Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan dalam melakukan suatu kegiatan pertama sekali yang harus dipikirkan adalah apa tujuan utama kegiatan tersebut. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu pengawasan terhadap kegiatan tersebut, karena suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang baik tanpa adanya suatu pengawasan maka hal tersebut dapat menyimpang dari tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu perlu diperhatikan oleh seorang pimpinan perusahaan, terutama dalam masalah keuangan yang diketahui sangat berpengaruh sekali terhadap suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang bergerak dibidang penjualan, pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit. Pada penjualan secara tunai masalah yang dihadapi tidaklah terlalu rumit, karena si pembeli memberikan uang tanda bukti yang sah dan si penjual memberikan jasanya. Dalam hal ini masalah antara keduanya selesai. Penjualan kredit dilaksanakan untuk membantu konsumen yang tidak mampu untuk langsung membayar tunai terhadap jasa yang dibelinya dan juga didukung oleh banyaknya perusahaan-perusahaan yang memakai kebijakan penjualan kredit sebagai senjata yang ampuh dalam merebut pangsa pasar. Dari penjualan kredit ini timbullah piutang. Piutang merupakan pos yang pening bagi perusahaan karena merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang 1 2 sangat besar. Piutang merupakan sumber kas yang penting bagi perusahaan, karena apabila perusahaan memerlukan uang dengan segera, piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat dijual ke bank atau lembaga keuangan lainnya. Smith dan Skousen 2003:286 menyatakan : “Di lain pihak, kurangnya pengawasan terhadap piutang dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan berupa piutang tak tertagih.” Maksudnya apabila piutang perusahaan tidak diawasi secara maksimal maka hal ini dapat memberi peluang bagi pelanggan untuk tidak melaksanakan kewajibannya dalam membayar hutang, sehingga menimbulkan sejumlah piutang yang tidak tertagih dan hal ini merupakan kerugian bagi perusahaan. Munawir 2002:68 mengemukakan : ”Piutang tak tertagih akan mengurangi atau menurunkan jumlah piutang dagang. Piutang lancar perusahaan ialah sumber utama untuk membayar kembali hutang lancar dan hutang-hutang lain. Hal ini dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan”. Dalam pengawasan piutang kebanyakan perusahaan lebih menekankan pada kebijaksanaan kredit dan prosedur piutang. Pada perusahaan yang masih kecil pengawasan piutang masih sederhana karena pelanggan dan penjualan masih relatif kecil, pemilik perusahaan masih mampu memperhatikan jumlah pelanggan yang masih sedikit dan keputusan pamberian kredit masih ditangan pemilik itu sendiri. Demikian juga prosedur pencatatan, penilaian dan penagihan piutang yang masih dapat diawasi langsung oleh pemilik perusahaan. Apabila perusahaan yang telah berkembang dan jumlah penjualan kredit sudah besar dan meluas maka 3 pengawasan piutang yang efektif mutlak diperlukan. Demi meningkatkan pengamanan terhadap harta perusahaan. Pengawasan piutang dimulai sejak diterimanya pesanan penjualan dari pelanggan, persetujuan pengiriman, pembuatan faktur, verifikasi faktur, pencatatan piutang dan penagihan piutang. Pengawasan piutang tersebut hanya terwujud dengan adanya perencanaan piutang yang baik. Dengan dilakukannya pengawasan piutang yang baik pada perusahaan maka keamanan kekayaan perusahaan dapat terjamin sehingga kegiatan operasional dapat berjalan dengan lancar. Hal ini dapat dilihat bahwa piutang yang ditagih dapat berjalan dengan lancar karena pada bagian penagihan dalam memberikan kredit menseleksi dagangannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wing Wahyu Winarno 2004:90 dalam tujuan dilaksanakannya pengawasan untuk mencegahmenghindari perusahaan dari berbagai kerugian, yang disebabkan berbagai hal, misalnya : 1. Penggunaan sumber daya secara berlebihan. 2. Proses pengambilan keputusan yang tidak tegas. 3. Kesalahan pencatatan data. 4. Kerusakan berbagai catatan. 5. Hilang atau rusaknya aktiva karena kelalaian karyawan. 6. Ketidakpatuhan karyawan terhadap manajemen. 7. Penyelewengan yang dilakukan oleh karyawan. Dengan pengawasan diharapkan segala aktivitas perusahaan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, serta penyimpangan dan penyelewengan dapat dihindari. 4 Likuiditas adalah hubungan atau perbandingan antara kewajiban finansial lancar dengan kemampuan yang dimiliki perusahaan yaitu aktiva lancar. Sementara itu likuiditas perusahaan dicerminkan oleh kemampuan perusahaan tersebut memenuhi kewajiban finansialnya pada waktunya. Hal ini berhubungan erat dengan aktiva lancar perusahaan terutama penerimaan piutang. Dimana melalui penerimaan pembayaran piutang yang baik maka perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, sehingga likuiditas perusahaan dapat ditingkatkan. PT. Federal International Finance FIF yang bergerak dibidang pembiayaan, pada umumnya melakukan penjualan secara kredit sehingga memiliki piutang dalam jumlah yang besar dari kegiatan utamanya tersebut. PT. Federal International Finance telah menetapkan berbagai kebijaksanaan dalam mengawasi piutangnya, mulai dari pemberian kredit hingga pengawasan dalam penagihan piutangnya. Namun ternyata hal ini juga mengakibatkan timbulnya jumlah piutang tak tertagih yang lewat jatuh tempo. Besar kecilnya jumlah piutang yang tertagih tergantung dari optimal tidaknya pengawasan terhadap piutang. Semakin optimal pengawasan terhadap piutang maka semakin besar kemungkinan piutang dapat tertagih, hal ini juga akan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. Perusahaan tentunya menginginkan meningkatnya laba dan likuiditas perusahaan demi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Oleh karena itu pengawasan terhadap piutang harus lebih maksimal untuk menekan jumlah piutang tak tertagih. Berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik mempelajari sejauh mana hubungannya dan memilih judul skripsi “Hubungan 5 Pengawasan Piutang dengan Likuiditas pada PT. Federal International Finance FIF Kantor Cabang Medan”.

B. Perumusan Masalah