D. Pengertian Likuiditas
Menurut Weston J. Fred dan Eugene Brigham 2004:57, “likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya bila jatuh tempo”. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa likuiditas adalah
hubungan atau perbandingan antara kewajiban finansialnya harus dipenuhi pada tahun berjalan dengan kemampuan yang dimiliki perusahaan yaitu aktiva lancar.
Apabila perusahaan memiliki kemampuan memenuhi kewajiban finansialnya maka dapat dikatakan likuid, dan sebaliknya perusahaan yang tidak mampu
membayarnya maka perusahaan tersebut dikatakan inlikuid. Berpedoman pada likuiditas, untuk dapat membiayai suatu aktiva tertentu perlu diusahakan agar jangka
waktu pembayaran modal yang dipinjam tidak lebih singkat dari jangka waktu pengggunaan modal atau jangka waktu terikatnya modal tersebut dalam perusahaan.
Dalam menghitung kemampuan perusahaan membayar hutang yang akan jatuh tempo digunakan beberapa rasio likuiditas, yaitu:
1. Current Ratio
Adalah suatu cara untuk menghitung kemampuan membayar hutang lancar dengan jalan membandingkan total aktiva lancar dengan total hutang lancar.
Rumus : Current ratio =
Lancar Hutang
Lancar Aktiva
x 100 Ratio ini menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek.
Semakin tinggi tingkat current ratio, berarti semakin likuidlah perusahaan
tersebut. Current ratio umumnya digunakan sebagai standar adalah 200 atau 2 : 1, artinya bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh Rp. 2,- aktiva lancar.
2. Quick ratio atau Acid test ratio
Fungsi dan kegunaan ratio ini sama dengan current ratio. Perbedaannya terletak pada rumusnya, yaitu:
Rumus : Quick ratio =
Lancar Hutang
Persediaan -
Lancar Aktiva
Quick ratio sering digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan adalah karena secara umum persediaan dalam aktiva lancar adalah merupakan komponen
yang kurang cair dibandingkan dengan kas, surat – surat berharga, dan piutang. Banyak orang berpendapat bahwa dilihat dari quick ratio 100 dianggap baik.
Akan tetapi sebenarnya quick ratio yang tepat tergantung pada kepastian cash flow dari perusahaan. Untuk mengukur likuiditas perusahaan sering digunakan
current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Apabila perusahaan mempunyai persediaan yang sulit dicairkan maka quick
ratio dan cash ratio dapat digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan. 3.
Cash ratio atau Absolute liquidity ratio Sering pula terjadi current ratio dan quick ratio dianggap tidak cukup untuk
mengukur likuiditas perusahaan walaupun struktur aktiva lancar maupun komposisi hutang lancar adalah sama. Hal ini disebabkan karena dianggap
piutang dagang dan persediaan kurang cair. Dalam keadaan perekonomian yang sulit seperti masa resesi ekonomi hampir semua perusahaan mengalami kesulitan
dalam pengumpulan piutang. Sehingga yang dianggap dapat melunasi kewajiban jangka pendek hanya kas dan surat – surat berharga. Sehingga para kreditur
jangka pendek lebih suka melihat cash ratio. Rumus :
Cash ratio = Lancar
Hutang berharga
Surat -
Surat Kas
+
Dalam keadaan perekonomian yang baik walaupun cash ratio rendah tidak menghawatirkan para kreditur jangka pendek. Tetapi dalam keadaan
perekonomian sulit seperti situasi resesi kreditur jangka pendek biasanya lebih menghendaki cash ratio yang lebih tinggi.
4. Net working capital
Modal kerja netto dari sebuah perusahaan adalah merupakan selisih aktiva lancar dengan hutang lancar. Hasil dari modal kerja netto tidak banyak memberikan arti
untuk dijadikan sebagai alat pembanding dengan modal kerja netto rata – rata industri dimana perusahaan beroperasi, akan tetapi angka tersebut akan sangat
berfaedah sebagai alat untuk pengendalian intern. Rumus :
Net working capital =
100 Aktiva
Jumlah Lancar
Hutang -
Lancar Aktiva
x
Weston J. Fred dan Eugene Brigham 2004:294.
E. Kriteria Likuiditas