barang. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun bunga dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode yang
telah ditentukan. Piutang usaha merupakan piutang yang paling lazim ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar.
2 Piutang non usaha Non Trade Receivable
Piutang non usaha meliputi seluruh tipe piutang lain. Piutang non usaha timbul dari berbagai transaksi seperti:
a Penjualan sekuritas atau harta benda lainnya selain persediaan
b Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan dan
perusahaan afiliasi c
Setoran atau deposito kepada kreditur, perusahaan utilitas Perum, dan instalasi - instalasi lain
d Pembayaran dimuka atas pembelian
e Panjar untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya.
f Tuntutan atas kerugian atau kerusakan.
Selanjutnya Earl K. Stice et al 2004:479 mengemukakan klasifikasi piutang, yaitu :
1 Piutang dagang trade receivables, yaitu: kategori yang paling signifikan dari
piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal bisnis, yaitu, penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelangan. Piutang dagang dapat diperkuat dengan
janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan sebagai wesel tagih notes receivable. Akan tetapi, dalam kasus dalam piutang dagang adalah
“piutang terbuka” tanpa jaminan, dan sering disebut dengan piutang usaha.
2 Piutang non usaha Non Trade Receivable
Piutang ini muncul dari berbagai transaksi, seperti: 1.
Penjualan surat berharga atau property lainnya selain persediaan. 2.
Deposit atau simpanan untuk jaminan pelaksanaan kontrak atau pembayaran atas beban
3. Klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak, dan
4. Piutang dividen bunga.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa piutang non usaha adalah piutang yang terjadi karena transaksi-transaksi lain yang tidak ada hubungannya dengan
aktivitas utama perusahaan.
3. Penilaian dan Pelaporan Piutang
Menurut Smith dan Skousen 2001, hal 290 “Piutang usaha dilaporkan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan atau nilai kas yang diharapkan akan diterima,
bukan pada nilai sekarang yang didiskontokan”. Ini berarti bahwa piutang usaha harus dicatat bersih sesudah memperhitungkan estimasi piutang ragu-ragu, potongan
penjualan, dan retur serta pengurangan harga jual yang diantisipasikan. Tujuannya adalah agar piutang dilaporkan sebesar klaim terhadap pelanggan yang diharapkan
akan tertagih dalam bentuk kas. Ada dua metode untuk mengakui kerugian dari piutang yang tak tertagih
yaitu: a.
Direct Write Off Method Metode Penghapusan Langsung Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan-perusahaan kecil.
Metode ini tidak membuat taksiran, tapi apabila jelas diketahui adanya piutang yang tidak dapat ditagih maka piutang tersebut langsung dihapuskan. Metode ini
juga tidak akan memberikan perbandingan pendapatan dengan beban periode berjalan dan tidak melaporkan piutang pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Metode ini dianggap menyimpang dari prinsip akuntansi yang diterima umum, maksudnya metode penghapusan merupakan suatu metode yang menyimpang dari
prinsip akuntansi dan tidak memberikan penandingan pendapatan dengan beban periode berjalan. Tapi karena sifatnya yang sederhana maka banyak digunakan
perusahaan – perusahaan kecil. Jurnalnya:
Beban piutang tak tertagih xxx Piutang usaha xxx
Contoh : Dari beberapa debitur diketahui bahwa salah satu debitur yang bernama D.L.
Ross telah pindah keluar kota tanpa memberitahu kepada pihak perusahaan. Sedangkan D.L. Ross masih mempunyai hutang sebesar 42. Maka jurnal untuk
menghapus perkiraan piutangnya adalah : Beban piutang tak tertagih 42
Piutang usaha 42 b.
Allowance Method Metode Penyisihan Metode ini digunakan untuk mencatat estimasi piutang yang tak tertagih.
Pencatatan ini dilakukan pada akhir periode sehingga pada akhir periode harus dilakukan estimasi piutang yang tak tertagih. Beban tersebut akan dilaporkan sebagai
beban bagian penjualan atau beban bagian umum dan administrasi, dan perkiraan penyisihan akan ditunjukkan sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga
piutang akan dilaporkan pada jumlah bersih yang dapat direalisasikan. Beban piutang ragu-ragu tersebut dilaporkan sebagai beban bagian penjualan apabila perusahaan
beranggapan bahwa beban piutang ragu-ragu merupakan beban yang terjadi karena adanya transaksi penjualan kredit sehingga merupakan tanggung jawab bagian
penjualan. Apabila dilaporkan sebagai beban bagian administrasi dan umum, maka ini berarti bahwa perusahaan menganggap beban tersebut merupakan beban yang
pasti akan terjadi pada setiap penjualan yang dilakukan secara kredit. Dengan kata lain beban piutang ragu-ragu tersebut merupakan beban yang tidak dapat dihindari
pada setiap transaksi penjualan kredit. Apabila terbukti positif mengenai ketidaktertagihan sebagian atau seluruh piutang, seperti bangkrutnya perusahaan
debitur, meninggalnya debitur, dan sebagainya maka ayat jurnal untuk menghapus piutang tak tertagih adalah:
Jurnalnya: Beban piutang tak tertagih xxx
Penyisihan piutang ragu – ragu xxx Bukti positif atas ketidaktertagihan piutang usaha dapat berupa kepailitan atau
hilangnya seorang debitur, kegagalan untuk memaksakan penagihan secara hukum oleh adanya halangan penagihan akibat keterbatasan daya upaya. Penghapusan harus
didukung oleh bukti ketidak tertagihan piutang dari pihak-pihak yang terpercaya seperti pengadilan, ahli hukum atau lembaga penagihan dan harus diotorisasi secara
tertulis oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Penyisihan piutang ragu – ragu xxx
Piutang usaha xxx Contoh :
Dalam saldo piutang usaha sebesar 105.000 diantaranya terdapat beberapa pelanggan yang hutangnya sudah lewat jatuh tempo selama beberapa hari yang
berbeda-beda. Tidak ada pelanggan tertentu yang saat ini dapat dipastikan tidak dapat tertagih seluruhnya, namun menurut perkiraannya, beberapa akan tertagih sebagian
saja dan pelanggan lainnya seluruhnya tak tertagih. Berdasarkan telaah yang cermat diperkirakan bahwa piutang sebesar 3000 benar - benar tak tertagih. Jadi,
jumlah piutang usaha yang diharapkan dapat diterima adalah sebesar 105.000 - 3000 = 102.000, dan pengurangan sebesar 3000 itu merupakan beban piutang
tak tertagih untuk periode berjalan. Maka jurnalnya :
Beban piutang tak tertagih 3000 Penyisihan piutang ragu – ragu 3000
Contoh : Diketahui bahwa salah satu debitur yang bernama John Parker telah meninggal dunia.
Sedangkan perusahaan masih memiliki piutang pada debitur tersebut sebesar 110. Maka jurnal untuk menghapus piutang tersebut dari perkiraan penyisihan adalah :
Penyisihan piutang ragu-ragu 110
Piutang usaha – John Parker 110
Adakalanya piutang yang telah dihapuskan sebagai piutang tak tertagih secara tak terduga ternyata diterima pembayarannya.
Maka jurnalnya adalah : Piutang usaha
xxx Penyisihan piutang ragu- ragu xxx
untuk membalik ayat jurnal yang dibuat guna menghapus piutang Contoh :
Ternyata piutang terhadap John Parker yang telah dihapuskan, tanpa terduga dibayar lunas oleh ahli warisnya. Maka jurnal untuk menimbulkan kembali piutang tersebut
adalah : Piutang usaha – John Parker
110 Penyisihan Piutang ragu-ragu
110 Kas Bank
xxx Piutang usaha
xxx untuk mencatat hasil penagihan piutang.
Contoh : Dari transaksi diatas maka jurnalnya adalah :
Kas 110
Piutang usaha 110
Ada dua cara untuk menentukan jumlah kerugian piutang yang tak tertagih, yaitu:
1. Atas dasar penjualan
Dengan metode ini, kita menentukan estimasi piutang tak tertagih berdasarkan persentase dari penjualan kredit. Biasanya persentase ditentukan berdasarkan
persentase rata-rata dari dua tahun terakhir. Misalnya :
Tahun 1992 1993 1994
Penjualan Rp 80 juta 90 juta 140 juta piutang tak tertagih 1,9 2,1 2
Dengan demikian maka piutang tak tertagih untuk tahun 1994 adalah 2 yaitu 1,9 + 2,1 : 2. Jadi untuk tahun 1994 estimasi piutang ragu – ragu
adalah Rp. 2,8 juta, yaitu 2 x Rp. 140 juta. Ayat jurnal yang dibuat adalah :
Beban piutang ragu-ragu 2.800.000
Penyisihan piutang ragu-ragu 2.800.000
2. Atas dasar saldo piutang
Untuk mengestimasikan besarnya piutang tak tertagih berdasarkan saldo piutang maka kita merumuskan melalui penetapan umur piutang Aging Receivable.
Metode analisis umur piutang memberikan pendekatan yang paling memuaskan untuk menilai piutang pada jumlah yang dapat direalisasikan. C. Rollins
Niswonger et al 2000:242 Tabel II – 1. Contoh menentukan jumlah kerugian piutang tak tertagih atas dasar
penjualan
PT. ABC Analisis piutang – 31 Desember 19xx
Debitur Saldo
Belum jatuh
Tempo
Lewat jatuh tempo
1-30 hari 31-60 hari 61-90 hari 90 hari PT. AAA
100 100
PT. BBB 80
80 PT. CCC
30 30
PT. DDD 60
60 PT. EEE
10 10
TOTAL 280
100 70
80 30
Sumber : C. Rollins Niswonger et-al 2000:366. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Tabel II – 2 Contoh menentukan jumlah kerugian piutang tak tertagih atas dasar
saldo piutang.
PT. ABC Estimasi Jumlah Piutang Tak Tertagih –31 Desember 19xx
dalam Rp.000 Klasifikasi
Saldo
Persentase piutang tak tertagih menurut
pengalaman Estimasi jumlah
piutang tak tertagih
Belum jatuh tempo 100
2 2
Lewat waktu 1-30 hari 70
5 3,5
Lewat waktu 31-60 hari 10
Lewat waktu 61-90 hari 80
15 12
Lewat waktu 90 hari 30
20 6
Total 280
23,5 Sumber : C. Rollins Niswonger et-al 2000:367. Prinsip-Prinsip Akuntansi.
Kalau saldo awal perkiraan penyisihan sudah ada yaitu sebesar Rp.50.000.- maka ayat jurnal berikut akan dibuat :
Penyisihan piutang ragu-ragu 26.500 Penghasilan lain – lain
26.500
4. Pengelolaan Piutang