kepada perbankan , apalagi kemampuan debitur juga ditekan oleh kenaikan harga BBM sejak tanggal 1 Oktober 2005. hal ini merupakan salah satu faktor penyumbang
meningkatnya kredit bermasalah pada kredit konsumsi. Faktor lain yang mendukung kredit konsumsi memiliki potensi dalam
peningkatan kredit bermasalah adalah suku bunga kredit konsumsi yang selama ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kredit investasi dan kredit modal kerja, akan
terkena dampak kenaikan suku bunga perbankan akhir-akhir ini. Dalam kredit perumahan maupun kendaraan, produsen atau pengembang
terpaksa harus menaikan harga produknya sebagai akibat kenaikan suku bunga pinjaman maupun karena kenaikan harga bahan baku. Sementara di pihak lain para
konsumen produk perumahan atau kendaraan yang pembiayaannya melalui kredit perbankan harus membayar angsuran yang lebih tinggi karena naiknya suku bunga
pinjaman. Menurunnnya daya beli masyarakat tersebut dapat mempengaruhi pula permintaan atas produk-produk industri properti yang saat ini sedang berkembang.
4.1.5 Perkembangan Tingkat Bunga Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.
Kenaikan suku bunga BI Rate yang mulai tertransmisikan ke suku bunga tabungan dapat meningkatkan animo masyarakat untuk menabung sebagai akibat
tingginya suku bunga yang diberikan bank, selain masyarakat untuk menabung, tingginya suku bunga tabungan yang diberikan bank dapat mengakibatkan
meningkatnya suku bunga kredit. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian perbankan itu sendiri. Karena perbankan harus memperhitungkan biaya dana cost of
fund.
Universitas Sumatera Utara
Namun pada sisi debitur, meningkatnya suku bunga kredit dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan debitur yang pada akhirnya akan berdampak
pada peningkatan jumlah kredit bermasalah. Selain itu, dapat menyusahkan debitur untuk melakukan pinjaman.
Pada tahun 1992 suku bunga kredit konsumsi pada bank umum pemerintah sebesar 22,51 . Namun pada tahun 1993 turun menjadi 21,92 , dan mengalami
penurunan kembali pada tahun 1994 menjadi 20,73 . Pada tahun 1995 suku bunga kredit konsumi naik menjadi 21,31 . Dan turun
pada tahun 1996 menjadi 20,98 . Pada tahun 1997 suku bunga kredit konsumsi naik menjadi 23,39 dan terus meningkat pada tahun 1998 sampai pada 36,33 . Namun
pada tahun 1999 suku bunga kredit konsumsi turun menjadi 33,05 dan terus menurun hingga pada tahun 2000 sampai pada 25,20 .
Dibandingkan tahun 2001, tingkat bunga kredit pada tahun 2002 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan dampak dari terjadinya perbaikan di bidang ekonomi.
Tingkat bunga kredit tahun 2002 adalah 36,00 . Mengikuti tahun 2002, tingkat bunga kredit konsumsi pada tahun 2003 juga mengalami penurunan. Tingkat bunga
pada tahun 2003 adalah 34,00 . Pada tahun selanjutnya tingkat bunga kredit konsumsi juga mengalami
penurunan. Tingkat bunga tahun 2004 adalah 30,00. Namun pada tahun 2005 tingkat bunga kredit konsumsi mengalami kenaikan mencapai 45,00 . Hal ini
disebabkan terjadinya kenaikan harga minyak dunia, sehingga pemerintah mengambil keputusan untuk menaikan harga BBM pada tanggal 1 oktober 2005 agar dapat
menghindari defisit APBN yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2006 tingkat bunga kredit konsumsi mengalami penurunan menjadi 32,16 . Ini disebabkan untuk mengembalikan daya beli masyarakat akibat
kenaikan BBM, sehingga masyarakat mau untuk melakukan kredit.
4.1.6 Perkembangan Pendapatan Per Kapita Sumatera Utara