambarkan mengenakan tutup mata. Ini dimaksudkan untuk mengindikasikan bahwa keadilan harus diberikan secara objektif tanpa pandang bulu, blind justice blind equality. Representasi permainan hukum dalam ikon gambar Artalyta ini terlihat dari Artalyta yang sedang membawa pedang dan timbangan, dengan mengenakan baju tersebut dapat digambarkan sebagai wanita yang ingin membuktikan diri bahwa ia mampu mempermainkan hukum hal ini semakin dikuatkan oleh patahnya pedang yang ia bawa, dimana pedang bermata dua dapat disimpulkan sebagai kekuatan pertimbangan. Dan isi dari masing-masing sisi timbangan yang berupa palu dan beberapa lembar uang kertas dalam pecahan dollar. Wanita ini digambarkan sedang mengenakan beberapa rol yang menghiasi kepala yang juga merupakan ikon dari karikatur, hal ini mencerminkan bahwa wanita tersebut memang sangat memperhatikan penampilan sekecil apapun itu. Hal ini sangat jomplang dengan kondisi wanita tersebut yang sedang berada didalam penjara. Fungsi rol rambut sendiri adalah alat untuk merubah gaya rambut dalam waktu sementara, agar rambut tersebut terlihat lebih rapi. Dalam gambar tersebut Artalyta mengenakan alas kaki dalam gambar tersebut adalah sandal. Fungsi sandal adalah untuk untuk melindungi bagian telapak kaki agar telapak kaki tidak menjadi kasar. Jika telapak kaki kasar akan menyebabkan pengelupasan dan gatal pada kulit kaki, hal tersebut disebabkan adanya infeksi bakteri. Makna konotatif dari sandal ini adalah letak sandal adalah dibawah yaitu terinjak oleh kaki, dapat digambarkan sebagai penggambaran Artalyta yang sedang mempermainkan hukum merupakan perbuatan yang hina. Dan perbuatan yang hina biasanya lebih pantas untuk diinjak-injak oleh kaki. Perbuatan yang dilakukan oleh Artalyta tersebut dapat menjadi contoh untuk masyarakat, disinilah kontrol sosial berkerja. Mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Mana perbuatan yang mestinya masyarakat lakukan dan mana yang tidak seharusnya dilakukan. Ikon yang lain adalah saat ia berjalan menuruni tangga. Tangga adalah alat penghubung antara lantai yang satu dengan lantai yang lainnya. Entah tangga yang ada di lantai atasnya ataupun lantai bawahnya. Bangunan di Indonesia sendiri pada umumnya lebih banyak memiliki tingkat ke atas daripada kebawah. Karena pada umunya orang memiliki ketakutan saat musim penghujan tiba, air hujan saat musim penghujan terkadang memiliki volume yang besar, volume yang besar ini akan menjadi musibah jika tidak ditunjang dengan drainase yang mencukupi. Kebanyakan kota-kota di Indonesia sangat minim drainase. Salah satu contoh yang palin kentara adalah Jakarta. Jakarta sebagai ibukota Indonesia saja masih memiliki masalah besar dengan banjir. Karena menuruni tangga erat kaitannya dengan menuju ke lantai utama. menuruni tangga dapat diartikan dengan memiliki tujuan yang akan dicapai atau telah menyelesaikan sesuatu. Dalam hal ini Artalyta memiliki tujuan untuk hidup selayaknya orang normal yang tanpa batasan. Dengan caranya mempermainkan hukum yang seharusnya menaungi wanita tersebut. Sementara itu, mata Artalyta digambarkan sedang melihat ke arah depan, yaitu terlihat dari pandangan mata yang lurus ke depan. Penggambaran mata tersebut dikonotasikan bahwa Artalyta tetap dapat mengikuti perkembangan dunia luar dengan mudah, dengan menggunakan laptop dan mengaktifkan koneksi Internet. Selain itu ia juga masih bisa mengawasi kinerja karyawan yang berjumlah 8000-an orang. Tanpa canggung jika ada inspeksi mendadak dari pihak luar. Satuan tugas lebih sering berkutat dengan lingkungan ranah hukum yang tercerminkan lewat dua buah pilar. Pilar tersebut sedikit menggambarkan bahwa background karikatur tersebut berada di lingkungan ranah hukum, dimana kebanyakan bangunan yang menggunakan pilar di Indonesia adalah badan peradilan yang bergerak dibidang hukum.

4.3.2 Indeks

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 ).

1 1 92

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 ).

0 3 91

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 ).

0 1 95

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

2 4 79

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO YANG BERJUDUL “BAHASYIM SALABIM” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 31 Januari – 6 Februari 2011 )

0 0 16

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

0 2 23

KATA PENGANTAR - Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI

0 0 17

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 )

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 )

0 0 24