3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Penentuan Kadar Air pada minyak inti sawit SNI 01-2891-1992
Pada awal tahap analisis cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Didinginkan cawan dalam desikator. Diambil cawan kering dengan penjepit kemudian
ditimbang cawan kering yang sudah didinginkan. Ditimbang 1-2 g contoh pada cawan tersebut lalu dikeringkan pada oven suhu 105
˚ C selama 3 jam. Dinginkan dalam
desikator. Dilakukan penimbangan dan diulangi penimbangan hingga diperoleh bobot tetapkonstan
≤0,0005 g.
Kadar air =[W-W1-W2W1-W2] x 100 dimana:
W = berat contoh sebelum dikeringkan g
W1 = berat cawan kosong dan contoh kering yang sudah
konstan beratnya g W2
= berat cawan kosong
3.3.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas ALB pada minyak inti sawit
Untuk pengukuran kadar ALB dilakukan dengan metode titrimetri. 5 gram minyak inti sawit dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 10 ml alkohol 96.
Ditutup Erlenmeyer dengan plastik dan diikat dengan karet lalu dipanaskan hingga mendidih. Ditambahkan 3 tetes indikator phenolftalein lalu dititrasi dengan larutan
KOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah lembayung. Dicatat volume KOH yang terpakai. Perhitungan ALB :
= V. N. BM x 100 Di mana : V = Volume KOH 0,1N
G.1000 N = Normalitas KOH 0,1N
Universitas Sumatera Utara
BM =Berat molekul asam lemak bebas asam laurat
G = berat sampel minyak inti sawit gram
3.3.3. Gliserolisis Minyak Inti sawit
Dihilangkan kadar air dari minyak inti sawit dengan cara dioven selama 1 jam dengan suhu 105
˚C untuk menghilangkan kadar air. Kemudian dimasukkan 6,75 gr minyak inti sawit yang telah bebas air ke dalam gelas Erlenmeyer lalu ditambahkan 3,24 gr
gliserol. Selanjutnya ditambahkan enzim lipase Candida rugosa sebanyak 0,49 gr. Kemudian dimasukkan etanol 20 ml dan ditambahkan aquadest sebanyak 0,4 ml lalu
dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 37 ˚C dengan kecepatan 350 rpm
selama 24 jam. Setelah itu dirotarievaporator untuk memisahkan gliserolat dengan pelarut. Dengan menggunakan perlakuan yang sama dilakukan gliserolisis
menggunakan pelarut 1-propanol, 2-propanol, n-heptana dan isooktana.
3.3.4. Analisa Gliserida dengan Kromatografi Lapis Tipis KLT
Sebanyak ± 0,05 gr gliserolat dilarutkan dalam 1 ml kloroform, kemudian 1µl larutan diaplikasikan pada plat KLT dalam bentuk spot bulatditotolkan dengan jarak antar
spot 2 cm. Plat KLT kemudian dielusi menggunakan campuran pelarut n-heksan : dietil eter : asam asetat glasial 80 : 20 : 2 vvv yang telah dijenuhkan dengan
chamber glass. Setelah elusi mencapai tanda batas atas, plat dikeluarkan dari chamber
Universitas Sumatera Utara
kemudian didiamkan beberapa menit sampai uap dari pelarut hilang. Identifikasi kemudian dilakukan dengan menyemprotkan fluorecense dan dianalisis dibawah
lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm. Spot-spot yang terbentuk kemudian diberi tanda dengan menggunakan pensil untuk memperjelas area fraksi-fraksi yang
telah terpisah. Pengukuran kadar MG dilakukan secara semi kuantitatif dengan membandingkan luas
area fraksi MG dengan total fraksi yang terbentuk dari pengelusian hasil gliserolisis tersebut. Caranya adalah dengan menggambar ulang spot yang terbentuk tadi di atas
kertas kalkir, kemudian kertas-kertas ini digunting sesuai dengan spot tersebut, sehingga masing-masing guntingan ini bisa ditimbang.
Hasil timbangan menunjukkan kadar masing-masing fraksi. Perhitungan kadar masing-masing fraksi itu adalah sebagai berikut:
Kadar MG =Bobot kertas fraksi MG gr Bobot total fraksi gr
x 100
Kadar DG =Bobot kertas fraksi DG gr Bobot total fraksi
x 100
Kadar TG =Bobot kertas fraksi TG gr Bobot total fraksi
x 100
3.3.5. Analisa Gliserida dengan Kromatografi Gas