e. Memperhatikan semesta pembicaraan
Menggunakan matematikamemerlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-
simbol diartikan bilangan.Bila lingkup pembicaraanya transformasi, maka simbol-simbol itu diartikan transformasi.Lingkup pembicaraan itulah yang
disebut semesta pembicaraan.Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta
pembicaraannya. f.
Konsisten dalam sistemnya. Dalam masing-masing sistem dan strukturnya berlaku ketaat azasan
atau konsistensi.Hal ini juga dikatakan bahwa setiap sistem dan strukturnya tersebut tidak boleh kontradiksi.Suatu teorema ataupun definisi harus
menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan terbih dahulu.
3. Karakteristik Pembelajaran Matematika di Sekolah
Seperti diketahui bahwa objek pembelajaran matematika adalah abstrak. Menurut teori Piaget, siswa SLTP dan SLTA sudah berada dalam
tahap operasi formal, namun tidak ada salahnya kalau masih diperlukan, untuk memperjelas konsep yang diajarkan, guru menggunakan alat peraga,
ataupun hal-hal yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari, karena sebaran umur untuk setiap tahap perkembangan mental dari Piaget itu hanyalah
perkiraan saja. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa lepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan
intelektual siswa yang kita ajar.Sehingga kita perlu memperhatikan
beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika di sekolah. Yaitu:
44
a. Pembelajaran matematika adalah berjenjang bertahap Bahan kajian matematika dimulai dari hal-hal yang konkrit
dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal sederhana ke hal yang kompleks.Atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep yang
sukar. b. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Dalam setiap memperkenalkan konsep yang baru, perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa
sebelumnya.Konsep yang baru selalu dikaitkan dengan konsep yang telah dipelajari, sekaligus untuk mengingatkan kembali. Pengulangan konsep
dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika. Metode spiral bukanlah hanya
mengajarkan konsep hanya dengan pengulangan atau perluasan saja, tetapi harus ada peningkatan. Spiralnya harus spiral naik bukan spiral turun.
c. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif Matematika adalah ilmu deduktif yang tersusun secara deduktif
aksiomatik. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar.Misalnya sesuai dengan
perkembangan siswa di SLTA, maka dalam pembelajaran matematika hampir seluruhnya menggunakan pendekatan deduktif.Pemahaman konsep-
konsep matematika melalui contoh-contoh tentang sifat-sifat yang sama
44
H. Erman Suherman, dkk. Common teks book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
yang dimiliki dan yang tidak dimiliki oleh konsep-konsep tersebut merupakan tuntutan pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan teori
belajar yang disampaikan oleh Jerome S. Bruner dengan dalil pengkontrasan dan keanekaragamannya.
d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan
kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya.Suatupernyataan dianggap benar bila
didasarkan atas pernyataaan-pernyataan tedahulu yang telah diterima kebenarannya.Dalam pembelajaran di sekolah, meskipun ditempuh dengan
pola indiktif, tetapi tetap bahwa generalisasi suatu konsep haruslah bersifat deduktif.Kebenaran konsistensi tersebut mempunyai nilai didik yang sangat
tinggi dan amat penting untuk pembinaan sumber daya manusia dalam kehidupan sehari-hari.
D. Kajian tentang Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman