dalam pengumpulan piutang. Sehingga yang dianggap dapat melunasi kewajiban jangka pendek hanya kas dan surat – surat berharga. Sehingga para kreditur
jangka pendek lebih suka melihat cash ratio. Rumus :
Cash ratio = Lancar
Hutang berharga
Surat -
Surat Kas
+
Dalam keadaan perekonomian yang baik walaupun cash ratio rendah tidak menghawatirkan para kreditur jangka pendek. Tetapi dalam keadaan
perekonomian sulit seperti situasi resesi kreditur jangka pendek biasanya lebih menghendaki cash ratio yang lebih tinggi.
4. Net working capital
Modal kerja netto dari sebuah perusahaan adalah merupakan selisih aktiva lancar dengan hutang lancar. Hasil dari modal kerja netto tidak banyak memberikan arti
untuk dijadikan sebagai alat pembanding dengan modal kerja netto rata – rata industri dimana perusahaan beroperasi, akan tetapi angka tersebut akan sangat
berfaedah sebagai alat untuk pengendalian intern. Rumus :
Net working capital =
100 Aktiva
Jumlah Lancar
Hutang -
Lancar Aktiva
x
Weston J. Fred dan Eugene Brigham 2004:294.
E. Kriteria Likuiditas
Bambang Riyanto 2001:19 menyatakan “Likuiditas badan usaha dapat diketahui dari neraca pada suatu saat antara lain dengan membandingkan jumlah
aktiva lancar current assets di satu fihak dengan hutang lancar current liabilities di lain fihak, hasil perbandingan tersebut adalah apa yang disebut Current Ratio”.
Current ratio ini merupakan ukuran yang berharga untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi current obligation-nya. Secara kasar
dapatlah dikatakan bahwa bagi perusahaan yang bukan perusahaan kredit, current ratio kurang dari 2 : 1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun
misalnya sampai lebih dari 50, maka jumlah lancarnya tidak akan cukup lagi untuk menutup hutang lancarnya. Pedoman current ratio 2 : 1, sebenarnya hanya didasarkan
pada prinsip “hati-hati”. Dengan demikian pedoman current ratio 200 bukanlah pedoman yang mutlak.
F. Hubungan Pengawasan Piutang dengan Likuiditas
Piutang dagang merupakan aktiva yang relatif likuid, biasanya dikonversikan menjadi kas dalam jangka waktu 30 hari hingga 60 hari. Oleh karena itu, piutang
dagang dari pelanggan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, muncul di neraca setelah kas dan investasi jangka pendek pada surat berharga. Nama lain untuk
piutang dagang adalah piutang niaga trade receivable. Perusahaan mendebit rekening Piutang Dagang dan mengkredit rekening Penjualan pada saat mencatat
penjualan kredit. Charles Horngren et al. 2001:404 mengemukakan bahwa Penjualan secara
kredit akan menimbulkan keuntungan sekaligus kerugian. Orang yang tidak
membayar akan melakukan pembelian secara kredit, penerimaan dan keuntungan perusahaan akan meningkat tetapi kerugian yang dialami perusahaan tersebut akan
meningkat pula. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah piutang yang tidak tertagih. Lebih lanjut Munawir 2002:68 mengmukakan bahwa Piutang tak tertagih
akan mengurangi atau menurunkan jumlah piutang dagang. Piutang lancar perusahaan ialah sumber utama untuk membayar kembali utang lancar dan utang-
utang lain. Hal ini dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Jadi ukuran likuiditas adalah rasio lancar.
Stice K Earl et al 2004:485 menyatakan “bahwa cara yang paling efektif untuk mengakui kerugian dari akun yang tak tertagih adalah mendebitkan beban,
seperti beban piutang ragu-ragu, beban piutang sanksi atau puting tak tertagih serta, mengkredit piutang usaha pada saat diterapkan bahwa suatu piutang tak dapat ditagih
C. Rollins Niswonger et al. 2002:353 menyatakan : Pengendalian yang memadai atas piutang usaha dimulai dengan persetujuan
penjualan oleh pejabat perusahaan yang bertanggung jawab atau bagian kredit, sesudah peringkat kredit pelanggan dikaji – ulang. Demikian pula
penyesuaian piutang usaha, seperti retur dan pengurangan penjualan serta potongan penjualan, juga harus disetujui atau diperiksa kembali oleh pihak
yang bertanggung jawab. Prosedur penagihan yang efektif juga harus ditetapkan guna memastikan penagihan yang tepat waktunya atas piutang
usaha dan untuk meminimisasikan kerugian dari piutang tak tertagih. Penggunaan yang tepat atas perkiraan pengendali dan buku piutang usaha
juga meningkatkan efektivitas pengendalian atas piutang usaha. Lebih lanjut Stice K. Earl et al. 2004:485 menyebutkan :
Estimasi piutang tak tertagih dapat dasarkan pada penjualan periode tersebut atau berdasarkan jumlah piutang usaha yang belum dibayar pada akhir
periode. Ketika dasar penjulan digunakan, jumlah piutang tak tertagih ditahun-tahun sebelumnya terhadap total penjualan akan memberikan
persentase perkiraan piutang tak tertagih. Persentase in dapat diubah oleh
perkiraan berdasarkan pengalaman saat ini. Oleh karena akun piutang tak tertagih hanya terjadi pada penjualan secara kredit, merupakan hal logis untuk
mengembangkan persentase perkiraan piutang tak tertagih berdasarkan penjulan kredit pada periode yang telah lewat. Persentase ini kemudian
diaplikasikan kepenjulan kredit periode saat ini. Akan tetapi, karena diperlukan pekerjaan tambahan untuk memelihara catatan terpisah atas
penjulan tunai dan kredit atau dalam menganalisis data penjualan, persentase tersebut sering kali di kembangkan berdasarkan total penjulan. Kecuali jika
terdapat banyak fluktuasi periodic dalam proporsi penjulan tunai dan kredit metode persentase total penjualan biasanya akan memberikan hasil yang
memuaskan.
39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian untuk menguraikan aspek-aspek fenomena atau karakteristik variable atau
objek tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional atau industri.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari
perusahaan tetapi belum diolah yaitu hasil wawancara. Data sekunder adalah data yang diambil langsung dari perusahaan yang terdiri dari :
1. Sejarah singkat berdirinya perusahaan.
2. Struktur organisasi.
3. Tugas dan fungsi setiap bagian dalam struktur organisasi.
4. Data yang berhubungan dengan pengendalian intern terhadap piutang pada
perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah pihak-pihak yang
berkompeten yaitu bagian akuntansi dan bagian lain yang berhubungan dengan pengendalian intern atas piutang dalam perusahaan.
39