1. Wanprestasi ataukah PMH dalam Hubungan Hukum Landlord-

56 juta rupiah. Oleh sebab itulah, menurut Landlord,dengan telah terbukti adanya ketidak-sinkronan atau tidak sejalannya posita dan petitum gugatan, maka secara hukum gugatan si Tenant mengandung cacat berupa obscuur libel atau kabur yang oleh karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima Niet Ontvankelijk Verklaard, sebagaimana telah diberikan kaidah oleh Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 67KSip1975 tanggal 13 Mei 1975, yang pada pokoknya menyatakan bahwa petitum yang tidak sejalan dengan posita adalah mengandung cacat berupa obscuur libel;Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1075 KSip1980 tanggal 8 Desember 1982 yang pada intinya Mahkamah Agung RI memberikan pertimbangan hukum bahwa ―... karena petitum bertentangan dengan posita gugatan, maka gugatan tidak dapat diterima‖.

2.4. 1. Wanprestasi ataukah PMH dalam Hubungan Hukum Landlord-

Tenant Eksepsi Landlord selanjutnya adalah bahwa menurut si pihak Landlord, Gugatan si Tenant itu juga Kabur Obscuur Libel, karena si Tenant atau kuasa hukumnya, menurut si Landlord, mencampuradukkan Gugatan Wanprestasi dengan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum PMH. Dijelaskan oleh si Landlord bahwa secara garis besar, terdapat dua jenis gugatan yang dapat diajukan dalam perkara perdata, yaitu Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dimana keduanya masing-masing adalah jenis gugatan yang berbeda, dimana Gugatan Wanprestasi berkaitan adanya hubungan hukum yang bersumber dari perjanjian diantara para pihak, sedangkan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum berkaitan dengan adanya perbuatan yang melanggar hukum maupun 57 ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilakukan salah satu pihak yang menimbulkan suatu kerugian bagi pihak lainnya. Menurut si Landlord, ia melancarkan eksepsi seperti itu kepada si Tenant, karena dalam gugatan yang diajukan oleh si Tenantdalam perkara a quo, ternyata si Tenanttelah mencampuradukkan antara dalil-dalil Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum. Judul atau titel dari gugatan yang diajukan oleh si Tenant, kata si Landlord, adalah ―Wanprestasi terhadap Perlindungan Konsumen‖, selanjutnya dalam posita butir 5 sd. 12 halaman 2-3 gugatan, si Tenant mendalilkan bahwa telah terjadi perjanjian antara si Tenant dan si Landlord mengenai pembayaran tagihan telepon yang dipergunakan si Tenant, namun menurut si Tenant, si Landlord ingkar janji quod non dan kemudian oleh si Tenant dimohonkan dalam petitum butir 4 halaman 10 yang pada intinya meminta kepada Majelis Hakim menyatakan bahwa si Landlordtelah cedera janjiwanprestasi. Menurut anggapan si pihak Landlord, dalam gugatan wanprestasi, tidak dikenal adanya ―kerugian immateriil‖, dimana ―kerugian immateriil‖ dikenal dalam suatu gugatan Perbuatan Melawan Hukum. Ironisnya, kata si Landlord, dalam Gugatannya, Penggugat menuntut adanya ―kerugian immateriil‖, dimana hal ini mempertegas kenyataan bahwa sesungguhnya si Tenanttelah mengajukan gugatan yang obscuur karena tidak jelas apakah gugatan yang diajukan merupakan gugatan Wanprestasi atau gugatan Perbuatan Melawan Hukum sehingga gugatan terbukti telah mencampuradukkan gugatan Wanprestasi dengan Perbuatan Melawan Hukum, eksepsi si pihak Landlord. 58 Selanjutnya, menurut si pihak Landlord, bahwa pencampuradukkan tersebut semakin nyata dengan adanya fakta bahwa pada bagian lain ternyata si pihak Tenant juga menyampaikan dalil-dalil adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh pihak Landlordquod non, dimana dalil-dalil tersebut merupakan dalil-dalil untuk suatu Gugatan Perbuatan Melawan Hukum. Tepatnya pada posita butir 13 halaman 3, serta butir 21 halaman 5 dari gugatan, Tenant mendalilkan bahwa Landlordtelah melanggar beberapa ketentuan dalam UU Perlindungan Konsumen dan UU Telekomunikasi, selanjutnya dalam Petitum butir 5 halaman 10 gugatan, Tenantjuga meminta kepada Majelis Hakim untuk menyatakan bahwa Landlordtelah melakukan perbuatan yang melanggar UU No. 81999. Berdasarkan itu, menurut pihak Landlord, telah terbukti bahwa dalam gugatannya, si Tenant telah mencampuradukkan atau menggabungkan antara Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dalam perkara a quo. Si pihak Landlord kemudian mengatakan bahwa terkait pencampuradukkan atau penggabungan antara Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana dimaksud di atas, Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 879 KPdt1997 tanggal 29 Januari 2001 57 pada pokoknya memberikan kaidah bahwa ―Penggabungan PMH dengan wanprestasi dalam satu gugatan, melanggar tata tertib beracara karena keduanya harus diselesaikan tersendiri, konstruksi gugatan seperti itu mengandung 57 Varia Peradilan, Tahun XVIII, No. 208, Januari 2003 hlm., 14. 59 kontradiksi, dan gugatan dikategorikan obscuur libel, sehingga tidak dapat diterima‖. Dengan demikian, menurut si Landlord, dalam perkara a quo,siTenanttelah menggabungkan atau mencampuradukkan Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum, serta mengacu pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 879 KPdt1997, tanggal 29 Januari 2001 sebagaimana tersebut di atas, maka secara hukum Gugatan Penggugat dalam perkara ini telah mengandung cacat berupa obscuur libel, dan sudah seharusnya dinyatakan untuk tidak dapat diterima Niet Onvankelijk Verklaard. Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 557Pdt.G2010PN.Jkt.Sel tanggal 17 Maret 2011 yang amarnya sebagai berikut: dalam eksepsi: menolak eksepsi si Landlord tersebut di atas seluruhnya. Sedangkan dalam Pokok Perkara Pengadilan menolak gugatan si Tenant untuk seluruhnya.Pengadilan menghukum si Tenantuntuk membayarkan biaya perkara.Dalam tingkat banding atas permohonan si Tenant putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Jakatra dengan putusan No. 18PDT2012PT.DKI tanggal 29 Maret 2012. Sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada PenggugatPembanding pada tanggal 10 Juli 2012 kemudian terhadapnya oleh si pihak Tenant dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 10 Juli 2012 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 23 Juli 2012 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No. 557Pdt.G.2010 PN.Jkt.Sel yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang memuat alasan- 60 alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 3 Agustus 2012. Si pihak Landlord telah pada tanggal 30 Agustus 2012 diberitahu tentang memori kasasi dari si Tenantmengajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 12 September 2012. Karena permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima.

2.5. Dalil-dalil Landlord-Tenant di Mahkamah Agung Republik Indonesia