dan terhadap objek apapun tanpa terkecuali, proses pengawasan ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilalui oleh pimpinan dalam melaksanakan pengawasan.
2. Komponen Pengawasan Intern
Pengawasan intern suatu organisasi terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang memadai agar tujuan organisasi dapat
dicapai. Dalam penyusunan sistem pengawasan intern ada beberapa komponen yang harus diperhatikan.
Hadibroto dan Oemar Witarsa 2004: 3 menyebutkan : Pengawasan intern adalah merupakan suatu sistem pengawasan yang terdiri
dari beberapa unsur, yaitu unsur rencana organisasi, unsur sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang mampu untuk mengadakan pengawasan
akuntansi terhadap harta benda, kewajiban, hasil dan biaya unsure praktek yang sehat untuk dilaksanakan dalam penunaian tugas pada tiap hari bagian
organisasi dan unsure mutu personalia yang memadai sesuai dengan tanggungjawabnya. Jadi tujuan sistem pengawasan intern ialah untuk
mengamankan harta benda organisasi, memperoleh data akuntansi yang tepat dan dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong akan
kepatuhan terhadap kebijaksanaan pimpinan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem
pengawasan intern mencakup pengawasan yang dapat dibedakan atas pengawasan akuntansi dan pengawasan administrasi. Pengawasan akuntansi yaitu pengawasan
yang meliputi rencana organisasi dan semua cara serta prosedur yang terutama menyangkut dan berhubungan langsung dengan pengamanan harta benda serta
mengecek ketelitian dan dapat dipercaya atau tidaknya data akuntansi, seperti adanya sistem otorisasipengesahan dan persetujuan transaksi-transaksi, baik yang bersifat
umum maupun yang bersifat khusus, adanya pemisahan tugas antara pihak yang mencatat dan membuat laporan dengan pihak yang menyimpan aktiva, adanya
pencatatan transaksi agar memudahkan penyiapan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim atau kriteria lain yang sesuai dengan tujuan laporan
tersebut serta memudahkan dalam mengadakan pertanggungjawaban atas aktiva. Pengawasan akuntansi ini sering juga disebut dengan pengawasan yang bersifat
preventif. C. Rollins Niswonger et al 2002:184 mengemukakan bahwa pengendalian
intern memberikan jaminan yang wajar bahwa : “1 aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha, 2 informasi bisnis akurat, dan 3 karyawan mematuhi
peraturan dan ketentuan”. Untuk mencapai tiga tujuan tersebut di atas C. Rollins Niswonger et al 2002:
184 merancang dan menerapkan lima unsur pengendalian intern, yaitu: “Lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengendalian, pemantauan
atau monitoring serta komunikasi dan informasi”. Selanjutnya Standar Profesional Akuntan Publik 2002:319 struktur
pengawasan intern satuan usaha terdiri dari tiga unsur berikut ini : 1
Lingkungan pengawasan Unsur ini mempengaruhi kesadaran anggotanya akan lingkungan pengawasan
yang akan menentukan sifat dari suatu organisasi. Disamping itu unsur ini merupakan dasar yang dapat memberikan disiplin dan struktur bagi keseluruhan
komponen pengawasan intern lainnya. Lingkungan pengawasan piutang meliputi tindakan, kebijakan dan prosedur yang menunjukkan sikap manajemen dan
pemilik perusahaan terhadap masalah pengawasan piutang.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik 2002:319 adapun tindakan kebijakan dan prosedur tersebut terdiri dari beberapa faktor :
a Falsafah manajemen dan gaya operasi
b Struktur organisasi satuan usaha
c Berfungsinya dewan komisaris dan komite-komite yang dibentuk
d Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab
e Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindak lanjuti kinerja,
termasuk audit intern f
Kebijakan dan praktek personalia g
Berbagai faktor extern yang mempengaruhi operasi dan praktik satuan usaha, seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh badan legislatif dan pemerintah.
Gabungan faktor-faktor di atas mempengaruhi lingkungan pengendalian dalam membentuk, memperkuat dan memperlemah efektivitas kebijakan dan
prosedur tertentu. 2
Sistem akuntansi Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk
mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisis, mengelompokkan, mencatat, dan melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan
pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dan transaksi tersebut.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik 2002:319 penyusunan sistem akuntansi yang efektif harus mempertimbangkan pembuatan metode dan catatan
yang akan: a
Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi sah b
Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga memungkinkan pengelompokan transaksi secara semestinya untuk pelaporan
keuangan
c Mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan nilai
keuangan yang layak dalam laporan keuangan d
Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan transaksi pada periodetansi yang semestinya
e Menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam laporan
keuangan.
Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa sistem akuntansi untuk piutang merupakan teknik yang dipergunakan untuk memproses piutang mulai dari terjadinya
piutang sampai pada pelaporannya. Teknik yang dipergunakan tersebut dapat berupa dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang diperlukan sehubungan dengan piutang
tersebut. 3
Prosedur pengawasaan Merupakan serangkaian tindakanaktivitas yang diperlukan untuk melakukan
pengawasan terhadap piutang. Prosedur ini meliputi kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen dalam pencapaian tujuan dan pengawasan
piutang.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik 2002:319 secara umum prosedur pengawasan dapat dikelompokkan kedalam prosedur yang berkaitan
dengan: 1
Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan 2
Pemisahan tugas yang mengurangi kesempatan yang memungkinkan seseorang dalam posisi yang dapat melakukan dan sekaligus menutupi kekeliruan atau
ketidakberesan dalam pelaksanaan tugasnya sehari – hari.
3 Dokumen dan catatan yang memadai
Dokumen dan catatan yang memadai merupakan objek fisik dimana setiap transaksi dibukukan dan diikhtisarkan, yang terdiri dari ; faktur, cek, kontrak,
kartu pencatat kerja, rekonsiliasi bank, rekening koran, kartu stok gudang, dan dokumen lainnya.
4 Pengawasan fisik atas aktiva dan pencatatan Access Controls merupakan
pengawasan fisik secara langsung terhadap aktiva atau pengawasan tidak langsung melalui pemrosesan dan pembuatan dokumen.
5 Pengecekan pelaksanaan kerja yang terpisah, yang terdiri dari pengecekan
terpisah meliputi kualitas personalia dan kebenaran dokumen, pencatatan dan jumlah laporan. Pengecekan pelaksanaan kerja yang terpisah terdiri dari
pengecekan clerk, karyawan, membandingkan aktiva yang keluar dengan pencatatan saldo membuat rekonsiliasi.
D. Pengertian Likuiditas