BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN
4.1.1 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara
Gambaran perekonomian Sumatera Utara selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.. Terjadinya bencana alam gempa
bumi dan gelombang tsunami di penghujung tahun 2004 yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara telah memberikan dampak yang
cukup berarti bagi perekonomian Sumatera Utara. Demikian pula dengan kebijakan kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober 2005 yang disertai peristiwa Bom Bali
II memberikan andil dalam situasi perekonomian Sumatera Utara. Beberapa indikator menunjukkan indikasi yang kurang menggembirakan, seperti inflasi dan nilai tukar
rupiah. Namun laju perekonomian Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Meningkatnya perekonomian Sumatera Utara memberikan dampak yang
cukup berarti pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya telah
menunjukkan adanya perbaikan. Pada tahun 1992 sampai tahun 1993 perekonomian sumatera utara terus
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya PDRB dari tahun ke tahun. Struktur perekonomian Sumatera Utara sejak tahun 1994 telah
bergeser dari dominasi sektor pertanian ke sektor industri pengolahan. Hal ini ditandai dengan peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku
Universitas Sumatera Utara
yang cenderung mengecil, sebaliknya peranan sektor industri semakin besar. Akan tetapi pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998 ternyata peranan sektor
pertanian kembali meningkat dimana tahun 1997 peranan sektor pertanian 24,71 dan hingga tahun 2002 cenderung meningkat menjadi 30,23, di mana PDRB
mencapai Rp. 24.156.699. Kemudian tahun 2003 meningkat kembali sebesar Rp. 25.789.491.
Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara naik menjadi 4,81 . Hal ini tidak terlepas dari peranan sektor perbankan, sebagai sektor yang paling
terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi, mulai menunjukan perbaikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya dana yang dihimpun dari masyarakat dan juga kredit
yang disalurkan. Pulihnya sektor perbankan memberikan peluang dan harapan pada sektor riil untuk mengembangkan usahanya dan pada akhirnya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2003. Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Sumatera Utara
pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74 yaitu meningkat dari Rp. 78,81 triliun pada tahun 2003 menjadi Rp. 83,33 triliun pada tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi
tertinggi dicapai oleh sektor transportasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 13,49 . Pertumbuhan yang cukup tinggi juga dicapai oleh sektor kontruksi sebesar 7,65
.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari 83,33 triliun rupiah pada tahun 2004 menjadi Rp. 87,9 triliun. Pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara tahun 2005 mencapai 5,48 . Namun laju pertumbuhan tersebut lebih rendah dari tahun 2004 yang sebesar 5,74 .
Beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi, yaitu: sektor konstruksi sebesar 16,91 , sektor perdagangan, hotel restoran sebesar 9,04 dan
sektor pengangkutan komunikasi sebesar 8,70 . Pertumbuhan ketiga sektor ini berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara, baik dalam hal
pendistribusian dan pemasaran hasil produksi maupun penyediaan energi dalam proses berproduksi. Selain itu, makin baiknya kinerja perbankan sebagai penyedia
dana ke sector riil juga menjadi alasan makin baiknya ekonomi Sumatera Utara. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Utara meningkat dari Rp. 118,1
triliun pada tahun 2004 menjadi Rp. 136,9 triliun rupiah pada tahun 2005.
Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk secara makro yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. PDRB
perkapita harga berlaku penduduk Sumatera Utara pada tahun 2005 tercatat sebesar Rp. 11,11 juta, lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp. 9,74 juta.
Sedangkan PDRB perkapita harga konstan 2000 naik dari Rp. 6,87 juta pada tahun 2004 menjadi Rp. 7,13 juta pada tahun 2005.
Perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2006, secara makro berhasil tumbuh sebesar 6,18 . Pencapaian pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi Nasional yang dicapai pada tahun yang sama sebesar 5,5 .
Universitas Sumatera Utara
Pencapaian pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di tahun 2006 ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2005 yang dicapai
sebesar 5,48 . Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2006 ini ditopang oleh pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 11,91 ,
sektor bangunan sebesar 10,33 , sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 9,87 , sektor jasa-jasa sebesar 7,09 , sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 6,95 dan sektor industri pengolahan sebesar 5,47 . Sedangkan 3 tiga sektor yang lain hanya mampu tumbuh dibawah 5 yaitu sektor pertambangan
dan penggalian yang tumbuh sebesar 4,17 , sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 3,08 , dan sektor pertanian sebesar 2,32 .
Secara umum seluruh indikator ekonomi mengalami perbaikan di tahun 2006. Namun demikian beberapa indikator lainnya yang terkait dengan aspek
pengangguran, kesehatan dan pendidikan belum sesuai dengan target yang ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut maka, kinerja perkonomian di masyarakat
perlu terus ditingkatkan sehingga dapat berdampak pada meningkatnya kondisi sosial ekonomi pada umumya.
Selain itu iklim usaha yang kondusif juga perlu terus dijaga, sehingga akan menarik para investor untuk menanam modalnya di Sumatera Utara dan pada
akhirnya dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih luas agar tingkat pengangguran di Sumatera Utara dapat ditekan.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara