organisasi lainnya. Piutang biasanya diklasifikasikan sebagai usaha, wesel tagih, atau piutang lain.
Berdasarkan artinya secara umum menurut Earl K. Stice et al 2004:479 mengemukakan, “Istilah piutang dapat diterapkan kesemua klaim atas uang, barang
dan jasa. Akan tetapi untuk tujuan akuntansi, istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan
selesai dengan diterimanya uang tunai kas”. Selanjutnya menurut PSAK No. 43 menyebutkan piutang adalah jenis
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha.
Bagi perusahaan, piutang merupakan alternatif untuk menyimpan sementara dana perusahaan yang sekaligus dapat digunakan untuk menarik konsumen dan
meningkatkan penjualan. Piutang adalah suatu komponen yang penting dari laporan keuangan khususnya neraca.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak tertagih dalam bentuk uang ataupun kas.
2. Klasifikasi Piutang
Menurut Smith dan Skousen 2001:239 atas dasar sifat timbulnya piutang dapat dibedakan menjadi:
1 Piutang usaha Trade Receivable
Piutang usaha merupakan salah satu kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayaran biasanya jatuh tempo dalam 30 sampai 60 hari. Perjanjian kreditnya
merupakan suatu persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen – dokumen perusahaan, seperti sales order dan bukti penyerahan
barang. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun bunga dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode yang
telah ditentukan. Piutang usaha merupakan piutang yang paling lazim ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar.
2 Piutang non usaha Non Trade Receivable
Piutang non usaha meliputi seluruh tipe piutang lain. Piutang non usaha timbul dari berbagai transaksi seperti:
a Penjualan sekuritas atau harta benda lainnya selain persediaan
b Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan dan
perusahaan afiliasi c
Setoran atau deposito kepada kreditur, perusahaan utilitas Perum, dan instalasi - instalasi lain
d Pembayaran dimuka atas pembelian
e Panjar untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya.
f Tuntutan atas kerugian atau kerusakan.
Selanjutnya Earl K. Stice et al 2004:479 mengemukakan klasifikasi piutang, yaitu :
1 Piutang dagang trade receivables, yaitu: kategori yang paling signifikan dari
piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal bisnis, yaitu, penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelangan. Piutang dagang dapat diperkuat dengan
janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan sebagai wesel tagih notes receivable. Akan tetapi, dalam kasus dalam piutang dagang adalah
“piutang terbuka” tanpa jaminan, dan sering disebut dengan piutang usaha.
2 Piutang non usaha Non Trade Receivable
Piutang ini muncul dari berbagai transaksi, seperti: 1.
Penjualan surat berharga atau property lainnya selain persediaan. 2.
Deposit atau simpanan untuk jaminan pelaksanaan kontrak atau pembayaran atas beban
3. Klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak, dan
4. Piutang dividen bunga.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa piutang non usaha adalah piutang yang terjadi karena transaksi-transaksi lain yang tidak ada hubungannya dengan
aktivitas utama perusahaan.
3. Penilaian dan Pelaporan Piutang