Namun pada tahun 1999 total kredit yang disalurkan menurun 39,17 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 8,15 triliun. Pada tahun 2000 total kredit kembali
perlahan mengalami kenaikan menjadi Rp. 9,59 triliun. Pada tahun 2001 tumbuh sebesar 43,27 atau mencapai angka Rp. 13,74 triliun. Pada tahun 2002 total kredit
yang disalurkan terus meningkat menjadi Rp. 15,67 triliun. Begitu juga terjadi pada tahun 2003 naik sebesar 29,93 atau mencapai Rp. 20,36 triliun.
Pada tahun 2004 total kredit yang disalurkan kembali lagi naik sebesar 35,52 atau mencapai Rp. 27,52 triliun. Pada tahun 2005 total kredit naik sebesar 32,63
atau menjadi Rp. 36,50 triliun. Pada tahun 2006 total kredit yang disalurkan naik namun tidak sebesar seperti tahun sebelumnya yaitu naik sebesar 15,37 atau
mencapai Rp. 42,11 triliun.
4.1.3 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.
Ada 5 bank umum pemerintah di Sumatera Utara termasuk bank pembangunan daerah antara lain yakni BNI Bank Negara Indoneisa, BRI Bank
Rakyat Indonesia, Bank MANDIRI, BTN Bank Tabungan Negara dan Bank SUMUT. Pada tahun 1992 kantor bank umum pemerintah di Sumatera Utara terus
mengalami peningkatan sampai tahun 1999 hingga mencapai 104 kantor. Namun pada tahun 2000 jumlah kantor bank umum pemerintah berkurang, hal ini disebabkan
adanya merger antar bank. Tahun 2001 tidak jauh berbeda dengan tahun 2000 di mana jumlah bank tidak mengalami perubahan. Tahun 2002 jumlah kantor bank
umum pemerintah mengalami peningkatan, yaitu menjadi 107 kantor bank. Peningkatan jumlah kantor bank terjadi kembali pada tahun 2003, yaitu 123 kantor.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan tahun 2004 jumlah kantor bank tidak mengalami perubahan 123 kantor bank. Namun pada tahun 2005 jumlah kantor bank umum pemerintah mengalami
peningkatan menjadi 125 kantor. Data tentang perkembangan Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara disajikan dalam tabel berikut ini
Tabel 4 Jumlah Kantor Bank Umum Pemerintah yang Beroperasi
di Sumatera Utara tahun 1992-2005
Akhir periode Jumlah
Kantor Kantor
Wilayah Kantor
Cabang Kantor
Cabang Pembantu
Kantor kas
1992 75
2 50
3 20
1993 78
2 52
3 21
1994 83
3 53
7 20
1995 84
4 53
7 20
1996 88
4 53
12 19
1997 95
4 55
13 23
1998 97
4 55
15 23
1999 104
4 55
17 28
2000 86
3 49
18 16
2001 86
3 49
18 16
2002 107
3 48
38 18
2003 123
3 41
53 26
2004 123
3 41
53 26
2005 125
3 42
54 26
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Bank Indonesia Medan, 2005
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara
Berdasarkan jenis penggunaan kredit, selama empat tahun terakhir, kredit konsumsi menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi. Pendorongnya adalah kredit
untuk pemilikan rumah KPR, kredit pembelian kendaraan bermotor, kartu kredit dan kredit lainnya.
Kredit konsumsi menjadi primadona perbankan. Hal ini disebabkan oleh antara lain karena kredit ini mempunyai resiko yang relatif kecil, dilihat dari jumlah
kredit yang kecil dan kepastian pembayaran melalui gajipenghasilan yang relatif tetap. Selain itu kredit ini mampu menyerap kenaikan suku bunga yang dilakukan
oleh perbankan juga. Serta umunya berjangka waktu pendek sehingga dapat mudah dikendalikan.
Sejak tahun 1992 sampai tahun 1995 kredit konsumsi yang disalurkan bank umum pemerintah di Sumatera Utara terus meningkat. Namun pada tahun 1996
mengalami penurunan sebesar 61.61 menjadi Rp. 175,37 miliyar. Pada tahun 1997 kredit konsumsi pada bank umum pemerintah mengalami
kenaikan yang cukup signifikan yakni naik sebesar 244,50 yaitu sebesar Rp. 604,16 miliyar. Namun pada tahun 1998 mengalami penurunan kembali menjadi Rp.
549,60 miliyar. Pada tahun 1999 kredit konsumsi naik kembali menjadi Rp. 640,26 miliyar.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2000 kredit konsumsi yang disalurkan bank umum pemerintah di Sumatera Utara terus meningkat. Pada tahun 2000 kredit konsumsi yang disalurkan
adalah sebesar Rp. 900,70 miliyar. Pada tahun 2001 kredit konsumsi lebih besar daripada tahun 2000, yaitu sebesar Rp. 1,148 triliun.
Namun pada tahun 2002 kredit konsumsi yang disalurkan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu Rp. 1,147 triliun.
Tetapi pada tahun 2003, kredit konsumsi yang disalurkan kembali mengalami peningkatan. Kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp. 1,601 triliun. Tahun 2004
kredit konsumsi juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp. 3,002 triliun. Pada tahun 2005 kredit konsumsi yang disalurkan sudah mencapai angka Rp.
3,473 triliun yang juga menunjukan peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun 2006 kredit konsumsi yang disalurkan mengalami peningkatan
yang besar yaitu menembus angka Rp. 4,409 triliun. Namun dengan demikian saat ini kredit konsumsi mendapat perhatian lebih,
mengingat mulai tahun 2005 kualitas kredit konsumsi mengalami penurunan, yang disebabkan oleh naiknya suku bunga kredit sehingga meningkatkan kewajiban
debitur. Hal ini dapat memperberat kemempuan debitur dalam membayar kewajiban pada perbankan, sehingga dapat meningkatkan kredit bermasalah.
Sikap perbankan dan dunia usaha cenderung sekedar bertahan bisa hidup saja dalam menanggapi kenaikan suku bunga kredit. Hal ini akan mengakibatkan sektor
usaha mengurangi kegiatannya dan bahkan yang lebih parah lagi adalah penutupan usaha. Apabila mereka yang terkena dampak tersebut merupakan debitur kredit
konsumsi maka akan mempengaruhi kemampuannya dalam memenuhi kewajibannya
Universitas Sumatera Utara
kepada perbankan , apalagi kemampuan debitur juga ditekan oleh kenaikan harga BBM sejak tanggal 1 Oktober 2005. hal ini merupakan salah satu faktor penyumbang
meningkatnya kredit bermasalah pada kredit konsumsi. Faktor lain yang mendukung kredit konsumsi memiliki potensi dalam
peningkatan kredit bermasalah adalah suku bunga kredit konsumsi yang selama ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kredit investasi dan kredit modal kerja, akan
terkena dampak kenaikan suku bunga perbankan akhir-akhir ini. Dalam kredit perumahan maupun kendaraan, produsen atau pengembang
terpaksa harus menaikan harga produknya sebagai akibat kenaikan suku bunga pinjaman maupun karena kenaikan harga bahan baku. Sementara di pihak lain para
konsumen produk perumahan atau kendaraan yang pembiayaannya melalui kredit perbankan harus membayar angsuran yang lebih tinggi karena naiknya suku bunga
pinjaman. Menurunnnya daya beli masyarakat tersebut dapat mempengaruhi pula permintaan atas produk-produk industri properti yang saat ini sedang berkembang.
4.1.5 Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.