EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWAKELAS X SMA NEGERI 1 SUMBERJAYA LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1

SUMBERJAYA KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Oleh

JESIKA ANGGRIA

S k r i p s i

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWAKELAS X

SMA NEGERI 1 SUMBERJAYA LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Oleh

JESIKA ANGGRIA

Salah satu jenis media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah media pembelajaran visual. Pemilihan media pembelajaran visual yang digunakan di kelas berpengaruh terhadap hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan rerata hasil belajar (pretest) geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, (2) Perbedaan rerata hasil belajar (posttest) geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, (3) Perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar geografi kelas eksperimen dan kelas kontrol, (4) Efektivitas pembelajaran menggunakan media visual.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 262 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki yaitu ketuntasan hasil belajar, maka dipilih kelas X7 dan X1 sebagai sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar geografi berupa pretest dan posttest pada materi Sejarah Pembentukan Bumi. Tenik analisis data menggunakan uji T, untuk mengolah data penelitian digunakan program SPSS 20.

Hasil penelitian ini: (1) Tidak ada perbedaan signifikan rerata hasil belajar (pretest) geografi, (2) Ada perbedaan signifikan rerata hasil belajar (posttest) geografi, (3) Ada Perbedaan peningkatan hasil belajar geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana peningkatan (gain) kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, (4) Pembelajaran Menggunakan Media Visual lebih efektif dibandingkan pembelajaran tanpa menggunakan media visual.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran ... 10

2. Pengertian Belajar... 11

3. Teori Belajar Konstruktivisme ... 12

4. Pengertian Pembelajaran ... 14

5. Pembelajaran Geografi ... 15

6. Pengertian Media Pembelajaran ... 17

7. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 19

8. Fungsi Media Pembelajaran ... 20

9. Media Pembelajaran Geografi ... 23

10. Media Visual ... 24

11. Hasi Belajar ... 26

12. Penelitian Yang Relevan ... 28

B. Kerangka Pikir ... 30


(7)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian... 33

2. Prosedur penelitian ... 33

3. Rancangan Pembelajaran ... 34

4. Desain Penelitian ... 35

B. Waktudan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ... 36

2. Tempat Penelitain... 36

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 37

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian ... 38

2. Definisi Operasional Variabel ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Tes 1. Teknik Pengumpulan Data ... 40

2. Instrumen Tes ... 40

F. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas ... 41

2. Uji Reliabilitas ... 42

3. Taraf Kesukaran ... 43

4. Daya Pembeda ... 45

G. Teknik Analisis Data 1.Uji Persyaratan Analisis Data ... 46

a. Uji Normalitas ... 46

b. Uji Homogenitas ... 46

2.Pengujian Hipotesis ... 47

3. Hipotesis Statistik ... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat... 51

2. Lokasi SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat ... 52

3. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat ... 54

4. Situasi Pengelolaan Kelas ... 55


(8)

B.Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Deskripsi Data Penelitian ... 59

a. Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 59

b. Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 61

c. Data Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 63

d. Data Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 65

2. Data Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol a. Kelas Eksperimen ... 67

b. Kelas Kontrol ... 67

C.Uji Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas ... 68

2. Uji Homogenitas ... 70

D. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis 1 ... 73

2 Hipotesis 2 ... 75

3. Hipotesis 3 ... 77

4. Hipotesis 4 ... 79

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang digunakan apabila media tersebut belum tersedia.

Menurut Hamalik (2008:2), guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi:

1. Media sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses belajar mengajar. 2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

3. Seluk-beluk proses belajar.

4. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan. 5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran. 6. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.

7. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan. 8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran. 9. Usaha inovasi dalam media pendidikan.


(10)

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi (Sadiman, 2011:11-12).

Media pembelajaran merupakan berbagai macam jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar walaupun bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perangsang kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.

Dalam memilih media pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerakan dan seterusnya) keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani (Sadiman, 2011:84).

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran disekolah pada khususnya.

Berdasarkan hasil pra-survey yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sumberjaya pada tanggal 19 Februari 2013, kemudian data diperbaharui pada tanggal 16 agustus 2013 didapatkan nilai Geografi hasil ujian blok di kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya.


(11)

Tabel 1. Nilai Geografi Siswa Kelas X SMA N 1 Sumberjaya Berdasarkan Hasil Uji blok Tahun Pelajaran 2013-2014.

Kelas KKM Jumlah

≥73(Tuntas) <73 (Tidak Tuntas)

X-1 20 (50%) 20 (50 %) 40 Siswa

X-2 17 (43,6 %) 22 (56,4 %) 39 Siswa

X-3 19 (50 %) 19 (50%) 38 Siswa

X-4 26 (68,4 %) 12 (31,6 %) 38 Siswa X-5 25 (65,8 %) 13 (34,2 %) 38 Siswa

X-6 19 (52,8%) 17 (47,2%) 36 Siswa

X-7 12 (36,4 %) 21(63,6%) 33 Siswa

Jumlah 138 (52,7 %) 124 (47,3 %) 262 Sumber : Dokumentasi Guru Geografi SMA Negeri 1 Sumberjaya TP 2013-2014

Penentuan ketuntasan belajar atau kriteria ketuntasan minimal ditentukan oleh masing-masing sekolah dengan tiga pertimbangan yaitu kemampuan tiap siswa (intake siswa), fasilitas (sarana), dan daya dukung setiap sekolah berbeda (Trianto, 2011: 241). Dengan demikian setiap sekolah dan setiap mata pelajaran memiliki KKM yang dapat berbeda dengan sekolah lain. Guru mata pelajaran Geografi SMA Negeri 1 Sumberjaya menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Geografi adalah 73. Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila siswa mencapai nilai 73 atau lebih.

Berdasarkan data ujian blok kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya diketahui bahwa hasil belajar Geografi siswa belum semua tuntas, karena sebanyak 120 siswa atau 46% belum mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Siswa yang memiliki nilai lebih dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 258 siswa atau 54%. Hal ini didukung oleh Djamarah (2010:107) yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sampai dengan 75% saja dikuasai siswa maka pembelajaran tersebut dikatakan rendah tingkat keberhasilannya.


(12)

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa hasil belajar Geografi rendah. Menurut Slameto (2010:54) dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar dirinya. Faktor yang ada dalam diri siswa antara lain kesehatan, cacat tubuh, intelegensi, perhatian, minat, sikap, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, sedangkan faktor di luar siswa antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Pembelajaran Geografi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sumberjaya belum menggunakan media pembelajaran yang variatif, guru hanya memanfaatkan media yang ada, hal ini disebabkan keterbatasan sarana yang tersedia di sekolah. Tidak tersedianya aliran listrik di dalam kelas adalah salah satu contohnya, sehingga guru hanya menggunakan media papan tulis sebagai media pembelajaran. Kelemahan dari media ini adalah siswa cenderung pasif, dan pembelajaran menjadi tidak menarik karena siswa hanya mendapatkan materi belajar berupa tulisan dan penyampaian materi dari guru berupa pesan verbal saja.

Penggunaan media pembelajaran adalah faktor dari luar siswa yang berasal lingkungan sekolah. Belum optimalnya hasil pembelajaran tersebut dikarenakan kurang tepat pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Dalam meningkatkan hasil belajar Geografi maka dalam penelitian ini akan diterapkan pembelajaran menggunakan media visual. Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar.


(13)

Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, media visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.

Menurut Edgar Dale dalam bukunya berjudul Audio Visual Method in Teaching, dalam Arsyad (2011:11) Edgar Dale mengelompokan media pembelajaran berdasarkan jenjang pengalaman yang diperoleh pembelajar.

Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dalle

Dari gambar di atas tampak bahwa pengalaman belajar dengan hanya menggunakan simbol verbal saja, tingkat konkretnya lebih rendah dibandingkan jika menggunakan simbol visual.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran di sekolah pada khususnya, sehingga dalam


(14)

penelitian ini akan diterapkan pembelajaran menggunakan media visual yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat diketahui efektivitas penggunaan media visual tersebut. Media visual yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media visual gambar diam yang dicetak berukuran besar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Hasil belajar Geografi siswa tergolong masih rendah.

2. Partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran masih rendah. 3. Tidak tersedianya fasilitas yang dapat mendukung penggunaan media. 4. Guru hanya memanfaatkan media yang sudah tersedia.

5. Pembelajaran tidak menarik dan monoton.

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas maka untuk menghemat biaya, waktu, dan keterbatasan penulis, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada:

1. Efektifitas pembelajaran menggunakan media visual.

2. Hasil belajar Geografi siswa kelas X pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi Tahun 2013-2014.

3. Peningkatan hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun 2013-2014.


(15)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan signifikan rerata pretest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

2. Apakah ada perbedaan signifikan rerata posttest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

3. Apakah ada perbedaan signifikan peningkatan (gain) hasil belajar Geografi kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

4. Apakah efektivitas pembelajaran menggunakan media visual pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi lebih tinggi daripada pembelajaran tanpa menggunakan media visual?

E. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan rerata pretest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Mengetahui perbedaan rerata posttest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

3. Mengetahui perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar Geografi kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

4. Mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan media visual pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi.


(16)

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai salah satu proses pembelajaran dalam pengaplikasian ilmu pada bidang pendidikan Geografi dan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bagi guru dan sekolah, yakni memberi masukan tentang efektivitas pembelajaran menggunakan media visual terhadap hasil belajar siswa.

3. Bagi LPTK, yakni sebagai sumbangan pemikiran tentang pemanfaatan media visual bagi pembelajaran.

4. Bagi siswa, yakni untuk meningkatkan hasil belajar Geografi siswa.

5. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan media visual dan hasil belajar.

2. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun 2013-2014

3. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun 2013-2014.


(17)

4. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013-2014. 5. Ruang Lingkup Ilmu adalah Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan menurut AECT (2004) Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien, dan menarik) dan meningkatkan kinerja.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat, atau dapat membawa hasil. Jadi Efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.

Sadiman dalam Trianto (2011:20), keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Selanjutnya menurut Tim Pembina Matakuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1988) dalam Trianto (2011:20), bahwa efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar yang baik.

Soesmosasmito dalam Trianto (2011:20) mengemukakan bahwa:

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu:


(19)

2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa. 3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa 4. (Orientasi keberhasilan belajar) diutamakan, dan

5. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan proses interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam pada saat proses belajar mengajar di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektifitas pembelajaran dalam penelitian ini dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010:2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selanjutnya Hamalik (2008:27) meyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.


(20)

Belajar merupakan perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif serta membantu integrasi pribadi.

Menurut Sadiman (2011:2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ia keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (apektif).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas mengenai pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku individu yang melakukannya. Proses individu belajar adalah suatu usaha yang merupakan hasil interaksi dan pengalaman serta latihan dengan lingkungan yang akan memberi suatu dampak perubahan bagi kehidupannya.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Adapun menurut pandangan teori konstruktivisme belajar adalah upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa, oleh sebab itu belajar menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Ada tiga potensi yang harus diubah melalui belajar, yaitu potensi intelektual (kognitif), potensi moral kepribadian (afektif), dan keterampilan mekanik/otot (psikomotorik).


(21)

Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap invidu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.

Guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaftasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing.

Berikut peranan peserta didik dan guru dalam pembelajaran konstruktivisme menurut Amri (2013: 238):

1. Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme yaitu, pertama penekanan peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna, ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

2. Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur


(22)

kognitif peserta didik. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki siswa.

Dalam upaya pengimplementasian teori belajar konstruktivisme, Tytler dalam Amri (2013) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan gagasan dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik, (5) mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

4. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Gagne dalam Sanjaya (2009:27) yang menyatakan bahwa: instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated.

Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.


(23)

Menurut Sanjaya (2009: 26) pembelajaran merupakan proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penugasan yang baik terhadap materi pembelajaran.

Sanjaya (2009:28) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik. Tujuan masing-masing perilaku dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotorik adalah berbeda-beda, maka selanjutnya memerlukan desain perencanaan pembelajaran yang berbeda juga.

5. Pembelajaran Geografi

Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris “geography” yang terdiri dari dua kata yaitu geo yang berarti bumi dan graphy (dalam bahasa Yunani graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan, atau deskripsi. Jadi pengertian Geografi dalam arti kata adalah pencitraan, pelukisan, atau deskripsi tentang keadaan bumi.


(24)

Sumaatmadja (2001:12) mengemukakan bahwa pembelajaran Geografi adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dalam kehidupan manusia dan variasi kewilayahannya yang diajarkan di sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing.

Lobeck dalam Sumadi (2003:2) menyebutkan Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan yang ada antara kehidupan dengan lingkungan fisiknya. Senada dengan hal tersebut, Bintarto dalam Waluya (2009:5) mengatakan bahwa Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional.

Pada Seminar dan Lokakarya Geografi yang diprakarsai oleh IGI (Ikatan Geografi Indonesia) sepakat merumuskan definisi Geografi yaitu ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Selanjutnya, Sumaatmadja (2001:12) mengemukakan bahwa pembelajaran Geografi adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dalam kehidupan manusia dan variasi kewilayahannya yang diajarkan di sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing.


(25)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diartikan bahwa pembelajaran Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perbedaan dan persamaan fenomena geosfer dengan sudut pandang lingkungan, wilayah, dalam konteks keruangan sesuai dengan perkembangan mental anak.

6. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2011:3) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dengan demikian yang dimaksud dengan media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima.

National Education Association dalam Rohani (1997:2) berpendapat media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.

Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Dalam pengertian ini, guru, buku, teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, potografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.


(26)

Sadiman (2011:7) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Asosiasi Pendidikan Nasional menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Sedangkan menurut asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan ( Asociation of education an communication technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (Danin, 2010:6).

Heinich dan kawan-kawan dalam Arsyad (2011:4) mengartikan media sebagai perantara yang mengantar informasi dari sumber kepada penerima. Dengan demikian televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah tergolong media. Apabila media tersebut membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud dan tujuan pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.

Secara lebih khusus Briggs dalam Sadiman (2011: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sarana fisik tersebut dapat berupa buku, film, kaset, dan film bingkai.


(27)

Dengan demikian media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat-alat grafis, potografis, atau elektronis, yang dapat digunakan untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

7. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Aqib (2013:52) media dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Media grafis (simbol-simbol komunikasi visual). 2. Media audio (dikaitkan dengan indra pendengaran). 3. Multimedia (dibantu proyektor LCD).

Berdasarkan perkembangan teknologi, Seel dan Richey dalam Arsyad (2011:29) mengelompokan media pembelajaran kedalam empat kelompok yaitu:

1. Media hasil teknologi cetak.

2. Media hasil teknologi audio-visual.

3. Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer. 4. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Leshin, Pollock, dan Reigeluth dalam Arsyad (2011:36), mengklasifikasikan media kedalam lima kelompok yaitu:

1. Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok dan field trip).

2. Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja dan lembaran lepas).


(28)

3. Media Berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan grafik, peta, gambar, transparansi, dan slide).

4. Media berbasi audio-visual (video, film, program slide tape, dan televisi). 5. Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, dan

interaktif video).

Menurut Asyhar (2012:44) Meskipun beragam jenis dan format media sudah dikembangkan dan digunakan dalam pembelajaran, namun pada dasarnya semua media tersebut dapat dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media audio visual, dan multimedia.

8. Fungsi Media Pembelajaran

Levie dan Lenzt dalam Arsyad (2011:17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.

Media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011:19), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu memotivasi minat atau tindakan, menyajikan informasi dan memberi instruksi.

Ensyclopedia Of Educational Research dalam Hamalik (2008:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:

1. Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.


(29)

3. Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.

6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.

7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Menurut Midun (2009) beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran tersebut dijelaskan sebgai berikut:

1. Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto-foto dan narasumber. Dengan demikian, peserta didik akan memiliki banyak pilihan sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing.

2. Dengan menggunakan berbagai jenis media, peserta didik akan memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran. Pengalaman yang bervariasi ini akan sangat berguna bagi peserta didik dalam menghadapi berbagai tugas dan tanggung jawab yang berbagai macam, baik dalam pendidikan, di masyarakat dan di lingkungan kerjanya.

3. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan karya wisata ke pabrik, pusat tenaga listrik, swalayan, bank, industri, pelabuhan dan sebagainya. Dengan


(30)

demikian peserta didik akan merasakan dan melihat secara langsung keterkaitan antar teori dan praktik atau memahami aplikasi ilmunya di lapangan.

4. Media pembelajaran menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi atau dilihat oleh peserta didik, baik karena ukurannya yang terlalu besar seperti sistem tata surya, terlalu kecil seperti virus, atau rentang waktu prosesnya terlalu panjang misalnya proses metamorfosa dan pelapukan batuan, atau masa kejadiannya sudah lama seperti terjadi perang uhud. Dengan media, keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat diatasi.

5. Media-media pembelajaran dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sebagai sumber informasi.

6. Media pembelajaran dapat menambah kemenarikan tampilan materi sehinnga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus mengikuti materi yang disajikan, sehingga diharapkan efektivitas belajar akan meningkat pula.

7. Media Pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berpikir kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.

8. Penggunaan media dapat menigkatkan efisiensi proses pemebelajaran, karena dengan menggunakan media dapat menjangkau peserta didik di tempat yang berbeda-beda dan di dalam ruang lingkup yang tak terbatas pada suatu waktu tertentu. Dengan media, durasi pembelajaran juga bisa dikurangi. Misalnya


(31)

guru tidak memerlukan waktu berlama-lama menjelaskan satu topik, dengan bantuan media materinya sudah bisa langsung dipahami oleh peserta didik. 9. Media pemebelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau

pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.

Sudjana dan Rivai (2001:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya hingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memerankan dan lain-lain.

9. Media Pembelajaran Geografi

Media pembelajaran Geografi digunakan untuk menggambarkan gejala-gejala Geografi yang ada di permukaan bumi. Hal ini senada dikemukakan oleh Sumaatmadja (2001:79) yang menyatakan bahwa pembelajaran Geografi hakikatnya adalah pembelajaran tentang gejala-gejala Geografi yang terjadi di


(32)

permukaan bumi.Untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi gejala-gejala tadi kepada anak didik, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyajawabkan, dan didiskusikan, melainkan harus ditunjukkan dan diperagakan.

Selanjutnya, mengingat daya jangkau dan pandangan kita terbatas, penunjukan serta peragaan itu dilakukan kedalam bentuk model permukaan bumi dan bumi itu sendiri berupa peta, atlas, dan globe. Oleh karena itu, ketiga model tersebut menjadi media pembelajaran pada proses belajar mengajar Geografi.

10. Media Visual

Menurut Vernon A. Magnesen dalam Aqib (2013:48), manusia pada hakikatnya dapat belajar melalui enam tingkatan, yaitu:

a. 10% dari apa yang dibaca. b. 20% dari apa yang didengar. c. 30% dari apa yang dilihat.

d. 50% dari apa yang dilihat dan didengar. e. 70% dari apa yang dikatakan.

f. 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Dari pendapat tersebut, jelas bahwa pembelajaran dengan apa yang dilihat lebih tinggi tingkatan pemahamannya dari apa yang hanya dibaca dan didengar.

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan.


(33)

Menurut Arsyad (2011:91) media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, media visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.

Bentuk visual dapat berupa:

1. Gambar refresentasi seperti gambar, lukisan atau foto, yang menunjukan bagaimana tampaknya sesuatu benda.

2. Diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi.

3. Peta yang menunjukan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi.

4. Grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecendrungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka.

Arsyad (2011:92) ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis visual sebagai berikut;

1. Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram. Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati karena gambar yang amat rinci dengan realisme sulit diproses dan dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya diperhatikan.

2. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

3. Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh sesuatu mengorganisasikan informasi.

4. Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat. Meskipun sebagian visual dapat dengan mudah diperoleh informasinya,


(34)

sebagian lagi memerlukan pengamatan dengan hati-hati. Untuk visual yang kompleks siswa perlu diminta untuk mengamatinya, kemudian mengungkapkan sesuatu mengenai visual tersebut setelah menganalisis dan memikirkan informasi yang terkandung dalam visual itu. Jika perlu, siswa diarahkan kepada informasi penting secara rinci.

5. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep yang divisualkan secara berdampingan.

6. Hindari visual yang tak berimbang.

7. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.

8. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca.

9. Visual, khususnya diagram, amat membantu mempelajari materi yang agak kompleks.

10. Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus akan efektif apabila:

a. Jumlah objek dalam visual yang akan ditafsirkan dengan benar dijaga agar terbatas.

b. Jumlah aksi terpisah yang penting yang pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar sebaiknya terbatas.

c. Semua objek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan secara realistis sehingga tidak terjadi penafsiran ganda.

11. Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi.

12. Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk:

a. Menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, seperti lumpur, kemiskinan dan lain-lain.

b. Memberi nama orang, tempat, atau objek.

c. Menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya.

d. Menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan, atau katakan.

13. Warna harus digunakan secara realistik.

14. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponnen-komponen.

11. Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2008: 155) tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.


(35)

Menurut Dimyati (2002: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.

Menurut Hamalik (2008: 146), hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar merupakan indikator sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran. Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa, dan merupakan bukti adanya proses pembelajaran antara guru dan siswa. Menurut Hamalik (2008: 30) hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: a). Pengetahuan, b). Pengertian, c). Kebiasaan, d). Keterampilan, e). Apresiasi, f). Emosional, g). Hubungan sosial, h). Jasmani, i). Etis atau budi pekerti, dan j). Sikap.

Menurut Thoha (1994:8) dalam bidang hasil belajar, tujuan evaluasi yaitu: a. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik.

b. Untuk mengukur keberhasilan mereka baik secara individu maupun kelompok.


(36)

12. Penelitian Yang Relevan

a. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Mawar Ramadhani pada tahun 2010, dengan judul Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Kalasan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi ekperiment dengan pola Pretest-Postest Control Group Design. Dalam rancangan ini mengambil dua kelompok (eksperimen dan kontrol) dari populasi tertentu. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran yang sama, lalu dibandingkan hasilnya. Dari nilai rata-rata posttest terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen yaitu 86,09 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 80,34. Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui selisih tes awal dan tes akhir kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan.

b. Sujarwati 2012, dengan judul Hubungan Antara Gaya Belajar Visual, Audiotorial, Dan Kinestetik Dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional, dimana hasil penelitian terdapat adanya hubungan antara gaya belajar visual, audiotorial, dan kinestetik dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas XII SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa yang dominan pada gaya belajar visual, audiotorial, dan


(37)

kinestetik secara berturut-turut adalah 27 siswa (42,86%), 22 siswa (34,92%), 14 siswa (22,22%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang paling banyak dimiliki siwa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

c. Helda Wahyuni (2012), berjudul Pengaruh Media Nyata Dan Media Gambar Terhadap Peningkatan Minat Dan Keterampilan Proses Dasar IPA Peserta Didik Kelas VII SMP Angkingang. Penelitian ini adalah penelitian quasi-experimental dengan Pretest-postest non-equivalent multiple-group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan. Sampel penelitian diambil secara purposive (bertujuan).

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penggunaan media nyata dalam pembelajaran IPA mampu meningkatkan minat dan keterampilan proses dasar IPA peserta didik kelas VIII SMPN 1 Angkinang, 2) Penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPA mampu meningkatkan minat dan keterampilan proses dasar IPA peserta didik kelas VIII SMPN 1 Angkinang, dan 3) Peningkatan minat dan keterampilan proses dasar IPA peserta didik kelas VIII SMPN 1 Angkinang disebabkan adanya perbedaan pengaruh penggunaan media nyata dan media gambar dalam pembelajaran IPA.


(38)

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran Geografi dapat dikatakan berkualitas dan efektif apabila hasil belajar siswa dapat meningkat dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapakan pembelajaran menggunakan media visual pada saat proses pembelajaran. Dalam hal ini tugas guru sebagai tenaga pendidik harus mempunyai keterampilan dalm membuat media pembelajaran agar materi yang sulit dimengerti siswa dapat dipahami dengan baik.

Dengan pembelajaran menggunakan media visual, siswa akan mampu meningkatkan pemahaman, lebih mudah mengingat, meningkatkan pengetahuannya yang relevan dengan dunia nyata, mendorong mereka penuh pemikiran, kerja sama, kecakapan belajar, dan kepercayaan diri siswa.

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan pretest pada kedua kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian kelas eksperimen akan diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media visual sedangkan kelas kontrol menerapkan pembelajaran tanpa menggunakan media visual. Setelah itu diadakan posttest untuk mengetahui hasil belajar guna mengukur keefektifan pembelajaran menggunakan media visual.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir tersebut dapat diilustrasikan dalam diagram berikut ini:


(39)

Gambar 2. Bagan alur kerangka pikir C. Hipotesis Penelitian

Nasution (2008:38) mengatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan tentang suatu hal yang bersifat sementara yang belum dibuktikan kebenarannya secara empiris.

Berdasarkan landasan teori tersebut dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian yang diajukan dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan signifikan rerata hasil belajar pretest Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelas X 7

Pretest

Pembelajaran menggunakan media visual

Posttest

Efektivitas Media Visual Terhadap hasil

Belajar

Kelas X 1

Pembelajaran tanpa menggunakan media visual

Posttest Pretest

G a i n

G a i n


(40)

2. Ada perbedaan signifikan rerata hasil belajar posttest Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Ada perbedaan signifikan peningkatan (gain) hasil belajar Geografi kelas antara eksperimen kelas kontrol.

4. Efektivitas pembelajaran menggunakan media visual pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi lebih efektif dibandingkan pembelajaran tanpa menggunakan media visual.


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Eksperimen semu adalah jenis komparasi yang membandingkan pengaruh pemberian suatu perlakuan (Treatment) pada suatu objek (kelompok eksperimen) serta melihat besar pengaruh perlakuannya (Arikunto, 2010:77).

2. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan penelitian pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.

b. Memberikan tes awal (pretest) pada semua subjek penelitian. Tes ini juga berguna untuk mengetahui kemampuan awalserta kesetaraan kedua kelompok eksperimen.

c. Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan kontrol.Pada kelompok eksperimen, guru menerapkan pembelajaran menggunakan mediavisual, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.Guru membagikan materi pelajaran dan soal yang menggunakan media visual ditiap kelompok yang akan dibahas kemudian tiap kelompok akan membahas


(42)

materi dan soal tersebut. Kemudian siswa akan mencari tahu sendiri materi yang belum dipahami dengan mendiskusikannya dengan teman satu kelompok. Diakhir pembelajaran guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang baru diajarkan.

d. Memberikan tes yang sama pada kedua kelompok kepada kelompok pada akhir pembelajaran. Tes tersebut berguna untuk mengetahui kondisi subjek yang berkenaan dengan variabel dependen.

e. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai. f. Menarik kesimpuan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

3. Rancangan Pembelajaran a. Tahap Perencanaan

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama dengan guru mata pelajaran Geografi.

2. Membuat soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

3. Menyusun materi pembelajaran menggunakan media visual yang akan diberikan kepada siswa pada saat belajar.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Mengambil nilai pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sebagai acuan dalam pembagian kelompok.

2. Prosedur pelaksanaan pembelajaran yaitu pembelajaran mengunakan media visualdan pembelajaran tanpa menggunakan media visual pada pokok bahasansejarah pembentukan bumi.

3. Mengambil nilai posttest untuk mengetahui kemampuan dan hasil akhir siswa.


(43)

4. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain terdapat dua kelompok, kemudian kedua kelompok diberi pretest. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan (A) dan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan (Sugiyono, 2010:76). Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel 2. Rancangan Penelitian

Kelas Pretest(T1) Treatment Postest(T2)

Eksperimen (1) X1T1 Media Visual (A) X1T2

Kontrol (2) K2T1 Tanpa Media Visual (B) K2T2

Keterangan :

A1T1 : Nilai pretest kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan pembelajaranmenggunakan media visual

A1T2 : Nilai posttest kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaranmenggunakan media visual

B2T1 : Nilai pretest kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media visual

B2T2 : Nilai posttest kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media visual


(44)

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menyesuaikan kalender pendidikan SMAN 1 Sumberjaya, yaitu pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sumberjaya, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono (2010: 117) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Sumberjaya tahun pelajaran 2012-2013 yang terdiri atas 7 kelas dengan jumlah 262 siswa.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014. Pemilihan siswa kelas X sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa:

a. Belum disibukkan dengan kegiatan ujian akhir nasional

b. Waktu belajar di sekolah yang singkat, sehingga perlu menggunakan media yang sederhana, efektif dan mudah dipahami dengan cepat.

c. Untuk memberikan variasi media pembelajaran, sehingga kualitas pembelajaran meningkat.


(45)

Rekapitulasi jumlah siswa dan ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.Populasi Penelitian Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya Tahun

2013-2014

No Kelas Jumlah Siswa

1 X 1 40

2 X2 39

3 X3 38

4 X4 38

5 X 5 38

6 X 6 36

7 X 7 33

Total 262

Sumber: Dokumentasi Guru Geografi SMA Negeri 1 Sumberjaya

2. Sampel

Sampel adalah memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi (Nasution, 2008: 86). Sampel penelitian ini adalah dua kelas.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik puposive sampling. Teknik ini digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya (Sudjana dan Rivai, 2010:96).

Penentuan sampel penelitian memperhatikanciri-ciri relatif yang dimiliki. Adapun ciri-ciri tersebut yaitu siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama, pembagian kelasnya menggunakan sistem acak, memperoleh jumlah jam pelajaran Geografi yang sama, dan jumlah siswa yang tuntas belajar relatif sama. Selain itu penetuan sampel juga dilakukan dengan memilih kelas yang memiliki hasil uji blok terendah.


(46)

Berdasarkan atas pertimbangan tersebut, ditetapkan kelas X7 sebagai kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran menggunakan media visual dan kelas X1 sebagai kelas kontrol tanpa menggunakan media visual. Jumlah sampel penelitian ini adalah 73 siswa. Rincian sampel penelitian dapat dilihat pada Tabelberikut:

Tabel 4.Sampel Penelitian Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Sumberjaya. No Kelas Jumlah Siswa

1 X1 40

2 X7 33

Total 73

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penarikan Sampel

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010: 61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini hanya terdapat variabel tunggal yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi yang membahas mengenai sejarah pembentukan bumi pada kelas X SMA Negeri 1 Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat Tahun 2013-2014.


(47)

2. Definisi Operasional Variabel a. Media Visual

Media visual (image atau perumpamaan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambar yang dicetak dengan ukuran besar.Media visual dikatakan baik dan efektif jika terdapat unsur kesederhanaan dalam gambar tersebut, warna dibuat semenarik mungkin dan tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar Geografi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan tingkah laku setelah mengikuti pembelajaran pada materi sejarah pembentukan bumiyaitu tiga kali pertemuan, dan dapat diukur dengan tes (pretest dan posttest). Bentuk tes yang diberikan adalah tes pilihan ganda. Soal pretest dan posttest merupakan soal yang sama.

Jumlah butir tes pilihan ganda adalah 25 soal. Perhitungan hasil belajar atau nilai siswa dilakukan dengan cara jumlah jawaban benar pada tes dikali empat, sedangkan jawaban salah dikali nol. Siswa dikatakan berhasil apabila nilai yang

dicapai ≥ 73 dan dikatakan tidak berhasil jika nilai yang diperoleh < 73. Hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah kognitif.


(48)

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Tes 1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai Geografi siswa kelas X SMAN 1 Sumberjaya tahun pelajaran 2013-2014.

b. Tes

Metode tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa sebelum dan setelah proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu diuji cobakan kepada sepuluh orang siswa dalam populasi di luar sampel, kemudian hasil uji coba tersebut dianalisis menggunakan program anates untuk mengetahui uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap butir tes. Bentuk Tes yang diberikan pada saat ujicoba adalah tes pilihan ganda. Jumlah butir tes adalah 25 soal, evaluasi dilakukan dengan cara pretest dan posttest.

F. Uji Persyaratan Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan pada awal sebelum eksperimen (Pretest) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dan tes sesudah eksperimen dilakukan (Posttest) yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar Geografi siswa. Sebelum pretest dan posttest diberikan kepada siswa maka terlebih dahulu diadakan uji coba tes atau instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda soal.


(49)

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2007:160). Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi, yaitu ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Penyusunan soal tes diawali dengan kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal disusun dengan memperhatikan setiap indikator yang ingin dicapai.

Tabel 5. Kriteria uji validitas

No korelasi Keterangan

1 0,801 – 1,00 Validitas sangat tinggi 2 0,601 – 0,800 Validitas tinggi

3 0,401 – 0,600 Validitas sedang 4 0,201 – 0,400 Validitas rendah

5 0,001 – 0,200 Validitas sangat rendah

6 ≤ 0,00 Tidak valid

Sumber: Arikunto (2007:70)

Berdasarkan hasil ujicoba tes kepada 10 siswa diperoleh perhitungan validitas tes sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil uji validitas soal

Nomor Soal Kriteria Keputusan

1 Valid Digunakan

2 Valid Digunakan

3 Valid Digunakan

4 Valid Digunakan

5 Valid Digunakan

6 Valid Digunakan

7 Valid Digunakan

8 Valid Digunakan

9 Valid Digunakan

10 Valid Digunakan

11 Valid Digunakan

12 Valid Digunakan


(50)

Nomor Soal Kriteria Keputusan

14 Valid Digunakan

15 Valid Digunakan

16 Valid Digunakan

17 Valid Digunakan

18 Valid Digunakan

19 Valid Digunakan

20 Valid Digunakan

21 Valid Digunakan

22 Valid Digunakan

23 Valid Digunakan

24 Valid Digunakan

25 Tidak Valid Digunakan (direvisi) Sumber: Lampiran Lima

Dari tabel uji validitas soal diketahui bahwa 24 butir soal valid.Sedangkan, 1 butir soal tidak valid. Soal yang valid dapat digunakan untuk penelitian dan soal yang tidak valid juga digunakan untuk penelitian namun dilakukan revisi. Sehingga, jumlah soal yang dapat digunakan untuk penelitian sebanyak 25 soal pilihan ganda, keseluruhan soal rata-rata memiliki tingkat validitas sedang yaitu pada korelasi 0,401-0,600, soal tersebut digunakan untuk pretest dan posttest.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan hasil tes apabila diteskan kepada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap terhadap subjek yang sama. Proses input dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9.


(51)

Tabel 7. Kriteria uji reliabilitas

No Nilai Tes Keterangan 1 0,800 – 1,00 Sangat tinggi 2 0,600 – 0,799 Tinggi 3 0,400 – 0,599 Cukup 4 0,200 – 0,399 Rendah

5 0,00 – 0,199 Sangat Rendah Sumber: Arikunto (2007:75)

Berdasarkan hasil analisis ujicoba tes yang dilakukan pada 10 siswa uji coba, maka diperoleh koefisien reliabilitas dengan koefisien reliabilitas soal 0,78 sehingga reabilitas soal digolongkan tinggi.

3. Taraf Kesukaran

Suatu soal yang baik adalah jika soal itu tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Taraf kesukaran soal yang baik jika memiliki taraf kesukaran sedang. Proses input dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9.

Untuk mengklasifikasikan tingkat taraf kesukaran soal, digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 8. Kriteria tingkat kesukaran

No Tingkat Kesukaran Keterangan 1 > 70 % Soal Mudah 2 30% - 70 % Soal Sedang 3 <30% Soal Sukar Sumber: Arikunto (2007:210)

Berdasarkan hasil ujicoba tes kepada 10 siswa, dimana soal berjumlah 25 soal pilihan ganda, maka diperoleh perhitungan taraf kesukaran tes sebagai berikut:


(52)

Tabel 9. Hasil Uji Coba Taraf Kesukaran Soal

Nomor Soal Kriteria Keputusan

1 Mudah Digunakan

2 Sedang Digunakan

3 Mudah Digunakan

4 Sedang Digunakan

5 Sedang Digunakan

6 Sukar Digunakan

7 Sukar Digunakan

8 Sedang Digunakan

9 Sukar Digunakan

10 Sedang Digunakan

11 Sedang Digunakan

12 Sedang Digunakan

13 Sedang Digunakan

14 Sedang Digunakan

15 Sedang Digunakan

16 Sedang Digunakan

17 Sukar Digunakan

18 Sedang Digunakan

19 Sedang Digunakan

20 Sedang Digunakan

21 Sedang Digunakan

22 Sedang Digunakan

23 Sedang Digunakan

24 Sukar Digunakan

25 Sedang Digunakan (direvisi)

Sumber: Lampiran lima

Setelah dilakukan uji coba soal sebanyak 25 butir soal kepada 10 siswa, diketahui bahwa soal dengan kriteria sukar sebanyak 5 soal (20%) , soal sedang sebanyak 17 soal (68%),sedangkan soal dengan kriteria mudah sebanyak 3soal (12%). Sesuai dengan kriteria taraf kesukaran pada tabel 3.7 maka soal ini mempunyai taraf kesukaran yang baik.


(53)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto,2007:211). Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang memiliki indeks diskriminasi 0,40 sampai 0,70. Proses input dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9.

Untuk mengklasifikasikan tingkat daya pembeda digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 10. Kriteria daya pembeda soal

No Indeks Daya Pembeda Tingkat Daya Pembeda

1 0,00 – 0,20 Jelek

2 0,20 – 0,40 Cukup

3 0,40 – 0,70 Baik

4 0,70 – 1,00 Baik Sekali Sumber: Arikunto (2007:218)

Adapun hasil perhitungan daya pembeda soal sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Uji Coba Daya Pembeda Soal

No Kriteria Nomor Soal Jumlah %

1 Jelek 25 1 4

2 Cukup 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 14, 18, 21, 23, 24 14 56

3 Baik 6, 10, 13, 15, 16, 22 6 24

4 Baik Sekali 11, 17, 19, 20 4 16

Sumber: Lampiran lima

Setelah dilakukan uji coba soal sebanyak 25 butir soal kepada 10 siswa, diketahui bahwa soal dengan daya beda jelek sebanyak 5 soal. Soal dengan daya beda cukup sebanyak 12 soal. Sedangkan soal dengan daya beda baik sebanyak 5 soal dan soal dengan daya pembeda baik sekali sebanyak 3 soal. Sesuai dengan kriteria tersebut bawa soal ini mempunya daya beda yang cukup baik.


(54)

G. Teknik Analisis Data

Setelah sampel diberi perlakuan, data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan belajar peserta didik kelas eksperimen.Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan sebagai berikut.

1. Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi untuk melakukan uji hipotesis dengan uji t. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data sampel yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak.

Kelompok yang akan diuji normalisasinya berjumlah dua kelompok, yang masing-masing terdiri dari:

a. Kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media visual (kelompok eksperimen)

b. Kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah tanpa menggunakan media visual.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan syarat yang kedua untuk melakukan uji hipotesis dengan uji t. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua data yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut memiliki varians yang sama atau


(55)

sebaliknya (Arikunto, 2007:136). Perhitungan mengenai homogenitas dalam penelitian menggunakan program seri program statistik (SPSS 20).

Dalam hal ini berlaku ketentuan apabila nilai signifikansi (sig.) < 0,05 berarti data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama, apabila nilai signifikansi (sig.) > 0,05 berarti data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama (Santoso, 2012:193).

2. Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dianalisis secara bertahap sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik yang digunakan untuk melihat perbedaan pembelajaran menggunakan media visual dan pembelajaran tanpa menggunakan media visual yaitu dengan melakukan uji beda mean (uji t).

Untuk dapat menguji dengan uji bedamean (uji t) dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data siswa masing-masing kelompok.

b. Menskor setiap data siswa sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat lebih dulu. Merangkum data siswa dalam bentuk tabel.

c. Menentukan skor rerata dan standar deviasi dari data yang diperoleh darimasing-masing kelompok dalam bentuk tabel.

d. Melakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan terhadap seluruh sel yang ada, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui kenormalan kelompok data (skor).


(56)

f. Melakukan uji hipotesis, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda mean (uji t). Dalam perhitunganya digunakan program SPSS 20.

3. Hipotesis Statistik

Menggunakan hipotesis statistik, karena penelitian menggunakan data sampel yang diambil dari populasi. Dugaan apakah data sampel itu dapat diberlakukan ke populasi, dinamakan hipotesis statistik, (Sugiyono, 2012:64). Hipotesis statistik yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut.

Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah:

Hipotesis Pertama

Ho :Tidak ada perbedaan signifikan rerata pretesthasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ha :Ada perbedaan signifikan rerata pretesthasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dapat ditulis hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho : µ1=µ2

Ha : µ1≠ µ2

Keterangan:

µ1 : Rerata pretest kelas eksperimen µ2 : Rerata posttest kelas kontrol


(57)

Kriteria pengujian:

Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dengan taraf kepercayaan 5% (α = 0,05), sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman, 2011:94).

Hipotesis Kedua

Ho : Tidak ada perbedaan signifikan rerata posttesthasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ha : Ada perbedaan signifikan rerata posttesthasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dapat ditulis hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho : µ1= μ2

Ha : µ1 ≠ μ2 Keterangan:

µ1 : Nilai posttest kelas eksperimen µ2 : Nilaiposttest kelas kontrol Kriteria Uji:

Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dengan taraf kepercayaan 5% (α = 0,05), sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman, 2011:94).

Hipotesis Ketiga

Ho : Tidak ada perbedaan signifikan peningkatan (gain)hasil belajar Geografi antara kelas ekperimen dan kelas kontrol.

Ha : Ada perbedaan signifikan peningkatan (gain) hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(58)

Dapat ditulis hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Keterangan:

µ1 : Peningkatan (Gain) hasil belajar Geografi kelas eksperimen µ2 : Peningkatan (Gain) hasil belajar Geografi kelas kontrol

Kriteria pengujian:

Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dengan taraf kepercayaan 5% (α = 0,05), sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman, 2011:94).

Hipotesis Keempat

Ho :Efektivitas pembelajaran menggunakan media visual pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi kurang efektif dibandingkan pembelajaran tanpa menggunakan media media visual.

Ha :Efektivitas pembelajaran menggunakan media visual pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi lebih tinggi daripada pembelajaran tanpa menggunakan media media visual.

Kriteria pengujian:

Dengan kriteria jika ketuntasan belajar kelas eksperimen kurang dari kelas kontrol maka Ho diterima, sebaliknya jika ketuntasan belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol maka Ho ditolak. Pengujian dilakukan dengan melihat peningkatan(gain) hasil belajar Geografi siswa.


(59)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai rerata pretest hasil belajar Geografi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda. Hal ini disebabkan oleh belum diberikannya perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga siswa masih mempunyai kemampuan yang sama.

2. Nilai rerata posttest hasil belajar Geografi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh diberikannya perlakuan pembelajaran menngunakan media visual pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol menerapkan pembelajaran tanpa menggunakan media visual sehingga hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

3. Rerata gain hasil belajar Geografi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan kelas ekperimen telah diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media visual sehingga peningkatan (gain) hasil belajarnya lebih tinggi dari pada kelas kontrol. 4. Pembelajaran menggunakan media visual lebih efektif dibandingkan dengan

pembelajaran tanpa menggunkan media visual, hal ini dapat dilihat dari peningkatan (gain) hasil belajar.


(60)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan pembelajaran menggunakan media visual, saran yang dapat dikemukakan yaitu:

1. Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting dalam memenuhi kriteria ketuntasan belajar, oleh karena itu sebaiknya guru hendaknya dapat lebih kreatif lagi dalam memberikan materi pelajaran, salah satunya dengan menggunakan variasi pembelajaran seperti dengan menggunkan media visual. Hal ini terbukti pembelajaran dengan menggunakan media visual pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan tanpa menggunakan media visual.

2. Sebagai salah satu langkah yang dilakukan untuk mewujudkan misi SMA Negeri 1 Sumberjaya yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan bimbingan yang efektif dan efisien berdasar Kurikulum dan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi (KSPBK), sebaiknya guru menerapkan media visual sebagai media pembelajaran, karena terbukti pembelajaran menggunakan media visual efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa di kelas pada saat proses belajar mengajar yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar siswa.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Amri, Sopan, 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Yogyakarta.

________________. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Asyar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Referensi: Jakarta.

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual (inovatif). Yrama Widya: Bandung.

Danin, Sudarwan. 2010. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta: Jakarta.

Midun, Hendrikus. 2009. Sumber Dan Media Pembelajaran, Bahan Ajar. Prodi PGSD STKIP Santa Paulus Ruteng Flores: NTT.


(62)

Nasution. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta: Jakarta.

Rusman, Tedi. 2011. Modul Aplikasi Statistik Penelitian dengan SPSS. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Sadiman, Arif. 2011. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran.. Prenada Media Group: Jakarta.

Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Elex Media Komputindo: Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Sudjana dan Rivai. 2001. Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo: Bandung.

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. CV Alfabeta: Bandung.

Sulaiman, Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual Untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan. Gramedia: Jakarta.

Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara: Jakarta.

Sumadi. 2003. Filsafat Geografi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Thoha, M. Chabib. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.


(63)

Trianto. 2011. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media: Surabaya.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Karya Ilmiah

Nurdin, Muhammad. 2012. Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Dengan Kemampuan Awal Berbeda Melalui Pembelajaran Kooperatif Di SMAN 1 Purbolinggo. (Skripsi) Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Ramadhani, Mawar. 2010. Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Kalasan. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Sujarwati. 2012. Hubungan Antara Belajar Visual, Audiotorial Dan Kinestetik Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII SMA Mutiara Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011. (Skripsi) Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Helda Wahyuni. 2012. Pengaruh Penggunaan Media Nyata Dan Media Gambar Terhadap Peningkatan Minat Dan Keterampilan Proses

Dasar Ipa Peserta Didik Kelas VIII Smpn 1 Angkinang. (Tesis) Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta

Referensi Internet

Agung Prabowo. 2011. Media Visual.

(http://agung030492.blogspot.com/2011/06/media-audio_14.html. Diakses pukul 15.54 WIB tanggal 11/09/2013)

Entri. 2012. media pembelajaran menggunakan gambar diam.

http://deozyblogger.blogspot.com/p/media-pembelajaran-menggunakan-gambar.html. Diaksespukul 15:50 WIB tanggal 11/09/2013)


(64)

(65)

REKAPITULASI HASIL BELAJAR GEOGRAFI BERDASARKAN NILAI UJI BLOK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUMBERJAYA TAHUN

PELAJARAN 2013-2014

Kelas KKM Jumlah

≥73(Tuntas) <73 (Tidak Tuntas)

X-1 20 20 40 Siswa

X-2 17 22 39 Siswa

X-3 19 19 38 Siswa

X-4 26 12 38 Siswa

X-5 25 13 38 Siswa

X-6 19 17 36 Siswa

X-7 12 21 33 Siswa


(66)

SILABUS

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat Mata pelajaran : Geografi

Kelas/Semester : X/1

Standar Kompetensi : 2. Memahami Sejarah Pembentukan Bumi Kompetensi Dasar : 2.1. Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran

Materi Pokok Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber bahan/Alat

(1) (2) (3) (4) (5)

1.Proses terjadinya bumi 2.Karakteristik pelapisan bumi 3.Teori lempeng tektonik 1.Menganalisis teori terjadinya bumi

2.Mengidentifikasi karakteristik pelapisan bumi 3. teori lempeng tektonik dan kaitannya dengan persebaran gunung api dan gempa bumi Tugas kelompok, kuis, ulangan, Bentuk instrumen: Laporan tertulis dan penilaian sikap

4 jam pelajaran

Geografi SMA Kelas X

Lampung Barat, Juli 2013


(67)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen)

A. Identitas

Sekolah : SMA Negeri 1 Sumberjaya Mata Pelajaran : Geografi

Kelas/Semester : X/1 Pertemuan ke : 1

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi : Memahami sejarah pembentukan bumi Kompetensi Dasar : Menjelaskan sejarah pembentukam bumi

B. Indikator 1. Kognitif a. Produk

- Menganalisis teori terjadinya bumi - Menjelaskan perkembangan muka bumi b. Proses

- Menguraikan teori terjadinya bumi - Menguraikan pekembangan muka bumi 2. Afektif

a. Karakter

Menghargai pendapat orang lain b. Keterampilan sosial

Mampu mengungkapkan pendapat sendiri, dan kerja keras

C. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

a. Produk

- Siswa mampu menganalisis teori terjadinya bumi - Siswa mampu menjelaskan perkembangan muka bumi


(68)

b. Proses

- Siswa mampu menguraikan teori terjadinya bumi - Siswa mampu menguraikan perkembangan muka bumi 2. Afektif

a. Karakter

Siswa mampu menunjukan prilaku menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan beradaptasi

b. Keterampilan sosial

Selama melaksanakan proses pembelajaran siswa dapat mengungkapkan pendapat sendiri.

D. Materi Pembelajaran

A. Sejarah Pembentukan Bumi

Munculnya teori pergeseran benua yang dikemukakan oleh Alfred Wegener telah membawa perdebatan dikalangan para ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam. Pendapat Wegener telah menggeser teori kontraksi.

1. Teori Apungan Benua oleh Alfred Wegener (1910)

Menurut Wegener benua-benua ini terdiri atas batuan sial (silicium dan alumunium) terapung-terapung pada lapisan sima (silicium dan magnesium) yang berat jenisnya lebih besar. (berat jenis lapisan sial sama dengan 2,8 dan lapisan sima sama dengan 3,2). Benua itu bergerak menuju equator dan kebarat.

Bukti benua bergeser ada beberapa bukti, misalnya Grendland menjauh jaraknya dari Eropa tiap tahun bertambah 36 meter, dan Amerika Utara betambah 0,32 meter tiap tahun.

Alfred Wegener mengatakan bahwa seluruh kontinen yang ada sekarang dulunya bersatu, disebut namanya benua Pangea. Pada akhir zaman karbon (kurang lebih 300 juta tahun yang lalu) Amrika Utara masih bersatu dengan kontinen Eurasia dan Amerika Selatan bergabung denagn kontinen Afrika. Benua-benua dibelahan bumi selatan seperti Australia dan Antartika juga bersatu dengan masa benua tersebut diatas.


(1)

41 Andri Gugun, S.Pd S1 Penjaskes

42 Agus Sumitro Amd D3 TIK

43 Bahrudin 19650827 198901 1 002 SMA 44 Adang Rusiamat 19680828 198901 1 001 SMA

45 Hono 19590117 198801 1 002 SLTP

46 Dahlan Efendi SMA

47 Endang K, Amd D2

48 Apong Kaswati amd D2

49 Yuni Aprida Amd D3

50 Suningsih SMA

51 Ilman Nurhidayah SMA

52 Asrianto SMA

53 Asep Saefullah SMA

54 Hartono STM B.Gedung

55 Sonimin STM

56 Aam Suhaya SD


(2)

Kelas

JML LOKA

L

JUMLAH SISWA JML

X XI XII JM L

X XI XII

L K

P R

JML L K

P R

JML L K P R J M L

7 6 6 18 16 12

7 13

5

262 80 14 3

223 67 12 9

19 6

681


(3)

Sarana Fisik SMA Negeri 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun 2013/2014

No Nama Sarana Jumlah

1 Ruang Belajar/Kelas 16

2 Ruang Kepala sekolah 1

3 Ruang guru 1

4 Ruang Tata Usaha 1

5 Ruang Perpustakaan 1

6 Ruang Laboratorium IPA/IPS 3

7 Ruang Keterampilan -

8 Ruang Gudang 1

9 Ruang BP 1

10 Ruang Wakil Kepala sekolah 1

11 Mushola 1

12 WC 3

13 Ruang Komputer 1

14 Ruang Praktik -

15 Rumah Penjaga Sekolah 1

16 Ruang Lain-Lain 1

Total Sarana 33


(4)

Gambar. Guru dan Peneliti bekerjasama dalam proses pembelajaran


(5)

Gambar. Pembelajaran menggunakan media visual


(6)

Gambar. Siswa menjelasakan hasil diskusi dan pengamatan media visual


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER MENGGUNAKAN MEDIA PETA TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 12 62

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 5 71

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 5 70

PEMANFAATAN MEDIA POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA AL ISMAILYUN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 46

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA DENGAN GAMBAR CETAK TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BANDAR SRIBHAWONO LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 101

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2013-2014

1 25 186

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2013/2014

3 16 92

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI POKOK SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI PADA KELAS X

0 7 82

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014.

0 0 19

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWAKELAS X SMA NEGERI 6 LUBUKLINGGAU

0 0 9