52
menggunakan alat peraga yang sesuai untuk proses pembelajaran. Sehingga dalam proses
belajar mengajar guru sudah dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.
Hal ini tentu saja dapat meningkat minat belajar siswa. Dengan jumlah siswa 133 orang, maka
perbandingan guru dan siswa adalah 1 : 13 bisa dikatakan bahwa SD Negeri Margolelo tidak
kekurangan guru.
4.1.2 Faktor Internal dan Eksternal
Dari hasil FGD tentang permasalahan menurunnya hasil Ujian Sekolah di SD Negeri
Margolelo diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap menurunnya mutu sekolah
dikategorikan pada 4 faktor, yaitu faktor sumber daya manusia, faktor sarana prasarana, faktor
metode pembelajaran dan faktor materialsumber belajar. Faktor internal yang merupakan faktor
yang berkaitan dengan diri siswa sendiri terletak pada faktor sumber daya manusia, yaitu minat
belajar siswa rendah. Sedangkan faktor eksternal yang merupakan faktor yang ada di luar diri siswa
itu sendiri, yaitu lingkungan belajar siswa terletak pada faktor sumber daya manusia, sarana
prasarana, metode
pembelajaran dan
materialsumber belajar. Faktor penyebab paling dominan adalah terletak pada faktor sarana
prasarana yang merupakan faktor eksternal. Setelah mengetahui faktor internal dan eksternal
yang menyebabkan menurunnya mutu Sekolah di
53
SD Negeri Margolelo maka dapat disusun diagram
Fishbone, seperti pada Gambar 4.1 Diagram
Fishbone Menurunnya Mutu Sekolah. Cause
Effect
Gambar 4.1 Diagram Fishbone Menurunnya Mutu Sekolah
Menurunnya Mutu Sekolah
Materi pelajaran sulit
Material
Man MachineTools
Metode
Alat peraga banyak yang rusak
Guru kurang terampil
menggunakan alat peraga
Metode yang digunakan monoton
Guru kurang
menguasa i TIK
Alat peraga kurang
Minat belajar
siswa rendah
Kondisi sekolah dan ruang kelas kurang
memadai
Wali murid hanya menggantungkan
kemajuan prestasi siswa kepada pihak
sekolah Pembagian
tugas guru tidak merata
Pemanfaatan alat peraga
belum maksimal
Buku referensi dan pengayaan
kurang dimanfaatkan
Ruang perpustakaan
kurang memadai Pelaksanaan
metode mengajar kurang
menarik
Fasilitas perpustakaan
belum dimanfaatkan
maksimal Materi belum
tuntas diajarkan
54
Berdasarkan gambar 4.1 Diagram Fishbone Menurunnya mutu sekolah di atas dapat dijelaskan
bahwa menurunnya Mutu Sekolah disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah
yaitu sumber daya manusia, tool sarana prasarana,
metode pembelajaran
dan materialsumber belajar.
Penyebab masalah pada faktor sumber daya manusia adalah pembagian tugas guru yang tidak
merata, Guru kurang terampil menggunakan alat peraga,
guru kurang
menguasai Teknologi
Informasi dan Komunikasi TIK, minat belajar siswa rendah dan ketergantungan wali murid
mengenai kemajuan prestasi siswa hanya kepada sekolah. Sedangkan penyebab masalah pada faktor
sarana prasarana adalah kondisi sekolah dan ruang kelas yang kurang memadai, alat peraga
kurang, alat
peraga banyak
yang rusak,
pemanfaatan alat peraga belum maksimal, fasilitas perpustakaan
belum dimanfaatkan
secara maksimal, kondisi ruang perpustakaan kurang
memadai, buku referensi dan buku pengayaan kurang dimanfaatkan, buku ajar siswa kurang.
Penyebab masalah
pada faktor
metode pembelajaran
adalah metode
yang sering
digunakan dalam guru mengajar monoton, yaitu ceramah, pelaksanaan metode mengajar kurang
menarik. Penyebab
masalah pada
faktor materialsumber belajar adalah materi pelajaran
dianggap sulit oleh siswa dan materi belum tuntas diajarkan.
55
SD Negeri Margolelo memiliki 1 kepala sekolah yang merangkap sebagai guru mapel
penjasorkes, 6 guru kelas, 1 guru mata pelajaran penjasorkes dan 2 orang guru mapel Pendidikan
agama Islam. Tidak adanya staf tata usaha mengakibatkan
tugas-tugas adminitrasi
baik adminitrasi pribadi guru dan adminitrasi sekolah
dikerjakan oleh guru. Sehingga selain sebagai seorang pendidik, guru juga mendapat tugas
sampiran yang lainnya yang berhubungan dengan adminitrasi. Dengan alasan guru kurang mampu
dalam hal ini, mengakibatkan pembagian tugas guru tidak merata karena hanya dibebankan
kepada guru yang dianggap mampu saja. Hal ini terkadang membuat guru yang mendapat beban
tugas lebih banyak, tidak fokus dalam mengajar karena dibebani pekerjaan administratif.
Dengan latar belakang sebagian besar guru sudah berkualifikasi sarjana seharusnya guru
sudah memiliki kompetensi dalam menggunakan alat peraga. Tetapi pada kenyataan sebagian besar
guru belum bisa terampil menggunakan alat peraga. Hal ini disebabkan ketika mendapatkan
alat peraga tidak disertai dengan pelatihan cara menggunakan alat peraga tersebut. Sehingga tidak
adanya pelatihan
ini mengakibatakan
ketidaktahuan guru dalam menggunakan alat peraga. Hal ini tentu berdampak pada proses
pembelajaran karena kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga menjadikannya
proses pembelajaran kurang menarik.
56
Guru SD Negeri Margolelo sebagian besar kurang menguasai TIK. Kurangnya penguasaan TIK
disebabkan karena keengganan guru untuk belajar TIK. Faktor usia dan kesibukan menjadikan alasan
guru enggan belajar TIK. Sedangkan, guru yang sudah menguasai TIK lebih banyak disibukkan
dengan tugas
–tugas adminitrasi, misalnya Dapodik, Iventaris barang, Padamu Negeri, dan
pembuatan surat menyurat. Sehingga kemampuan TIK sangat jarang digunakan untuk proses
pembelajaran. Minat belajar SD Negeri Margolelo juga
rendah. Ini
disebabkan tidak
menariknya pembelajaran di kelas. Sehingga mereka tidak
fokus dalam mengikuti proses pembelajaran dan cenderung ngobrol sendiri atau bermain dengan
temannya. Selain itu jarak rumah ke sekolah juga cukup jauh. Karena tidak adanya kendaraan
umum, sehingga kebanyakan siswa berjalan kaki untuk tiba ke sekolah. Sedangkan yang lain ada
yang diantar orang tua menggunakan sepeda motor. Hal ini membuat kebanyakan siswa tiba di
sekolah menjadi capek, dan mengalami rasa lapar karena
tidak sempat
sarapan. Untuk
meningkatkan minat
belajar diperlukan
kemandirian belajar dari anak tersebut. Hal ini dapat ditempuh dengan memberikan motivasi dan
pengertian tentang pentingnya belajar melalui video motivasi belajar.
Wali murid
hanya menggatungkan
kemajuan prestasi siswa kepada pihak sekolah.
57
Sebagian besar wali murid SD Negeri Margolelo berprofesi
sebagai petani
dan rata-rata
berpendidikan SD. Sehingga wali murid kurang mengawasi belajar siswa ketika berada di rumah
dengan alasan
kesibukan pekerjaannya.
Sedangkan sebagian lagi wali murid merantau ke Kalimantan.
Sehingga pengawasan
terhadap anaknya ketika berada di rumah diserahkan
kepada kakek, nenek atau saudaranya. Hal ini mengakibatkan pengawasan untuk belajar kurang
maksimal. Wali
murid mengalami
kesulitan membimbing belajar siswa karena kurangnya
pengetahuan dan pendidikan yang rendah. Faktor sarana prasarana menjadi penyebab
paling dominan karena terdapat masalah yang sering muncul yaitu alat peraga belum lengkap,
alat peraga yang ada kurang dirawat sehingga banyak yang rusak, alat peraga yang ada belum
maksimal digunakan, fasilitas perpustakaan belum dimanfaatkan secara maksimal, Kondisi ruang
perpustakaan kurang memadai dan buku referensi dan buku pengayaan sudah tersedia namun belum
banyak dimanfaatkan dan buku ajar siswa yang kurang
. Kondisi sekolah SD Negeri margolelo kurang
memadai. Hal ini karena ruang laboratorium dan gudang tidak ada. Sehingga penyimpanan alat
peraga atau alat-alat yang lain di perpustakaan. Kantin sekolah juga belum ada. Sehingga siswa
banyak yang jajan makanan di sekitar lingkungan sekolah.
Beraneka ragam
jajanan tanpa
58
memperhatikan ketentuan
kesehatan di
lingkungan sekolah ini dapat menimbulkan siswa sakit
perut. Halaman
SD Negeri
Margolelo berukuran 16 x 8 m. Jadi dengan luas 128 m
2
bisa dikatakan bahwa halaman kurang luas untuk
kegiatan siswa
yang berjumlah
133 anak.
Terbatasnya luas ini mengakibatkan kegiatan senam pagi tidak bisa dilaksanakan serempak dari
kelas1 sampai kelas 6. SD Negeri Margolelo masih kekurangan alat
peraga. Dalam setiap kompetensi dasar dalam pembelajaran belum tentu ada alat peraga yang
tersedia. Padahal
guru belum
mempunyai kemampuan untuk membuat alat peraga sendiri.
Hal ini mengakibatkan dalam proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah saja, tanpa
menggunakan alat peraga. Selain itu, alat peraga yang sudah ada banyak yang sudah rusak. Hal ini
disebabkan kurangnya
perawatan dan
tidak adanya tempat penyimpanan yang memadai.
Sekolah ini juga mempunyai beberapa alat peraga yang berasal dari Dana Alokasi Khusus DAK
tahun 2007. Namun pemanfaatan belum maksimal digunakan dan hanya disimpan saja.
Perpustakaan SD Negeri Margolelo dibangun pada tahun 2011 dengan dana dari swadaya
komite sekolah
dan wali
murid. Ruang
perpustakaan yang berukuran 5 x 4 m ini tentu saja
masih jauh
dari standar
bangunan perpustakaan. Ruangan ini digunakan untuk
menyimpan buku, alat peraga dan alat –alat yang
59
lain membuat ruangan ini tidak nyaman jika sedang digunakan untuk tempat membaca bagi
para siswa SD Negeri Margolelo. Di dalam ruang perpustakaan belum menyediakan ruang baca yang
representatif untuk banyak siswa. Penataan buku belum sesuai klasifikasi buku dan kurang rapi
dalam penataannya. Selain itu tidak adanya petugas khusus perpustakaan yang melayani siswa
yang ingin membutuhkan buku bacaan. Dengan kondisi
seperti ini
menyebabkan failitas
perpustakaan tidak maksimal dimanfaatkan. SD Negeri Margolelo memiliki buku referensi
dan pengayaan yang berasal dari Dana Alokasi Khusus tahun 2007. Namun buku-buku tersebut
belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini karena minat baca siswa yang rendah. Terbatasnya
tenaga yang merawat buku, juga mengakibatkan buku ini belum diklasifikasi dan diadminitrasi
dengan baik sehingga oleh pihak sekolah buku ini masih disimpan di dalam kardus dan belum bisa
dimanfaatkan oleh siswa secara maksimal untuk medukung proses pembelajaran.
Buku ajar siswa untuk siswa SD Negeri Margolelo
masih kurang,
yaitu belum
bisa memenuhi rasio 1 buku : 1 siswa. Setelah
diadakan sensus iventaris barang termasuk buku, disetiap tahunnya terdapat buku ajar siswa yang
mengalami kerusakan atau hilang. Tentu saja kondisi ini memprihatinkan karena ada siswa yang
tidak dapat menikmati fasilitas buku ajar.
60
Metode pembelajaran yang digunakan di SD Negeri
Margolelo masih
monoton. Hal
ini disebabkan keterbatasan kemampuan guru dalam
menggunakan metode
yang tepat
dalam pembelajaran.
Kurangnya kemampuan
guru berdampak juga guru kurang memperhatikan
kondisi siswa
dalam menerapkan
metode pembelajaran di dalam kelas.
Metode mengajar yang dilakukan guru kurang menarik. Hal ini disebabkan kurang
kreatifnya guru dalam menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran. Kreativitas guru perlu
dilatih, sehingga metode yang digunakan guru nantinya dapat menciptakan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan. Materi pembelajaran dianggap sulit oleh
siswa. Karena siswa hanya mendapatkan materi dari pihak sekolah. Sedangkan di rumah hanya
dihabiskan untuk bermain saja. Selain itu, kurangnya pengawasan dari pihak keluarga dalam
hal pendidikan mengakibatkan siswa melakukan hal-hal yang dianggap mereka menyenangkan
daripada belajar. Materi belum tuntas diajarkan kepada
semua siswa. Ini dikarenakan kemampuan siswa yang
bervariasi mengakibatkan
penyampaian materi kepada sebagian siswa belum tuntas.
Dengan materi pelajaran yang cukup banyak, sedangkan ada sebagian siswa yang belum tuntas,
tentu saja menjadikan pilihan bagi guru apakah akan melakukan remedial ataupun meneruskan
61
materi karena keterbatasan waktu. Mengingat keterbatasan waktu ini, maka keputusan guru
adalah meneruskan materi pelajaran sesuai dengan promes dan RPP. Dengan tetap melanjutkan materi
tentu saja ada konsekwensi yang ditimbulkan yaitu ada materi bagi beberapa siswa yang belum tuntas.
Walaupun faktor sarana prasarana menjadi faktor dominan, namun faktor sumber daya
manusia memiliki keterkaitan dalam pengelolaan sarana prasarana yang menyebabkan menurunnya
hasil ujian sekolah. Apabila faktor sumber daya manusia yaitu guru memiliki kemampuan dalam
menggunakan, membuat dan merawat alat peraga dengan baik maka permasalahan tentang alat
peraga dapat teratasi. Sehingga penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran dapat maksimal
dan mencapai tujuan pendidikan. Pengaturan petugas perpustakaan secara bergiliran yang terdiri
dari guru dan siswa, akan membantu dalam pemanfaatan
perpustakaan yang
maksimal. Petugas perpustakaan yang dibentuk oleh kepala
sekolah dapat terdiri dari unsur guru dan siswa. Guru sebagai penanggung jawab perpustakaan
sedangkan siswa sebagai petugas perpustakaan yang membantu menata perpustakaan. Dalam
melaksanakan tugas ini dapat dilakukan secara bergiliran sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
4.1.3 Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah