48
Selain itu untuk mendapatkan data yang lebih valid, peneliti melakukan observasi terhadap lingkungan sekolah, proses pembelajaran,
serta kegiatan pengembangan diri dan budaya sekolah. Peneliti juga melakukan study dokumentasi berupa gambar kegiatan siswa, dan profil SD
N 1 Pedes untuk mengetahui peran guru dalam menjalankan kegiatan UKS di SD N 1 Pedes.
2. Deskripsi Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah peran guru dalam menjaga kesehatan siswa melalui program UKS di SD N 1 Pedes. Peran guru dalam
kegiatan UKS dapat dilihat melalui program UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
1.
Pendidikan Kesehatan
Guru memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan kesehatan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler yaitu: a.
Menyelenggarakan pendidikan kesehatan secara kurikuler Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah diapat hasil
bahwa pendidikan kesehatan telah dilaksanakan secara kurikuler, yaitu ketika proses belajar mengajar berlangsung di sekolah. Pendidikan
kesehatan diberikan oleh guru olahraga, dan tugas kepala sekolah ialah memantau pelaksanaannya. Pendidikan kesehatan dilakukan secara penuh
ketika bulan puasa dimana proses belajar mengajar dilakukan di dalam kelas.
49
Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa pendidikan kesehatan diberikan oleh guru kelas. Pada hari Kamis dilakukan pemeriksaan
kebersihan diri oleh guru. Guru memeriksa kuku, rambut, kebersihan tangan, serta kerapihan pakaian. Bagi siswa yang kedapatan tidak
memotong kuku maka dinasehati oleh guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru Lt
Lt: “Iya, seperti menjaga kesehatan ya siapa yang biasa mandi dua kali sehari, siapa yang biasa menggosok gigi sebelum tidur, siapa yang
tadi pagi keramas, rambut, kuku. Kalau pemeriksaan kuku dan kebersihan lainnya itu hari Kamis itu kukunya harus sudah
dipotong.” Guru juga memberikan contoh kepada siswa apabila setelah
istirahat dan akan masuk kelas maka harus mencuci tangan. Tidak hanya itu guru memberikan contoh kepada siswa bahwa berpakaian itu lebih
baik bersih dan rapi, tidak harus mahal. Pn: “Ya dengan contoh langsung. Misalnya setelah selesai pelajaran kita
harus mencuci tangan. Itu contoh yang ringan – ringan saja seperti
bapak-ibu guru memakai pakaian yang bersih dan rapi itu juga sudah memberikan contoh menjaga kesehatan kepada anak-anak,
seperti itu.” As: “Kalo masalah memberikan kesehatan saya rasa semua bapak-ibu
guru sudah memberikan contoh yang baik kepada siswanya. Misalnya saja dengan berpakaian yang bersih dan rapi selama di
sekolah, tidak merokok di depan siswa bagi bapak guru, ya contoh nyata saja mbak. Kalau dikelas ya ngoyak-oyak siswa untuk
membiasakan mencuci tangan sebelum masuk kelas, saya juga sering memberi contoh kalau mau masuk kelas harus mencuci
tangan dulu. Kemudian ada pemeriksaan kebersihan anak. Itu nanti di cek kukunya seperti apa sudah dipotong apa belum, rambutnya
bersih apa tidak, bajunya disetrika atau tidak, kemudian mandi apa tidak. Itu nanti akan menjadi kebiasaan untuk siswa. Jadi nanti
kalau ada anak yang tidak memotong kuku ya tangannya langsung
diumpetke, dia sudah malu sendiri.”
50
Lt: “Kalau pendidikan kesehatan itu pembelajaran dikelas jelas diberikan, tapi kalau hanya secara teoritik saja masih kurang bagi
anak keals 1, sehingga mereka harus mempraktikkan langsung. Misalnya menggosok gigi, sikat gigi biasanya anak-anak diminta
untuk membawa sikat dari rumah, nanti sekolah menyediakan tempat untuk kumur sama odol. Itu pelaksanaanya di depan kelas.
” Selain itu, guru olahraga juga menjelaskan bahwa pendidikan
kesehatan dapat dilaksanakan ketika pembelajaran olahraga. Jadi, tidak hanya berupa pengetahuan teoritik saja namun juga praktik. Misalnya
ketika memberikan pentingnya berolahraga dan manfaatnya, guru tidak hanya memberikan secara teori, namun siswa juga mempraktikkan dan
merasakan apa saja manfaat berolahraga. Tidak hanya itu guru Mj juga memaparkan bahwa pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara penuh
ketika bulan puasa. Hal ini terjadi karena saat puasa siswa tidak melakukan praktik olahraga namun menjalani pembelajaran olahraga di
dalam kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa sudah bisa
menjalankan olahraga secara mandiri ketika guru olahraga sedang ada dinas diluar sekolah, siswa dengan dibantu guru kelas melaksanakan
olahraga. Olahraga yang dilakukan bagi siswa laki-laki bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi seperti jumla pemain
yang tidak seimbang, gawang yang digunakan hanya satu dan aturan lain. Sedangkan siswi perempuan bermain lempar tangkap bola di
dalam aula sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa guru olahraga memberikan pengajaran kepada siswa agar mandiri, bertanggung
jawab, dan kreatif.
51
Gambar 2: Guru kelas menggantikan guru olahraga
Berdasarkan hasil pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan diselenggarakan oleh sekolah
melalui kegiataan kurikuler. b.
Membuat rencana pembelajaran pendidikan kesehatan
Kepala sekolah menyatkaan bahwa guru harus membuat rencana pembelajaran apapun mata pelajarannya. Khusus untuk pendidikan
kesehatan rencana pembelajaran dilakukan oleh guru olahraga. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari guru St dan Mj yang mengatakan bahwa
rencana pembelajaran harus dibuat agar ketika mengajar kelak tidak membingungkan. Selain itu guru kelas juga membuat rencana
pembelajaran meskipun tidak dikhususkan pada pendidikan kesehatan namun pendidikan kesehatan diintegrasikan dengan mata pelajaran lain.
52
Gambar 3: Program pengajaran guru kelas 2 Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa semua guru di SD 1
Pedes membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran pendidikan kesehatan di
sekolah dasar dilaksanakan oleh guru olahraga. c.
Memiliki buku pegangan dan bacaan pendidikan kesehatan
Kepala sekolah memaparkan bahwa sekolah memeiliki buku pegangan untuk membantu guru dalam memberikan pengajaran. Buku
referensi ada di Perpustakaan. Berdasarkan hasil pemaparan guru olahraga didapat hasil bahwa sekolah memiliki buku pegangan dan
bacaan pendidikan kesehatan. Guru kelas juga menyatakan hal yang sama, bahwa guru kelas tidak lepas dari buku referensi. Berdasarkan hasil
dokumentasi maka didapat hasil bahwa buku-buku referensi tersimpan di rak perpustakaan.
53
Gambar 4: Contoh buku kesehatan milik guru Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sekolah memiliki buku
pengangan dan buku bacaan pendidikan kesehatan disekolah dan tersimpan di perpustakaan.
d. Menerapkan pendidikan kesehatan yang terintegrasi dengan mata
pelajaran lain
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas didapat hasil bahwa pendidikan kesehatan tidak diajarkan secara khusus namun
diintegrasikan dengan mata pelajaran lain. Untuk guru kelas 2 didapat hasil bahwa pendidikan kesehatan diintegrasikan dengan mata pelajaran
IPA melalui cara menjaga kesehatan gigi, melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat bacaan kesehatan diri, dan lain sebagainya.
Pn: “Ya jelas, jelas sekali. Karena kan tidak ada mata pelajaran khusus ya. Mungkin dari guru olahraga, seperti pas puasa ini kan teori, itu bisa
dimasukkan pelajaran yang berbau kesehatan. Untuk materi pendidikan kesehatan sendiri kan sebenarkanya kita memang
mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sesuai. Misalnya dalam Bahasa Indonesia kan kita bisa memasukkan dalam bacaan, IPA itu
nanti materi menjaga tubuh.” As: “kalo kelas 2 jelas diintegrasikan dengan mata pelajaran speerti
bahasa Indonesia itu kan ada bacaan tentang mencuci tangan. Kalo
54
tidak diintegrasikan ya nggak mungkin. Dari situ biar anak-anak paham sama keseh
atan dirinya.” Lt: “Iya, seperti menjaga kesehatan ya siapa yang biasa mandi duakali
sehari, siapa yang biasa menggosok gigi sebelum tidur, siapa yang tadi pagi keramas, rambut, kuku. Kalau pemeriksaan kuku dan kebersihan
lainnya itu hari Kamis itu kukunya harus sudah dipotong.”
Ketika observasi dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mendapatkan hasil bahwa baik kelas rendah maupun kelas tinggi siswa
mendapatkan pendidikan kesehatan tidak hanya ketika pelajaran olahraga saja, melainkan dari mata pelajaran lainpun siswa juga mendapatkannya.
Gambar 5: siswa sedang melakukan percobaan akibat pencemaran air.
Peneliti melakukan penelitian di kelas 5 menunjukkan guru sedang mengajarkan pelajaran pencemaran. Siswa mendengarkan penjelasan dari
guru, namun fokus siswa lebbih kepada ikan yang dibawa oeh guru. Guru membawa alat peraga ikan di dalam toples untuk meneliti akibat
pencemaran air. setelah guru memberikan penjelasan, siswa diminta untuk berkelompok dan mengamati kondisi ikan ketika airnya jernih. Kemudian
air tersebut diberikan deterjen sedikit kemudian siswa diminta
55
mengamatinya. Siswa perempuan kebanyakan merasa kasihan dengan ikan tersebut karena lama kelamaan ikan itu lemas. Supaya ikan tetap
hidup maka guru meminta masing-masing kelompok untuk mengganti air dialam wadah.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah menerapkan pendidikan kesehatan yang terintegrasi dengan mata
pelajaran lain. e.
Melaksanakan pendidikan kesehatan secara ekstrakurikuler
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menyatakan “Ada, UKS, Pramuka, Dokter kecil itu termasuk di UKS. PMR itu
kalau SD tidak ada. Ada juga tari, kemudian karawitan. Itu meskipun lebih banyak unsur seninya tapi kan siswa secara tidak langsung juga belajar
kesehatan. Misalnya saja kamu ikut nari, tubuh kan otomatis harus bergerak nah gerak itu kan juga ikut olahraga. Badan menjadi sehat dan
kuat.” Berdasarkan keterangan diatas maka didapat hasil sekolah
menyelenggarakan pendidikan kesehatan secara ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah seperti ekstrakurikuler tari,
karawitan, dan kepramukaan. tidak ada hasil observsi dikarenakan kegiatan kepramukaan dan ekstrakurikuler lainnya tidak dilaksanakan
ketika menjelang puasa atau ketika akan memasuki masa ujian semester bagi siswa.
Namun pendidikan kesehatan diajarkan melalui ekstra tari. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti melakukan observasi, dan didapat hasil siswa
sedang melakukan tari kreasi baru yang diajarkan oleh guru tari. Siswa tampak antusias dan kadang tertawa jika ada teman yang gerakannya tidak
56
sesuai kaku. Guru tari ketika telah selesai memberikan contoh gerakan kemudian mengamati dan membenarkan gerakan yang salah. Meskipun
pendidikan kesehatan tidak secara langsung diajarkan, namun melalui gerak tubuh guru ikut serta dalam menjaga kesehatan siswa.
Gambar 6: Siswa sedang berlatih tari Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah dan guru menyelenggarakan pendidikan kesehatan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan kesehatan melalui kegiatan
ekstrakurikuler diantaranya adalah terselenggaranya pembelajaran kesehatan melalui kegiatan kepramukaan, seni tari dan karawitan.
f.
Ikut serta dalam membantu memelihara alat peraga pendidikan kesehatan
Kepala sekolah meyatakan bahwa setiap warga sekolah wajib menjaga dan memelihara peralatan yang ada di sekolah termasuk salah
satunya ialah alat peraga, guru pun juga sama yakni menggunakan alat
57
peraga untuk memberikan penjelasan materi agar siswa mudah memahami materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil observasi, alat peraga yang ada disimpan di perpustakaan. Alat peraga tertata dengan rapi dan bisa digunakan
sewaktu-waktu. Oleh karena itu didapat hasil bahwa guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah wajib menjaga peralatan yang ada disekolah
agar tidak mudah rusak. g.
Membantu mengadakan pemenuhan media pendidikan kesehatan poster
Guru memberikan saran dan masukan kepada pembuat media pendidikan agar media tersebut tidak membingungkan. Misalnya
pembuatan poster, ketika akan diusulkan guru harus membuat rancangan poster yang bagus itu seperti apa kemudian guru lain memberikan
pendapatnya apakah sudah sesuai atau belum. Jika rancangan tersebut sudah sesuai, maka rancangan tersebut siap dicetak. Selain itu siswa yang
melihat poster tersebut menyatakan tidak bingung.
Gambar 7: Salah satu poster yang ada di ruang UKS
58
Gambar dialatas merupakan salah satu poster yang tertempel di ruang UKS. Poster tersebut berisi himbauan agar siswa selalu menjaga
kesehatan. Selain poster, guru menyarakan kepada siswa untuk membuat mading kelas. Madding kelas dapat berisi berbagai informasi baik
kesehatan, hobi, bahkan cerita dari siswa. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa guru membantu mengadakan pemenuhan media pendidikan kesehatan poster.
h.
Membantu dalam melaksanakan UKS
Pelaksanaan UKS dilakukan oleh guru olahraga. Guru St mengatakan bahwa beliau tidak menjalankan program UKS secara penuh,
namun tanggung jawab pelaksana UKS dilakukan oleh guru olahraga Mj. Pelaksanaan dilakukan dengan cara memberikan pelatihan kesehatan
kepada kader dokter kecil, pengawasan pemeriksaan kesehatan, pelaksana jumantik kepada kader dokter kecil, pelaksana pramuka, dan dan
pelaksana program UKS lainnya. Pelaksanaan UKS biasa dilakukan pada hari Jumat setelah dokter kecil melakukan pengecekan air. Kemudian
guru memberikan evaluasi dan mengecek apakah siswa sudah melaksanakan tugasnya denan baik atau belum. Selain itu pembinaan juga
dibantu oleh guru lain terutama ketika akan ada lomba dokter kecil. Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat bahwa guru olahraga
memiliki peranan penting dalam peningkatan kegiatan UKS. Guru olahraga memberikan pembinaan sekaligus berperan sebagai pengawas
kesehatan siswa di sekolah dasar. Guru olahraga memberi panduan
59
kepada siswa bagaimana cara menjaga air agar terhindar dari jentik-jentik, guru juga memberikan wejangan kepada siswa agar selalu menjaga
kebersihan badan dan lingkungan sekitar sehingga badan menjadi sehat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru Mj bahwa dibalik tubuh yang
kuat terdapat jiwa yang sehat. Hal ini tampak dalam dokumentasi bahwa guru memberikan
pengarahan kepada siswa dan guru juga memberikan contoh akan pentingnya menjaga kebersihan terutama tangan. Berdasarkan data diatas
maka dapat disimpulkan bahwa guru membantu dalam membina UKS. Selain itu guru juga memberikan contoh yang baik kepada siswa.
i. Membantu penyelenggaraan program kemitraan pendidikan kesehatan
dengan instansi seperti Puskesmas, Kepolisian, Palang Merah Indonesia
PMI, dan lain-lain.
Hasil wawancara dengan kepala sekolah menyebutkan bahwa sekolah melakukan kerjasama dengan Puskesmas dan sudah melakukan
MOU. Kerjama dengan Puskesmas dalam bentuk pemeriksaan kesehatan gigi, mulut dan badan, kemudian kerjasama dalam bidang penanganan
penyakit pada siswa. Adapula pembinaan dokter kecil yang dilakukan oleh Puskesmas. Bentuk kerjasama Kepolisian dengan sekolah tidak
disebutkan oleh kepala sekolah karena itu masih berupa rencana dan belum melakukan MOU. Guru juga menyatakan bahwa sekolah juga
melakukan kerjasama dengan instansi pendidikan lain seperti UNY, UPY, dan Mercu Buana. Hal ini bertujuan untuk menunjang proses belajar
mengajar lebih baik. Bentuk kerjasama dengan perguruna tinggi ialah
60
berupa sekolah memperbolehkan mahasiswa untuk melakukan penelitian, melakukan pengajaran kepada siswa dan melakukan penyuluhan ke
sekolah. Bentuk kerjasama yang dilakukan sekolah dengan Sarimi dan Lifeboy
Gambar 8: Guru menerima hasil pemeriksaan dari Puskesmas Hasil dokumentasi dapat dilihat bahwa peran guru dalam
penyelenggaraan program kemitraan ialah guru membantu petugas Puskesmas dalam mengatur dan mengkoordinir siswa agar ketika
dilakukan pemeriksaan petugas Puskesmas mudah dalam menjalankan kesehatannya. Selain itu peran guru disini ialah menyampaikan
permasalahan kesehatan yang dialami siswa kepada orang tua siswa. Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah
melakukan kerjasama kepada lembaha non pendidikan yaitu Puskesmas dan Kepolisian serta melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi.
61
Setelah dilakuakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dari tanggal 26 Mei
– 26 Juni 2016, diketahui bahwa guru selalu berusaha untuk memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan indikator-indikatornya.
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan dan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan UKS Depkes RI 2006:26, guru telah meaksanakan sesuai dengan kisi-kisi
pendidikan kesehatan. Pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dapat dilihat dari guru olahraga memberikan
pendidikan kesetan secara kurikuler. Pelajaran yang diajarkan seperti penyakit menular dan tidak menular, makanan bergizi, dan cara menjaga
tubuh agar sehat serta bersih. Sedangkan guru kelas memberikan pendidikan kesehatan secara terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Misalnya
pendidikan kesehatan diintegrasikan dengan pelajaran IPA. Guru olahraga membuat rencana pembelajaran pendidikan kesehatan
sebelum membelajarkan siswanya. Guru kelas dan kepala sekolah membuat rencana pembelajaran sesuai dengan porsinya masing-masing, meskipun
pendidikan kesehatan diajarkan secara terintegrasi. Kepala sekolah, guru kelas dan guru olahraga memiliki buku
pendidikan kesehatan sebagai referensi dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Selain itu buku referensi juga disediakan kepada siswa di
Perpustakaan. Guru kelas dan guru olahraga melakukan pendidikan kesehatan yang
diajarkan secara ekstrakurikuler yaitu tari. Bentuk pengintegrasian pendidikan kesehatan dalam ekstrakurikuler tari dan ialah siswa diajarkan
menjaga kebersihan badan dan lingkungan tempat latihan, selain itu melalui
62
olah gerak siswa merasa gembira dan secara tidak langsung mereka juga berolahraga dan menjaga kesehatan.
Guru turut serta membantu pemeliharaan media dan alat peraga yang ada di sekolah dengan cara merawatnya dengan baik. Guru olahraga sebagai
Pelaksana UKS memberikan pembinaan teruama pada hari Jumat. Sedangkan guru kelas memberikan pembinaan UKS ketika akan diadakan lomba dokter
kecil. Guru juga memberikan bantuan ketika menyelenggarakan program kemitraan dengan instansi lain seperti Puskesmas, Polri, Badan POM, dan
perguruan tinggi. Dari uraian kesimpulan-kesimpulan deskripsi hasil penelitian di atas,
menunjukkan adanya upaya guru dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada siswa di sekolah sesui dengan indicator pendidikan kesehatan. Dari
10 indikator yang ada, menunjukkan bahwa terdapat 3 indikator yang kurang dominan. Peran guru yang dominan yaitu 1 guru menyelenggarakan
pendidikan secara kurikuler, 2 membantu mengadakan pemenuhan media pendidikan kesehatan poster, 3 guru menyelenggarakan pendidikan
kesehatan terintergrasi dengan mata pelajaran lain, 4 guru membuat rancangan pembelajaran, 5 guru memiliki buku pegangan bacaan pendidikan
kesehatan, dan 6 membantu dalam menyelenggarakan program kemitraan dengan instansi lain, 7 ikut serta dalam membantu pemeliharaan alat peraga
pendidikan kesehatan, 8 membantu dalam membina UKS. Sedangkan indicator peran guru dalam melaksanakan program UKS
ialah 1 guru menyelenggarakan pendidikan secara ekstrakurikuler.
63
Indikator peran guru dalam melaksanakan program UKS yang dominan dan kurang dominan dalam diri guru dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4. Indikator peran guru dalam melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah.
Dari table diatas menunjukkan bahwa setiap guru memiliki peranannya masing-masing. Namun pendidikan kesehatan tidak mungkin
dilakukan oleh semua guru. Hal ini karena pembelajaran di sekolah tidak hanya tentang pendidikan kesehatan saja namun masih ada pembelajaran
lainnya. Pendidikan kesehatan melalui kegiatan ekstrakurikuler tidak dilaksanakan secara penuh, namun melalui penerapan siswa dan merasakan
Indikator peran guru dalam menjalankan
pendidikan kesehatan
Indikator peran yang dominan
1.
Menjalankan pendidikan kesehatan secara kurikuler
2.
Membuat rancangan pembelajaran
3.
membantu mengadakan pemenuhan media pendidikan kesehatan
poster,
4.
Mengintegrasikan pendidikan kesehatan dengan pelajaran lain
5.
Memiliki buku pegangan pendidikan kesehatan.
6.
Turut serta dalam menyelenggarakan kemitraan
dengan instansi lain
7.
ikut serta dalam membantu pemeliharaan alat peraga pendidikan
kesehatan.
8.
Ikut serta dalam melaksankan program UKS
Indikator peran yang kurang dominan
1. Menjalankan pendidikan kesehatan
secara ekstrakurikuler.
64
manfaat yang diperoleh. Misalnya ekstrakurikuler karawitan yang diselenggarakan di SD 1 Pedes secara jelas bahwa ekstrakurikuler ini
memberikan pelajaran mengenai seni bukan pendidikan kesehatan. Contoh lain ekstrakurikuler tari menunjukkan pembelajaran pendidikan kesehaan
tidak diajarkan secara langsung namun siswa merasakan manfaat dari tari yaitu kesehatan dan kebugaran tubuh.
2.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah pada dasarnya dilaksanakan secara komprehensif, yaitu peningkatan kesehatan promotif, pencegahan
preventif, pengobatan kuratif, dan pemulihan rehabilitatif, yang dilakukan secara terpadu dan berkala kepada warga sekolah. Kegiatan ini
dapat dilaksanakan dibawah koordinasi guru dan Pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat.
a. Melakukan penyuluhan kesehatan
Wawancara dengan kepala sekolah menjelaskan bahwa penyuluhan kesehatan sangat penting dilakukan. Secara umum,
penyuluhan kesehatan dilakukan setiap hari Jumat dan Senin yang dilakukan ketika setelah upacara bendera dan setelah senam bersama.
Selain itu penyuluhan kesehatan juga dilakukan oleh pihak luar sekolah seperti Supermi yakni penyuluhan tentang membiasakan anak sarapan
pagi, kemudian ada Lifeboy yang memberikan penyuluhan tentang kebersihan tubuh dan pentingnya mencuci tangan. Ada penyuluhan dari
mahasiswa kedokteran UGM tentang konsultasi kesehatan remaja.
65
Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru bahwa penyuluhan dilakukan tidak hanya di dalam kelas saja namun di luar kelas juga
dilakukan penyuluhan decara bersama-sama. Puskesmas melakukan penyuluhan kepada perwakilan dokter kecil sekolah agar rajin mengecek
air supaya tidak ada jentik-jentik nyamuk, selain itu juga memberikan pelatihan kepada dokter kecil bagaimana cara merawat orang yang sakit.
Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka didapat hasil dokumentasi berupa sertifikat sekolah yang berisi keterlibatan sekolah dalam mengikuti
pendidikan sarapan sehat dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Mercu Buana. Hal ini ditandai
dengan adanya sertifikat dari Mercu Buana
Gambar 9: Sertifikat keikutsertaan sekolah pada hari gizi nasional
Selain itu, peneliti juga melakukan observasi ketika Puskesmas sedang melakukan penyuluhan kesehatan gigi di kelas 1. Peran guru
dalam penyuluhan kesehatan oleh instansi lain ialah guru tidak terlibat dalam pemberian penyuluhan namun guru membantu dalam mengatur
66
atau mengkondisikan siswa. Selain itu guru turut serta dalam mengawasi jalannya penyuluhan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru membantu melakukan penyuluhan kesehatan di sekolah yang bekerja
sama dengan pihak luar sekolah guna memberikan pengalaman dan pendidikan yang lebih baik.
b. Membantu pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi maupun sikat gigi
Guru kelas memberikan penjelasan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dilakukan oleh Puskesmas. Biasanya dilakukan setahun sekali untuk
kelas I sampai dengan kelas III. Penyuluhan kesehatan gigi dilakukan guna memeriksa gigi siswa dan memberikan surat rujukan jika gigi susu
yang duah waktunya tanggal harus dicabut. Selain itu pemberian surat rujuakan ditujukan untuk siswa yang mengalami masalah gigi misalnya
gigi berlubang dan pemberitahuan kepada orang tua kepada siswa yang belum melakukan imunisasi. Tugas guru ketika dilakukan penyuluhan
ialah mengkondisikan kelas agar tertib dan tidak gaduh. Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka peneliti melakukan
observasi di kelas I dan II. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa kelas II lebih mudah diatur karena mereka sudah paham dan mereka
mendapatkan tugas dari guru. Jika siswa kelas II sudah selesai diperiksa dan tugas tersebut sudah selesai, maka siswa diperbolehkan untuk
beristirahat. Pemeriksaan gigi di kelas II menunjukkan hasil sebanyak 11 anak yang mendapatkan surat rujukan ke Puskesmas untuk selanjutnya di
periksa kembali oleh dokter gigi. Berbeda dengan siswa kelas I. mereka
67
tampak penasaran dengan gigi teman-temannya sehingga menimbualkan suasana yang gaduh. Untuk mengatasi hal tersebut maka siswa yang sudah
diperiksa dipersilahkan untuk istirahat. Dari pemeriksaan gigi tersebut didapat bahwa siswa kelas I lebih banyak siswa yang merawat giginya
daripada siswa yang tidak. Siswa yang mendapat surat rujukan sebanyak 9 anak.
Gambar 10: Guru memberikan penyuluhan bersama Puskesmas Menilik penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru
kelas turut membantu menjaga kesehatan gigi siswa. Guru tidak hanya sebagai pengawas di kelas saja namun juga memberikan pengarahan
kepada siswa agar siswa rajin menjaga gigi dengan cara menggosok gigi secara rutin.
c. Membantu penjaringan kesehatan
Kepala sekolah menyatakan bahwa penjaringan kesehatan bagi siswa kelas I tidak dilaksanakan kepada siswanya. Penanganan kesehatas
siswa dilakukan ketika timbul gejala penyakit. Sehingga siswa yang
68
mendaftar ke sekolah dan lolos seleksi, maka tidak dilakukan penjaringan kesehatan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari guru bahwa sekolah
tidak melakukan penjaringan kesehatan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penjaringan kesehatan tidak dilakukan di sekolah.
d. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap 6 bulan,
termasuk pengukuran tinggi dan berat badan Kepala sekolah menyatakan bahwa pemeriksaan kesehatan
dilakukan oleh pihak Puskesmas setiap 6 bulan sekali. Kepala seklah berkata:
“Pemeriksaan kesehatan itu dilaksanakan setiap awal tahun ajaran baru yang dilakukan oleh guru dan bekerjasama dengan Puskesmas. Kalau
dari Puskesmas satu tahun sekali.” Pemeriksaan kesehatan difokuskan pada siswa kelas rendah yakni
kelas I sampai dengan kelas III. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan berupa pemeriksaan gigi, dan pemeriksaan tubuh yakni tinggi dan berat
badan. Karena pelaksanaan pemeriksaan berat dan tinggi badan sudah terlaksana, maka tidak ada observasi dan dokumentasi. Oleh karena itu,
pernyataan tersebut ada dalam hasil wawancara saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh sekolah secara
berkala setiap 6 bulan sekali. e.
Membantu melaksanakan pencatatan pemeriksaan siswa pada buku Ketika peneliti sedang melaksanakan observasi, tampak guru
sedang membantu
pegawai Puskesmas
mencatatkan hasil
pemeriksaannya pada buku. Guru juga membantu mengkondisikan kelas sehingga kelas tidak ribut dan mudah dalam melaksanakan pemeriksaan.
69
Gambar 11: pencatatan kesehatan Pada hasil wawancara didapatkan hasil bahwa guru membantu
mencatatkan pemeriksaan siswa dalam buku kesehatan. Oleh sebab itu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru membantu mencatat hasil
pemeriksaan siswa pada buku kesehatan. f.
Membantu melaksanakan penjaringan kesehatan gigi untuk kelas 1 diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
Sekolah tidak melaksanakan penjaringan kesehatan pada siswa kelas 1, namun pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal
dilakukan oleh pihak Puskesmas ketika dilaksanakan pemeriksaan. Hal ini dijelaskan oleh kepala sekolah ketika dilakukan wawancara. Beliau
berkata: “Ya kalau penjaringan keseahatan di kelas satu tidak dilakukan,
hanya kalau ada gejala. Tidak setiap tahun atau rutin dilakukan tidak. Kalau sudah ada gelaja itu baru dianalisis.”
Hal ini diperkuat dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa terdapat siswa kelas I yang memiliki masalah dengan gigi susunya,
70
dan harus segera dicabut. Oleh karena itu pegawai Puskesmas memberikan surat rujukan kepada orang tua siswa agar ia segera
diperiksakan ke Puskesmas. Oleh sebab itu maka dapat disimpulkan bahwa penjaringan
kesehatan pada siswa kelas 1 tidak dilaksanakan namun pencabutan gigi susu yang sudah waktunya tanggal dilakukan pemeriksaan oleh
Puskesmas. g.
Membantu membuat surat rujukan dari sekolah, jika siswa mengalami cedera atau sakit
Ketika dilakukan wawancara guru menjelaskan bahwa siswa yang mengalami sakit seperti menunjukkan gejala demam berdarah langsung
ditanggapi dengan cara diperiksa di UKS kemudian guru menelepon orang tua siswa. Selanjutnya guru membuat surat rujukan dan membawa
siswa ke Puskesmas.
Gambar 13: Guru membantu pencatatan surat rujukan
71
Namun ketika peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada siswa, didapat hasil bahwa siswa yang pernah mengalami demam
berdarah langsung dibawa ke Rumah Sakit dan menginap di Rumah Sakit. Oleh karena itu diperoleh kesimpulan bahwa guru membantu dalam
membuat surat rujukan kepada siswa ketika siswa mengalami sakit dan tidak dapat ditangani oleh sekolah.
h. Mengadakan program dokter kecil
Pengadaan program dokter kecil dilakukan oleh sekolah. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru dan
siswa. Kepala sekolah menjelaskan bahwa sekolah mengadakan program dokter kecil yang dilakukan oleh siswa kels V. Tugas dari dokter kecil
ialah mengawasi teman-teman di kelas ketika sakit. Selain itu dokter kecil juga melaksankan Jumat anti jentik-jentik atau biasa disebut Jumantik.
Jumantik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol kondisi air yang ada di sekolah. Jika kedapatan ada jentik-jentik, maka tampungan air itu
haru segera dibersihkan. Mj: “Program Jumantik disini dilaksanakan setiap hari Jumat, ini setelah
senam ada jumantik dari kelas 4,5 dan 6 itu ada petugas kebersihan. Ini masing-masig kelas ada 2 anak untuk di training di Puskesmas.
Program ini sudah terlaksana sudah sangat lama sejak 2010 dan dibawah pengawasan Puskesmas.”
St: “Kalo disini dilaksanakan setiap hari Jumat, ada dokter kecil melakukan cek tempat penampungan air dan pembuangan air.
Tujuannya unt uk mencegah terjadinya demam berdarah”
Mj: “Kalau instruksi dari puskesmas kan memang setelah dilatih kemudian dilaksanakan di sekolah masing-masing, kalau dulu di
suruh membuat laporan, dan sekolah ini membuat sendiri jika suatu saat dibutuhkan oleh Puskesmas tinggal menyerahkan laporannya.
Pelaporannya dilakukan setiap satu semester sekali.”
72
St: “Kalau Jumantik itu awalnya dari Puskesmas, Puskesmas mengadakan penyuluhan dan pelatihan kepada sekolah kemudian sekolah
menjalankan program tersebut dan sudah b erjalan sangat lama.”
Mj: “Kalau selama ini disekolah tidak ada, tapi dari pihak sekolah ini sendiri anak-anak ini karna sudah dibekali tentang tampungan air jadi
anak-anak sudah menjaganya sendiri jadi jentik-jentik itu sudah jarang ditemui. Untuk awal-awal program ini dicanangkan ada jentik-jentik
yang ditemukan terus setelah berkalai-kali dilakukan pengawasan itu, sering tidak ditemukan. Pengurasannya kan rutin sehingga bersih
terus. Jika ditemukan jentik-jentik nanti siswanya yang memberishkan atau menguras sendiri penamooungan airnya. Kara disini kan ada
kelas yang diberi gallon. Nah itu biasanya ada jentik-
jentiknya.” St: “Ya kalu sekarang sih sudah jarang ditemukan jentik-jentik, kalaupun
ada ya tinggal dibersihkan saja. Tapi sekarang sudah tidak ada, hanya program Jumantik itu sebagai pengontrol kondisi air disekolah,”
Mj: “Semua, jadi di semua lingkup sekolah ini dicek, termasuk yang dibelakang ini kan ada barang-barang yang bisa menampung air nah
itu bisa diperiksa. Karena sumber air dari sumur maka masing-masing kelas bisa diberikan keran air nah itu bisa ada jentik-jentik terutama di
bak kamar mandi. Sering ada jika tidak diperiksa secara rutin.” St: “Ya cek tempat penampungan air dan pembuangan air, seperti di bak
kamar mandi, selokan depan kelas, pepenampungan air yang dibawah galon air itu.”
Untuk memperkuat pernyataan dari guru olahraga, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas dimana guru kelas menyatakan
bahwa keberadaan dokter kecil sangat membantu guru dalam mengawasi kesehatan siswa di sekolah. Para dokter kecil mendapatkan pelatihan dari
Puskesmas, dan ilmu yang diperoleh dapat langsung diterapkan di sekolah. Karena para dokter kecil masih muda, maka masih dilakkan
pengawasan oleh guru. Guru kelas juga menambahkan bahwa tugas dari dokter kecil
ialah mengikuti lomba dokter kecil. Tugas guru kelas ialah membimbing siswa yang akan mengikuti lomba. Untuk memperkuat pernyataan
tersebut, maka peneliti melakukan observasi dan didapat hasil bahwa para
73
dokter kecil melakukan pemeriksaan air ketika hari Jumat setelah senam. Pemeriksaan dilakukan secara berkelompok dan terpisah-pisah. Ada yang
di kamar mandi, ada yang di lingkungan sekitar kelas, ada juga yang memeriksa di belakang ruang guru. Pemeriksaan dilakukan menggunakan
senter. Dari hasil pemeriksanaan tidak ditemukan jentik-jentik nyamuk. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
sekolah penyelenggarakan dokter kecil. i.
Membantu program pelaksanaan P3P Pertolongan Pertama pada Penyakit dan P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Pelaksanaan program P3P dan P3K dilakukan oleh sekolah. Menurut kepala sekolah P3P dan P3K dilakukan di ruang UKS. Dalam
hal ini peran guru kelas sangat penting karena guru kelas yang akan menangani pertama siswa yang sakit. Hal senada juga disampaikan oleh
guru olahraga bahwa ketika siswa sakit di kelas, maka yang pertama kali harus bertanggungjawab ialah guru kelas. Pemaparan tersebut diperjelas
dengan pernyataan dari guru Pn, beliau berkata: Pn: “Kita sementara nanti kalau ada hal-hal seperti itu, kita bawa ke UKS
kemudian kita telpon orang tuanya. Kalau anak itu benar-benar parah, pernah terjadi juga kita langsung bawa ke puskesmas.”
As: “Kalo untuk kelas saya ya saya periksa dulu, demamnya seperti apa, kemudian saya beri obat penurun panas terus saya bawa ke UKS.
Selanjutnya saya telpon orang tua agar menjemput si anak tadi.” Lt: “Kalau kelas satu alhamdulillah belum pernah ada kasus demam
tinggi, kalaupun ada palingan akan saya periksa kemudian saya panggil orang tua untuk memeriksakan a
naknya.”
74
Gambar: Obat – obatan yang tersedia di UKS
Hasil observasi tidak menunjukkan adanya siswa yang sakit, namun menilik ruang UKS yang ada di sekolah menunjukkan bahwa obat-
obatan seperti betadin dan minyak kayu putih tersedia dalam kotak obat. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sekolah melaksanakan program
P3P dan P3K. j.
Melaksanakan pengawasan terhadap warung sekolahkantin sekolah Ketika peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah,
beliau menyampaikan bahwa kepala sekolah hanya melakukan pengawasan dan pemberian saran yang baik kepada petugas kantin. Selain
itu pengawasan juga dilakukan oleh badan POM. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara
“Ya, ikut saya. Bahkan dari bapai makanan itu POM itu sering dating kesini untuk mengawasi makana
n yang dijual di sekolah sini.”
75
Ketika wawancara dilakukan dengan guru kelas, Pn menyatakan bawa beliau adalah pengurus kantin. Hal yang beliau lakukan ialah
membelikan jajanan, mengontrol makanan yang ada di kantin, menampung makanan titipan dari wali murid, dan memberikan masukan
kepada penjaga katin. Hasil observasi menunjukkan bahwa kondisi kantin, meskipun bangunan bekas, namun tetap bersih dan makanan yang
dijajakan juga sehat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru Pn, As, dan Lt sebagai berikut.
Pn: “Kebetulan saya kan pengelola, ya memang kan kita melarang pedagang-pedagang diluar untuk masuk k sekolah karena
hubungannya dengan itu tadi kesehatan sekolah. Jadinya yang kita jual itu kita maksimalkan makanan yang sehat. Kalo biasanya SD-SD
lain kan pedagang suka berjejer di depan sekolah, nah kalo di SD Pedes ini ya gerbangnya ditutup. Ini sudah menjadi kebijakan
sekolah, jadi pedagang tidak bisa sembarangan. Jadi siswa mau jajan ya khusus di sekolah saja. Jadi, selama anak masih dalam lingkup
sekolah dilarang untuk membeli jajan di luar lingkungan sekolah. Kalo pulang sekolah ya itu sudah menjadi tanggungjawab orang tua,
jadi guru memberikan pengetahuan dulu kepada siswa makanan sehat
itu seperti apa.” As: “Ya kalau terlibat langsung ya tidak, saya Cuma ngawasi saja kalau
ada makanan yang tidak sehat ya ditegur, tapi selama ini makanannya sehat-
sehat kok mbak.” Lt: “kalau saya sih mbak cukup ngawasi saja. Kalau terlibat langsung ya
tidak. Karna kan kantin juga sudah ada yang menjaganya.” Untuk memperjelas pernyataan guru tersebut, didapat hasil
observasi bahwa guru Pn setiap siang hari setelah pulang sekolah beliau membelikan jajanan untuk kantin. Selain itu beliau juga mengontrol
keuangan yang ada di kantin. Beliau tidak sendirian mengurus kantin, namun beliau dibantu oleh petugas kantin namun saat itu penjaga kantin
mengalami kecelakaan sehingga digantikan sementara oleh penjaga
76
sekolah yaitu bapak Kastijan. Kantin sekolah tampak rapi dan berjajar sesuai jenisnya. Makanan yang dijajakan beraneka ragam seperti makanan
berat, makanan ringan dan aneka minuman. Makanan yang tersedia tidak hanya dari guru Pn saja melainkan ada yang dari penjaga kantin, dan
adapula dari wali murid. Ketika waktunya pulang sekolah para wali murin mengambil tempat jajanan tadi sekaligus mengambil uang. Biasanya
ketika wali murid datang ke kantin digunakan oleh bapak ibu guru untuk berdiskusi mengenai kondisi anak mereka di sekolah. Tidak hanya itu,
orang tua juga dapat mengetahui perkembangan pendidikan sehingga antara orang tua dan guru memiliki tujuan yang sejalan yakni
meningkatkan pendidikan siswa.
Gambar 16: salah satu guru sedang membeli jajanan di kantin Oleh karena itu, maka didapat kesimpulan bahwa guru melakukan
pengawasan terhadap kantin sekolah. Pengawasan dilakukan secara langung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan dengan
cara memberikan pengarahan dan penjelasan langsung kepada penjaga
77
kantin, sedangkan pengawasan tidak langsung dilakukan ketika guru membeli makanan di kantin.
k. Ikut mengadakan konseling kesehatan remaja bagi siswa kelas IV-VI.
Guru kelas menyatakan bahwa konseling kesehatan remaja dilakukan pada siswa kelas tinggi. Karena siswa kelas tinggi sudah asuk
tahap remaja, dimana masa ini perkembangan seksual pada siswa sudah mulai berkembang. Hal ini dipertegas dengan pernyataan kepala sekolah
“Kalo dari sekolah ya paling guru perempuan yang memberikan konsultasi. Tapi pernah dari UGM itu fakultas kedokteran yang
memberikan penyuluhan tentang menstruasi pada anak kelas 5 dan 6. Ada juga d
ari KKN UNY juga kadang memberikan konsultasi.” Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
guru ikut mengadakan konseling kesehatan remaja kepada siswa kelas IV – VI. Konseling kesehatan remaja biasanya dilakukan pada siswa
perempuan karena pada siswa kelas IV-VI para siswi kebanyakan mulai mengalami menstruasi pertama sehingga pendidikan dasar pada masa ini
sangat dibutuhkan. l.
Melakukan pengukuran tingkat kesehatan jasmani Pengukuran tingkat kesehatan jasmani menurut guru olahraga St
dilakukan ketika pelajaran olahraga sedang berlangsung. Ketika itu akan terlihat siswa yang sehat ataupun yang tidak meskipun pengukuran
dilakukan pelalui pengamatan dan tidak tertulis. Hal senada juga disampaikan oleh guru Pn bahwa tingkat kesehatan jasmani dapat terlihat
ketika siswa berada didalam kelas, siswa kurang semangat atau tampak
78
pucat maka tingkat kesehatan jasmaninya kurang. Oleh karena itu dapat disumpilkan bahwa guru melakukan pengukuran tingkat jasmani siswa.
Berdasarkan Meity H. Idris 2014:43 guru memiliki 4 peran penting yaitu mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Oleh karena
itu, dalam memberikan pelayanan kesehatan peranan guru kurang dominan karena peran dari pihak luar sekolah yang lebih dominan.
Indikator peran guru dalam melaksanakan program UKS yang dominan dan kurang dominan dalam diri guru dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 20. Indikator peran guru dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan di sekolah.
Indikator peran guru dalam menjalankan
pendidikan kesehatan
Indikator peran yang dominan 1.
membantu melaksanakan P3P dan P3K,
2. mengadakan program dokter
kecil, 3.
melakukan pengawasan terhadap warungkantin
sekolah,
4. melakukan pengukuran
tingkat kesegaran jasmani siswa,
5. membantu pelaksanaan
imunisasi berkala, 6.
melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi maupun sikat
gigi,
7. membantu membuat surat
rujukan dari sekolah, jika siswa mengalami cedera atau
sakit. Indikator peran yang kurang
dominan
1.
melaksanakan penyuluhan
kesehatan,
2.
melaksanakan pemeriksanaan kesehatan secara berkala setiap
6 bulan, termasuk pengukuran tinggi dan berat badan,
3.
membantu penjaringan
kesehatan gigi untuk kelas 1 diikuti dengan pencabutan gigi
sulung yang sudah waktunya tangga,
4.
ikut melakukan permintaan pelayanan medik gigi dasar
untuk siswa,
5.
Ikut mengadakan konseling kesehatan remaja bagi siswa
kelas IV – VI.
79
3.
Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
a.
Ikut melaukan penghijauan perindangan
Setiap warga sekolah harus melakukan penghijauan di sekolahnya. Hal ini disampaikan oleh kepala sekolah, dan guru. Penghijauan
dilakukan dengan cara menyuruh siswa untuk membawa tanaman dari rumah. Kemudian tanaman diletakkan didepan kelas masing -masing. Ada
juga tanaman yang diletakkan di saping kelas III. Namun terdapat kendala dalam proses penghijauan ini yaitu kurangnya lahan untuk meletakkan
tanaman yang ada sehingga penghijauan tidak terlaksana dengan maksimal. Seperti yang disampaikan guru Mj:
“Kemudian untuk penghijauan atau taman sekolah itu juga sempit sekali.”
Hal ini diperkuat dengan pendapat kepala sekolah yang
menyatakan: “Iya ikut, seperti penanaman pohon. Itu ada di sebelah selatan itu
kan anak-anak yang bawa. Ya walaupun hanya sedikit karena lahannnya kan ya masih kurang, jadi ya tidak semua kelas diminta untuk membawa
pohon. Kalo biasanya itu kelas tinggi. Tapi ya karena banyak tanaman yang mati, jadi tumbuhan di sekolah ini masih sedikit.”
Hal ini didukung oleh pernyataan siswa: Dn: “Aku pernah kak.”
Ad: “aku pernah bawa unga ke kesekolah” My: “dulu pernah tapi bunganya mati.”
An: “Aku pernah bawa” Kh: “aku kemaren lupa gak bawa. Hehe”
80
Gambar 17: Tampak taman dengan tanaman yang dibawa siswa tidak terlalu banyak dan di depan kelas tidak terdapat tanaman
Penghijauan yang dilakukan di sekolah ini kurang maksimal karena keterbatasn lahan yang dimiliki. Namun berdasarkan hasil observasi
menunjukkan bahwa meskipun lahan yang dimiliki kurang, namun tanaman di sekolah tergolong cukup. Hal ini tampak ketika memasuki
lingkungan sekolah yang pertama kali dilihat adalah adanya tanaman pucuk merah di sebelah kanan, dan banyak tanaman di sebelah kiri.
Kemudian di masing-masing kelas memiliki tanaman bunga kecil-kecil. Ada juga tanaman yang digantung. Di depan tuang guru juga tersedia
tanaman hias. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa meskipun memiliki keterbatasan lahan sekolah tetap melaksanakan penghijauan.
b.
Membantu menyarankan pengadaan dan pemeliharaan tempat ibadah
Hasil wawancara memperlihatkan bahwa kepala sekolah, guru dan juga siswa menyatakan bahwa mereka ikut menjaga dan memelihara
masjid agar tetap bersih dan suci. Hal ini juga tampak dari hasil observasi bahwa masjid di sekolah tampak bersih dan rapi.
81
Gambar 10: siswa kelas 5 sedang sholat dzuhur berjamaah Selain itu sekolah menyelenggarakan sholat berjamaah dan
terjadwal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa guru membantu menyarankan pengadaan dan pemeliharaan tempat ibadah
c. Membantu melaksanakan pembinaan sekolah kawasan bebas asap rokok,
narkoba dan miras
Guru dan kepala sekolah berperan aktif dalam membantu pelaksanaan kawasan bebas asap rokok dengan cara tidak merokok di
lingkungan sekolah. Kepala sekolah mengatakan bahwa apabila ingin merokok harus mencari tempat dimana siswa tidak dapat melihatnya. Hal
ini dibenarkan ole guru olahraga, bahwa apabila mereka ingin merokok harus diluar sekolah.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Sehingga dapat disimpulkan guru
membantu melaksanakan pembinaan sekolah kawasan bebas asap rokok, narkoba dan miras. Merokok di sekolah tidak dilakukan karena akan
memberikan contoh yang buruk kepada siswa. Selain itu merokok di
82
sekolah memberikan dampak buruk bagi perokok pasif sehingga guru berusaha untuk tidak merokok di sekolah.
d. Membantu menyarankan pengadaan dan pemeliharaan tempat sampah di
tiap kelas dan tempat penampungan sampah akhir di sekolah Pengadaan tempat sampah disekolah sudah lengkap. Hal ini
disampaikan oleh guru olahraga bahwa tempat sampah diletakkan di masing-masing kelas dengan spesifikasi sendiri-sendiri yakni sampah
organic dan nonorganic. Namun terdapat kendala dalam pengolahan sampah. Hal ini disampaikan oleh guru olahraga Mj yang menyatakan
bahwa sampah-sampah yang sudah dipisahkan tadi tidak diolah kembali, namun ditumpuk menjadi satu di luar tembok sekolah. Tidak hanya itu,
warga sekitar juga ikut membuang sampah disana, sehingga luar sekolah tampak sebagai bak penampungan sampah.
Gambar 20: Tempat sampah yang ada di depan kelas
83
Berdasarkan hasil observasi tampak bahwa sampah di dalam kelas sudah tertata dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pengolahan sampah didalam sekolah sudah tetata dengan baik. e.
Membantu pengadaan dan pemeliharaan jambanWC siswa dan guru yang memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan
Gambar21 : komdisi WC sekolah Meskipun memiliki petugas kebersihan, kadang-kadang guru
juga mamantau kondisi kamar mandi siswa. Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan observasi bahwa kebersihan sekolah dilakukan oleh petugas
kebersihan yang merangkap sebagai penjaga sekolah bapak K. f.
Ikut membantu pengadaan dan pemeliharaan tempat cuci tangan setiap kelas dengan air sekolah secara tertutup
Pemeliharaan tempat cuci tangan dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini dijelaskan oleh guru Pn yang menyatakan:
Pn: “Kalo biasa cuci tangan itu ya sekitar 2010. Uda lama kok. Tapi kerannya ini baru 2012an. Ya karena kita membuat program jangka
panjang, kita buat program pembiasaan cuci tangan dari Lifeboy juga, jadi kita berinisiatif untuk membuat keran tersebut. Dari pada
84
anak antri di kamarmandi, itu kan cuma di sediain ember aja gitu, jadi tidak efektif.”
As: “Sudah lama mbak. Itu dulu kan ada program keran air dari pemerintah, terus sekolah buat keran air. Nah dari situ otomatis kan
siswa harus mencuci tangan.” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa guru
ikut membantu pengadaan dan pemeliharaan keran air di setiap kelas. Dengan adanya keran air disetiap kelas memberi dampak pada program
mencuci tangan di sekolah. Pn: “Ya untuk awal-awal program itu ya masih ngoyak-oyak ya mbak, tapi
kalau sekarang misalnya pokoknya kalau habis pelajaran mau ke kantin, ya anak-anak sudah harus cuci tangan. Itu untuk yang kelas
tinggi ya mbak, kalau untuk yang kelas rendah maklum sendiri ya namanya juga anak-anak. Malah kadang ada yang cuci kepala,
basah-basahan, sirat-siratan
.” As: “Ya dengan memberi contoh mbak, misalnya sebelum masuk kelas
saya mencuci tangan dulu, kalau mau makan cuci tangan. Kalau ndak gitu anak-anak susah. Harus sering-sering nyuruh anak-anak
buat cuci tangan. Dikelas juga kan ada pelajarannya bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar, terus ada akibatnya jika tidak
mencuci tangan dengan bersih, itu secara langsung mengajarkan anak untuk mencuci tangan. Ada lagi pernah dari Lifeboy itu
gerakan mencuci tangan bersama di sekolah. Itu anak-anak senang
sekali.” Lt: “Ya kalau bicara secara keseluruhan itu anak-anaknya bisa diajarkan
dengan baik, tapi ada beberapa yang agak susah. Namanya juga anak-anak jadi ya susah-
susah gampang.” Keberadaan keran air di sekolah sanat mendukung
peningkatan kebersihan dan kesehatan siswa. Meskipun guru telah menyediakan keran air di masing-masing kelas, namun masih ada kendala
yang dihadapi, seperti pernyataan yang disampaikan oleh guru sebagai berikut:
Pn: “Kalau secara umum ya mendukung sekali. Kecuali untuk anak- anak yang nakal. Ya namanya karakter anak kan berbeda-beda. Ada yang
85
manutan, ada yang bandel. Ya itu tadi, malah sirat-siratan. Ya secara umum ya sangat mendukung sekali.”
As: “Ya justru mendukung sekali. Anak-anak jadi jarang sakit, bersih dan tidak kumuh. Kalo mencuci tangan itu kan jadi seger, jadi selama
pelajaran itu anak tidak mudah mengantuk. Misalnya ada yang ngantuk itu saya suruh cuci tangan terus cuci muka biar seger lagi
mbak.” Lt: “Justru itu mendukung sekali mbak. Apalagi kalau kelas satu itu kan
masih suka bermain-main jadi pengawasan dari guru harus lebih ekstra lagi supaya anak-anak tidak bermain air terus. Pernah ada
yang sampai basah semua baju dan celananya, kemudian saya minta anak itu ganti karena di sekolah kan ada cadangan pakaian.”
Pernyataan diatas didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa mencuci tangan dilakukan siswa ketika akan makan,
akan masuk kelas, tangan kotor, dan setelah berolahraga. Tidak hanya siswa saja namun guru juga membiasakan mencuci tangan. Namun,
permasalahan yang dihadapi yaitu tempat mencuci tangan menjadi becek. Peneliti melihat ada satu siswa kelas 1 yang sedang mencuci lidahnya
dikarenakan ia bermain dengan tinta bolpen. Siswa tersebut mencuci mulutnya, namun sepatu dan pakaian anak tersebut menjadi basah semua
sehingga mengakibatkan guru kelas menyuruh siswa tersebut pulang ke rumah dikarenakan jam belajar sudah selesai.
86
Gambar 22: guru sedang mencuci tangan Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa siswa melakukan cuci
tangan di depan kelas ketika akann memasuki kelas. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru membantu
pengadaan dan pemeliharaan tempat cuci tangan setiap kelas dengan air sekolah secara tertutup.
g. Membantu menyarankan pengadaan dan pemeliharaan pagar yang aman
dan indah Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa pagar yang
dimiliki sekolah tidak terlalu lebar dan aman. Pagar sekolah dicat warna putih dan terdapat tulisan pedagang dilarang masuk. Pagar sekolah selalu
ditutup ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung dan akan dibuka kembali ketika memasuki waktu pulang sekolah.
87
h. Membantu menyarankan pengadaan dan pemeliharaan ruang kelas yang
memenuhi syarat kesehatan ventilasi dan pencahayaan cukup Guru memiliki peran besar dalam mengatur ruang kelasnya
masing-masing. Oleh sebab itu ruang kelas harus ditata sedemikian rupa agar siswa merasa nyaman. Hal ini didukung dengan penjelasan dari
kepala sekolah yang menyatakan bahwa: “Kalo yang kelas yg sudah ada ini ya sudah memenuhi, dari
ukuran ya sudah, tidak telalu besar dan tidak terlalu kecil. Dari jendela, pencahayaan, ukuran bangku, ya saya rasa itu sudah cukup baik. Tidak
ada kelas yang dempet-dempetan bangkunya. Yang kelas rendah itu ya karna berada persis di samping jalan raya dan otomatis kan berisik ya
masalahnya cuma itu tapi itu bukan menjadi suatu kendala. Tapi untuk
pencahayaan sudah cukup.”
Gambar 23: kondisi ruang kelas 2 Hal ini diperjelas ketika peneliti melakukan observasi
menunjukkan bahwa ruang kelas tampak nyaman bagi siswa dan tidak ada ruang kelas yang ukurannya terlalu kecil. Bahkan sekolah masih
melakukan pembangunan untuk memperbaiki infrastruktur sekolah,
88
seperti perpustakaan, UKS, kamar mandi, dan kantin sekolah. Ruang kelas semua sudah selesai diperbaiki dan sudah digunakan sepenuhnya.
Menilik penjelasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa seguru membantu dan menyarankan pengadaan dan pemeliharaan ruang
kelas yang memenuhi syarat kesehatan. i.
Membantu menyarankan pengadaan dan pemeliharaan peralatan UKS yang ideal
Pengadaan dan pemelihaan ruang UKS dilakukan oleh guru olahraga dan penjaga kebersihan sekolah. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh guru olahraga St bahwa ruang UKS dijaga dan dipelihara bersama.
Gambar 24: ruang UKS
Pengadaan dilakukan dengan cara membuat list kebutuhan kemudian jika angaran sudah ada pemenuhan kebetuhuan ruang UKS
dilengkapi. Peralatan kesehatan seperti obat-obatan, almati, stetoskop dan lain sebagainya di letakkan di ruang UKS.
89
D. Pembahasan Hasil Penelitian