Pertanyaan penelitian Tujuan penelitian Manfaat penelitian

4.2. Pelayanan Kesehatan Data dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pelayanan kesehatan gerontik agar dapat meminimalkan kecemasan pada lansia. 4.3. Manfaat untuk peneliti Untuk menambah pemahaman peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Kecemasan

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan frustasi dan pertentangan batin konflik. Kecemasan itu mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosabersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu Daradjat, 2001. Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia Hawari, 2001. Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum hidup tiap hari, dalam ketegangan yang tinggal secara samar-samar merasa takut atau cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap stres yang ringan pun. Tidak mampu santai, mengalami gangguan tidur, kelelahan, nyeri kepala, pening, jantung berdebar-debar adalah keluhan fisik yang paling sering ditemukan Lukluk dan Bandiyah, 2008 Gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh lansia seperti perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takutkhawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya, sering membayangkan hal- hal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah yang ringan Maryam dkk., 2008.

2. Lansia

2.1. Defenisi lansia

Menurut Setiawan dalam buku Tamher Noorkasiani para ahli membedakan lanjut usia dalam dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia, dengan usia pensiun 56 tahun, barang kali dapat dipandang sebagai batas seseorang mulai memasuki usia lanjut, namun dalam perkembangan selanjutnya, menurut Undang- Undang No. 13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak disebut usia lanjut. Usia biologis adalah usia yang sebenarnya. Di mana biasanya diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis. Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI Buku Pedoman Pembinaan, 2000 dikenal pula usia psikologis, yaitu yang dikaitkan dengan