UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PERMUKAAN BUMI MELALUI MEDIA AUDIO VISUALPADASISWAKELASVI TUNAGRAHITARINGAN SEMESTER II SDLB NEGERI SLAWI TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PERMUKAAN BUMI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI

TUNAGRAHITA RINGAN SEMESTER II SDLB NEGERI SLAWI TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh : Rumatono NIM. X5209012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PERMUKAAN BUMI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI

TUNAGRAHITA RINGAN SEMESTER II SDLB NEGERI SLAWI TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Ditulis dan diajukan guna memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh :

Rumatono NIM. X5209012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

commit to user


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Rumatono. NIM X5209012. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PERMUKAAN BUMI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI TUNAGRAHITA RINGAN SEMESTER II SDLB NEGERI SLAWI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi Tahun Ajaran 2010/2011 melalui media audio visual. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu penelitian yang melibatkan kerjasama antara peneliti (guru kelas) dengan kolaborator (teman sejawat), siswa, dan Kepala Sekolah yang dilakukan di SDLB Negeri Slawi. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi Tahun Ajaran 2010/2011 sejumlah tujuh anak, yang terdiri dari tiga siswa putra dan empat siswa putri.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara dan analisis dokumen. Validitas data diuji dengan teknik triangulasi, yaitu triangulasi data dan triangulasi metode. Validitas tes tertulis pada penelitian ini diuji melalui validitas isi dengan menyusun kisi-kisi soal. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes antar siklus. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Hasil tes awal (pre tes) nilai rata-rata kelas diperoleh 49,29. 2) Hasil tindakan siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 62,86. 3) Hasil tindakan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 70. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi Tahun Ajaran 2010/2011 dan telah memenuhi tindakan kinerja yang telah dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi permukaan bumi pada Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Tahun Ajaran 2010/2011.


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Rumatono. EFFORTS TO IMPROVE LEARNING OF NATURAL SCIENCES IN

THE MATTER OF THE EARTH’S SURFACE THROUGH AUDIO VISUAL

MEDIA TO SIXTH GRADE OF SECOND SEMESTER LIGHT MENTAL RETARDATION IN SDLB NEGERI SLAWI ON 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education University of Sebelas Maret Surakarta.

The purpose of this study is to improve learning outcomes of subjects of Natural Sciences in Sixth Grade Student Light Mental Retardation SDLB Negeri Slawi 2010/2011 School Year through audio visual media. This research is the Classroom Action Research (CAR), namely a study involving collaboration between researchers (classroom teachers) with collaborators (peers), students, and principals conducted in SDLB Negeri Slawi. Research subjects is a sixth grade student Light Mental Retardation SDLB Negeri Slawi 2010/2011 School Year from a number of seven children, consist of three boys and four female student.

Data collection techniques were used: observation, tests, interviews and document analysis. The validity of the data was tested with the triangulation technique, namely data triangulation and triangulation methods. Validity of written tests in this research tested the validity of the content by arranging the lattice problem. Analysis of the data using a comparative descriptive analysis, means comparing test scores between cycles. The results showed: 1) The average grade results of initial tests (pre test) obtained 49.29. 2) The results of the actions from first cycle shows average value of the class to be 62.86. 3) The average value from act of second cycle obtained grade 70. The results of this class action indicates that there is an increase in the average value of the study subjects of Natural Sciences in Sixth Grade of Light Mental Retardation SDLB Negeri Slawi 2010/2011 School Year and meets the performance measures that have been done.

Based on these results we can conclude that the use of audio visual media can enhance the learning outcomes of Natural Sciences of the earth surface materials study on Sixth Grade of Light Mental Retardation Student Second Semester SDLB Slawi Negeri 2010/2011 School Year.

Key Word : Audio visual media, learning of natural sciences, light mental


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Tetapkanlah pikiranmu pada cita-citamu, maka sanubarimu tidak akan salah menunjukkan jalan padamu untuk mencapainya. (Penulis)


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur ke hadirat Tuhan, skripsi ini kupersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tersayang atas dorongan, kerja keras dan doa-doanya.

Isteri tercinta atas kasih sayang dan kesetiaannya.

Ananda Martaria Listanti BR dan Arum Kurnia S. atas dukungan dan harapannya. Murid-murid yang kusayangi.


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan dan kesulitan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, hambatan dan kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dapat diatasi. Berkenaan dengan hal tersebut, maka sudah selayaknya penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Bapak Drs. R. Indiarto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Gunarhadi, M.A, Ph.D, Ketua Program Studi Pendidikan Luar

Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Subagya, M.Si. dan Ibu Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd. selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.


(10)

commit to user

x

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah

memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Eri Mulyani, S.Pd, Kepala Sekolah SDLB Negeri Slawi yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian guna memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak-bapak dan ibu-ibu guru di SDLB Negeri Slawi yang telah membantu

selama penelitian berlangsung.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian

dan penulisan skripsi ini.

Semoga semua kebaikan, pengarahan, bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat imbalan yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Pemurah.

Penulis menyampaikan bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Surakarta, Juni 2011


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Landasan Teori ... 5

1. Anak Tunagrahita Ringan ... 5

a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ... 5

b. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan ... 6

c. Faktor Penyebab Anak Tuna Grahita Ringan ... 8


(12)

commit to user

xii

e. Perkembangan Kognitif Anak Tuna Grahita Ringan ... 14

f. Kesulitan Belajar Anak Tuna Grahita Ringan... 15

2. Tinjauan Prestasi Belajar IPA ... 16

a. Konsep Pembelajaran ... 16

b. Pengertian tentang IPA ... 17

c. Tujuan Pembelajaran IPA ... 18

d. Ruang Lingkup ... 19

e. Hasil Belajar ... 19

f. Materi Pelajaran IPA ... 22

3. Tinjauan Media Audio Visual ... 22

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 22

b. Manfaat Media Pembelajaran ... 23

c. Media Audio Visual ... 25

1) Pengertian Media Audio Visual ... 25

2) Jenis Media Audio Visual ... 26

3) Audio Visual dalam Kegiatan Belajar Mengajar IPA .. 27

B. Kerangka Berpikir ... 27

C. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Setting Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Validitas dan Reliabilitas Data ... 37

G. Analisis Data ... 38

H. Prosedur Penelitian ... 39


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Pelaksanaan Penelitian ... 43

B. Hasil Penelitian ... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir ... 29 Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas ... 39 Gambar 3. Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 41


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 32

Tabel 2. Prosedur penelitian ... 40

Tabel 3. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 42

Tabel 4. Nilai Pre Tes IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 53

Tabel 5. Nilai Tes Siklus I IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 54

Tabel 6. Perbandingan Nilai Pre Tes dan Nilai Tes Siklus I IPA ... 55

Tabel 7. Nilai Tes Siklus II IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 58

Tabel 8. Perbandingan Nilai Tes Siklus I dengan Nilai Tes Siklus II IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 59

Tabel 9. Perbandingan Nilai Pre Tes, Nilai Tes Siklus I dan Nilai Tes Siklus II ... 61


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Nilai Pre Tes IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 54

Grafik 2. Nilai Tes Siklus I IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 55

Grafik 3. Perbandingan Nilai Pre Tes dan Nilai Tes Siklus I IPA ... 56

Grafik 4. Nilai Tes Siklus II IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 59

Grafik 5. Perbandingan Nilai Tes Siklus I dengan Nilai Tes Siklus II IPA Kelas VI Tunagrahita Ringan ... 60

Grafik 6. Perbandingan Nilai Rata-rata Pre Tes, Tes Siklus I dan Tes Siklus II ... 62


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 1 dan 2 yang menyatakan (1)” Bahwa setiap

warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

bermutu, (2)” Warga negara yang memiliki kelainan fisik,emosional, mental,

intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.”

Hal ini juga dipertegas dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 tentang Pendidikan

Khusus yang menyatakahn bahwa “Pendidikan khusus merupakan pendidikan

bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki

potensi kecerdasan dan bakat lainnya.”

Salah satu penyandang kelainan atau ketunaan adalah anak tunagrahita. Secara garis besar, anak tunagrahita diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu anak tunagrahita ringan, anak tunagrahita sedang, dan anak tunagrahita berat. Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kondisi keterbelakangan baik kecerdasan, mental, emosional, serta kepribadiannya, dan terjadi sejak masa perkembangannya, yang ditandai oleh fungsi-fungsi intelektual yang berada di bawah rata-rata.

Ketidakmampuan dalam bidang intelektual menyebabkan kemampuan untuk berpikir, memikirkan hal-hal yang abstrak, bernalar, kemauan, rasa,

penyesuaian dengan lingkungan sangatlah terbatas. Adanya keterbatasan –

keterbatasan tersebut, maka anak tunagrahita mengalami hambatan dalam mengikuti program pembelajaran yang diberikan kepadanya.

Mereka kurang mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, pelupa, kurang perhatian, pembosan dan mudah menyerah. Temuan di lapangan


(18)

commit to user

menunjukkan bahwa terdapat kendala bagi siswa tunagrahita ringan dalam mengikuti pembelajaran IPA. Hal ini terlihat pada perolehan-perolehan hasil belajar IPA materi-materi sebelumnya yang mayoritas kurang memuaskan.

Berdasarkan hasil tes IPA siswa kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal pada semester I, lebih banyak siswa yang mendapatkan nilai rata-rata kurang dari lima, yaitu dari tujuh siswa yang mendapat nilai rata-rata kurang dari lima terdapat lima anak, jika dipersentase sebanyak 71.42%.

Beberapa metode telah digunakan, antara lain metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi,diskusi dan pemberian tugas, tetapi hasil belajar siswa masih kurang memuaskan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan anak tunagrahita ringan, khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memerlukan strategi belajar mengajar dan media pembelajaran yang sesuai, agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih efektif, efisien dan memperoleh hasil yang optimal.

Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, yang berisi materi pelajaran yang direkam pada pita magnetik kaset audio atau Compact Disk (CD), yang dapat didengar dan dilihat kembali dengan menggunakan alat penampil CD player. Media audio visual ini dapat dipakai untuk belajar secara perorangan, kelompok maupun klasikal.

Media audio visual digunakan sebagai media pembelajaran, karena memiliki manfaat, antara lain :

1.Dapat membangkitkan motivasi belajar.

2.Dapat menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil.

3.Dapat menampilkan objek yang berbahaya, misalnya binatang buas.

4.Dapat mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion.

5.Dapat membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, misalnya untuk

menjelaskan sistem peredaran darah.

6.Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya.

7.Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi.


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Media audio visual juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan media yang lain, yaitu :

1. Dapat diputar berulang-ulang.

2. Mudah digunakan

3. Praktis, mudah dibawa ke mana-mana

4. Mudah diperbanyak.

Media Audio visual adalah media yang dirancang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Media ini menghasilkan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM).

Melalui media audio visual, penulis berharap pembelajaran IPA semakin menarik dan menyenangkan, sehingga memudahkan siswa tunagrahita ringan untuk dapat menerima, memahami dan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan asumsi di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas :

Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Materi Permukaan Bumi Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :”Apakah melalui media audio

visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi permukaan bumi pada Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Kabupaten

Tegal Tahun Ajaran 2010/2011?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah” Untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi permukaan bumi pada

siswa kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011 melalui Media Audio Visual.


(20)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi siswa, guru maupun sekolah. Adapun manfaat yng dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Dapat menumbuhkan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga hasil belajar pada materi permukaan bumi meningkat.

2. Bagi Guru

Dapat memberikan inspirasi untuk menemukan dan menggunakan alat bantu mengajar serta metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Kemampuan dan keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dapat meningkatkan reputasi sekolah di mata masyarakat. Media audio visual yang digunakan dalam penelitian ini dapat menambah perbendaharaan alat peraga di sekolah.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anak Tunagrahita Ringan

a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan adalah salah satu golongan anak yang tarafnya masih ringan, masih mempunyai kemampuan untuk di didik secara sederhana. Hal ini juga sependapat dengan Munzayanah (2000:35)

yang menyatakan bahwa “Anak tunagrahita ringan mempunyai

kemampuan untuk dididik dalam membaca,menulis, berhitung sederhana, dan mereka juga dapat dilatih kebiasaan sehari-hari. Anak cacat grahita ringan ini biasanya dapat belajar menyesuaikan diri dengan masyarakat di

luar lingkungannya”. Tjutju Sutjihati Somantri (2006:106) berpendapat

bahwa: Anak tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil, yaitu mereka yang memiliki IQ menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Selain itu mereka juga dapat dididik menjadi tenaga semi skilled dan dapat bekerja dengan sedikit pengawasan, namun demikian mereka tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independent.

Sejalan dengan pendapat di atas, Mohammad Efendi (2006:90) mengemukakan bahwa :

Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal, dengan kata lain mereka dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis.


(22)

commit to user

Wikipedia dalam (http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation) menyatakan bahwa :

“Mental Retardasi (MR) adalah gangguan umum muncul sebelum

dewasa, ditandai dengan gangguan fungsi kognitif secara signifikan dan defisit dalam dua atau lebih perilaku adaptif. Hal ini secara historis telah didefinisikan sebagai Intelligence Quotient skor DI bawah 70. Setelah hampir seluruhnya berfokus pada kognisi, definisi sekarang mencakup komponen yang berkaitan dengan fungsi mental dan salah satu yang berkaitan dengan keterampilan fungsional individu dalam lingkungan mereka. Akibatnya, orang dengan rata-rata Intelligence Quotient-bawah tidak dapat dianggap cacat mental. Keterbelakangan mental sindromik adalah defisit intelektual berhubungan dengan perilaku lain medis dan tanda-tanda dan gejala. Keterbelakangan mental Non-sindromik mengacu pada defisit intelektual yang muncul tanpa kelainan lain. Keterbelakangan mental adalah sebuah subtipe dari cacat intelektual, meskipun istilah yang kini paling disukai oleh para pendukung di negara-negara berbahasa Inggris yang paling sebagai eufemisme untuk MR.

Namun, cacat intelektual adalah konsep yang lebih luas dan mencakup defisit intelektual yang terlalu ringan untuk benar memenuhi syarat sebagai keterbelakangan mental, terlalu spesifik (seperti dalam ketidakmampuan belajar tertentu), atau diperoleh di kemudian hari, melalui cedera otak yang diakuisisi atau penyakit neurodegenerative seperti demensia. Cacat Intelektual dapat muncul pada umur berapapun.

Perkembangan cacat adalah setiap cacat yang disebabkan oleh masalah dengan pertumbuhan dan perkembangan. Istilah ini mencakup banyak kondisi medis bawaan yang tidak memiliki komponen mental atau intelektual, walaupun juga, kadang-kadang digunakan sebagai eufemisme

untuk MR”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki IQ sekitar 55-70, dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana, dapat dididik untuk memiliki kecakapan hidup sebagai bekal untuk mandiri.

b. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Jika dilihat secara fisik, karakteristik anak tunagrahita ringan tidak jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya, namun secara psikis anak tunagrahita ringan berbeda dengan anak normal. Hal ini seperti yang dinyatakan Tjutju Sutjihati Somantri (1996:86) bahwa pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal.

Menurut Heri Purwanto (1998:22-25), karakteristik anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut :

1) Karakteristik Mental

Anak tunagrahita memiliki daya asosiasi yang sangat terbatas, menunjukkan adanya gangguan respon atau reaksi yang sama terhadap pertanyaan yang berbeda (perseverasi). Daya ingatnya sangat terbatas sehingga cenderung sering lupa, kemampuan berpikirnya cenderung konkrit, daya konsentrasinya kurang, penalaran dan persepsinya juga rendah.

2) Karakteristik Fisik

Tunagrahita yang tergolong ringan, sebagian besar tidak memiliki kelainan fisik. Sedangkan tunagrahita yang sedang sampai berat sebagian besar disertai dengan kelainan fisik dengan tipe-tipe klinis tertentu.

3) Karakteristik Sosial-Emosi

Minat bermain dan permainannya cenderung sesuai dengan kemampuan usia mentalnya daripada usia kalender. Anak tuna grahita cenderung berperilaku impulsif, hiperaktif, agresif, dan hipoaktif, serta terkesan suka melanggar norma bila dibandingkan dengan anak normal.

Sedangkan Mohammad Efendi (2006:90) mengemukakan bahwa

karakteristik kemampuan anak tunagrahita ringan yang dapat

dikembangkan adalah:

1) Membaca, menulis, mengeja dan berhitung

2) Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain

3) Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian

hari.

Wikipedia dalam (http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation) menyatakan :

Kebanyakan orang dengan keterbelakangan mental tidak terlihat seperti mereka memiliki jenis cacat intelektual, terutama jika cacat yang disebabkan oleh factor lingkungan seperti gizi buruk atau keracunan timah. Tampilan khas untuk orang dengan keterbelakangan mental hanya hadir


(24)

commit to user

dalam minoritas kasus, yang semuanya melibatkan keterbelakangan mental sindromik.

Anak-anak dengan keterbelakangan mental dapat belajar untuk duduk, merangkak atau berjalan lebih lambat dari anak-anak lain, atau mereka dapat berjalan,tetapi lambat untuk berbicara. Orang dewasa dan anak-anak dengan keterbelakangan mental mungkin juga menunjukkan beberapa atau semua karakteristik sebagai berikut :

Keterlambatan dalam perkembangan bahasa lisan

1) Defisit di memori keterampilan

2) Kesulitan belajar aturan social

3) Kesulitan dengan pemecahan masalah keterampilan

4) Penundaan dalam pengembangan perilaku adaptif seperti self-help atau

keterampilan perawatan diri

5) Kewenangan inhibitorsosial

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan secara fisik sama dengan anak normal, tetapi kemampuan berpikirnya terbatas dan daya konsentrasinya kurang, serta memiliki penalaran dan persepsi yang rendah.

c. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita Ringan

Faktor penyebab anak tunagrahita diklasifikasikan oleh para ahli sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing, namun secara garis besar pada prinsipnya semua sama.

Menurut Geniofam (2010:26,27) tunagrahita disebabkan beberapa faktor, antara lain :

1) Genetis

a) Kerusakan / kelainan biokimiawi

b) Abnormalitas kromosom

Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya memiliki IQ antara 20-60 dan rata-rata memiliki IQ 30-50.

2) Prenatal

a) Infeksi Rubella (cacar) b) Faktor Rhesus

3) Pada saat kelahiran

Tunagrahita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiran adalah luka- luka pada saat kelahiran, sesak nafas (aspbyxia), dan lahir prematur.

4) Setelah Lahir


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pada selaput otak) dan problem nutrisi yaitu kekurangan gizi, misalnya kekurangan protein yang didderita bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan tunagrahita.

5) Faktor Sosio-Kultural

Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia.

6) Gangguan Metabolisme / Nutrisi

a) Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu

gangguan pada enzym phenylketonuria.

b) Gargolisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati,

limpakecil dan otak

c) Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena

definisi iodium.

Sejalan dengan pendapat diatas, Rusli Ibrahim (2005:39,40) menyatakan bahwa sebab-sebab seseorang menjadi terbelakang mental adalah sebagai berikut:

1) Faktor Hereditas ; atau faktor genetika/keturunan yang menjadi

penyebab keterbelakangan mental

2) Faktor sebelum lahir ; yaitu kemungkinan-kemungkinan sebagai

berikut:

a) Karena kekurangan nutrisia, infeksi dan luka-luka serta keracunan

sewaktu bayi dalam kandungan. Janin tersebut mengalami keracunan atau infeksi.

b) Sewaktu ibu mengandung, mungkin menderita penyakit kolera,

typus, malaria, syphilis dan gonorhea.

c) Terjadi intoxication/keracunan pada janin, ketika ibu hamil muda,

mungkin ia minum obat-obatan seperti thalidomide, obat kontraseptif anti hamil.

d) Waktu hamil/sebelum kelahiran; mungkin ibu mengalami

psikosis, shoks atau dalam keadaaan takut yang berlebihan. Selain itu, mungkin ketika hamil, sang ibu terkena pululan, terjatuh yang mengenai bagian perut.

3) Faktor ketika kelahiran ; Resiko sewaktu melahirkan anaknya dapat

mengancam si ibu sendiri maupun anaknya. Terutama pada kelahiran pertama yang berlangsung lama dan sulit sekali. Oleh karena saat kelahiran itu kepala bayi sering terganggu oleh tekanan-tekanan karena mampat dari dinding rahim ibu. Tekanan-tekanan tersebut bisa menyebabkan intracranial haemorrage, yaitu pendarahan pada bagian dalam kepala si bayi. Tekanan tersebut bisa disebabkan oleh : kelahiran dengan bantuan tang, asphixia (lahir tanpa napas, prematur dan sebagainya.


(26)

commit to user

4) Faktor sesudah kelahiran ; Adapun sebab-sebabnya antara lain:

traumatic (luka pada kepala), kejang step, infeksi pada otak, kekurangan nutrisi, dan sebagainya.

Menurut Yanet dalam Munzayanah ( 2000:14), bahwa penyebab retardasi mental digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu:

1) Kelompok biomedik yang meliputi :

a) Prenetal, dapat terjadi karena :

(1) Infeksi pada ibu sewaktu mengandung

(2) Gangguan metabolisme

(3) Irradasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu

(4) Kelainan kromosom

(5) Malnutrisi

b) Natal, antara lain berupa :

(1) Anaxia

(2) Asphysia

(3) Prematurias dan posmaterias

(4) Kerusakan otak

c) Post natal, dapat terjadi karena :

(1) Malnutrisi

(2) Infeksi

(3) Trauma

2) Kelompok sosio kultural, psikologik atau lingkungan.

Wikipedia dalam (http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation) menyatakan :

Di antara anak-anak, penyebabnya tidak diketahui untuk sepertiga sampai setengah dari kasus. Down syndrome, sindrom velocariofacial dan sindrom alkohol janin, ini adalah tiga bawaan penyebab paling umum.

Namun dokter telah menemukan penyebab lain. Yang paling umum adalah :

Kondisi genetik

Kadang-kadang cacat disebabkan oleh gen abnormal warisan dari orang tua, kesalahan ketika penggabungan gen, atau alasan lain.

1) Masalah selama kehamilan

Cacat mental dapat terjadi ketika janin tidak berkembang dengan baik. Misalnya mungkin ada masalah dengan cara sel-sel janin membelah sebagai pertumbuhannya. Seorang wanita yang minum alkohol (lihat sindrom alkohol janin) atau mendapat infeksi seperti rubella selama kehamilan juga dapat memiliki bayi dengan cacat mental.

2) Masalah saat lahir

Jika bayi memiliki masalah selama persalinan dan kelahiran, seperti tidak mendapatkan cukup oksigen, ia mungkin telah cacat


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

perkembangan akibat kerusakan otak.

3) Paparan terhadap beberapa jenis penyakit atau racun

Penyakit seperti batuk rejan, campak, atau meningitis dapat menyebabkan cacat mental jika perawatan medis tertunda atau tidak memadai. Paparan racun seperti timbal atau merkuri juga dapat mempengaruhi kemampuan mental.

4) Kekurangan yodium, mempengaruhi sekitar 2 miliar orang di seluruh

dunia, adalah penyebab utama cacat mental di wilayah negara berkembang dimana kekurangan yodium merupakan endermik. Kekurangan yodium juga menyebabkan gondok, pembesaran kelenjar tiroid.

5) Malnutrisi adalah penyebab umum dari kurangnya intelegensi di

belahan

dunia yang terkena dampak kelaparan, seperti Ethiopia.

6) Tidak adanya fasciculus arkuata.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu :

1) Faktor genetik/keturunan

2) Penyakit pada saat ibu mengandung

3) Kondisi psikis pada saat ibu mengandung

4) Keracunan pada janin

5) Lahir prematur

6) Kerusakan otak akibat tekanan pada saat lahir

7) Infeksi otak

8) Gangguan metabolisme/ kekurangan nutrisi

9) Sosiokultural lingkungan

d. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Para ahli telah mengklasifikasikan anak tunagrahita dari berbagai sudut pandang yang berbeda, namun pada prinsipnya semua sama. Tjutju Sutjiharti Somantri (1996:86,87) menyatakan bahwa: Pengelompokan pada umumnya berdasarkan pada taraf intelegensinya, yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang dan berat. Pengelompokan seperti ini sebenarnya bersifat artificial karena ketiga kelompok di atas


(28)

commit to user

tidak dibatasi oleh garis demarkasi yang tajam. Gradasi dari satu level ke level berikutnya bersifat kontinum. Kemampuan intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC).

Level Keterbelakangan

IQ

Stanford Binet Skala Weschler Ringan

Sedang Berat Sangat berat

68- 52 51- 36 32- 20

19

69- 55 54- 40 39- 25

24

Heri Purwanto (1998:20-22) menyatakan bahwa klasifikasi anak tunagrahita dapat dibedakan menjadi tiga sudut pandang, diantaranya yaitu:

1) Klasifikasi berdasarkan sudut pandang disiplin ilmu

a) Dunia Pendidikan

(1) Mampu didik ( Educable)

(2) Mampu latih (Trainable)

(3) Mampu rawat ( totally Dependen)

b) Psikologi

(1) Ringan (Mild)

(2) Sedang (Moderate)

(3) Berat (Severe)

(4) Sangat berat (Profound)

c) Medis

(1) Debil

(2) Embisil

(3) Idiot

2) Klasifikasi berdasarkan sudut pandang dari angka kecerdasan

a) Binnet Simon

(1) Ringan (Mild) IQ 68-52, usia mental dewasa = 8,3–10,2 tahun

(2) Sedang (Moderate) IQ 51-36, usia mental dewasa = 5,7–8,2

tahun

(3) Berat (Severe) IQ 36-20, usia mental dewasa = 3,2–5,6 tahun

(4) Sangat berat (Profound) IQ< 19, usia mental dewasa = <3,1


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b) Weschler

(1) Ringan (Mild) IQ 69-55, usia mental dewasa = 8,3 – 10,2 tahun

(2) Sedang (Moderate) IQ 54-40, usia mental dewasa = 5,7– 8,2

tahun

(3) Berat (Severe) IQ 39-25, usia mental dewasa = 3,2 – 5,6 tahun

(4) Sangat berat (Profound) IQ< 24, usia mental dewasa = <3,1 tahun

c) Penggolongan tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut

B3PTKSM (P.26) sebagai berikut :

(1) Taraf perbatasan (border line) dalam pendidikan disebut

sebagai lamban belajar (low learner) dengan IQ 70-85.

(2) Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarde) ddengan

IQ 50-75

(3) Tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) dengan

IQ 30-50 atau IQ 35-55

(4) Tunagrahita buruh rawat (dependent or profoundly mentally

retarded) dengan IQ di bawah 25 atau 30

d) Penggolongan Tunagrahita Secara Medis-Biologis menurut Roan,

1979, dalam B3PTKSM (P.25) sebagai berikut :

(1) Retardasi mental taraf perbatasan (IQ 68-85)

(2) Retardasi mental ringan (IQ 52-67)

(3) Retardasi mental sedang(IQ 36-51)

(4) Retardasi mental berat (IQ 20-35)

(5) Retardasi mental sangat berat (IQ < 20)

(6) Retardasi mental tak tergolongkan

e) Adapun penggolongan tunagrahita secara sosial psikologis terbagi

dua kriteria yaitu psikometrik dan perilaku adaptif.

f) Adapun penggolongan tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik

menurut skala intelegensi Weschler (Kirk dan Gallagher, 1979 dalam B3PTKM (P.26) yaitu :

(1) Retardasi mental ringan (mild mental retardation ) dengan IQ

55- 69

(2) Retardasi mental sedang (moderate mental retardation )

dengan IQ 40- 54

(3) Retardasi mental berat (savere mental retardation ) dengan IQ

20- 39

(4) Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation )

dengan IQ 20 kebawah.

g) Penggolongan tunagrahita menurut kriteria perilaku adaptif tidak

berdasarkan intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai empat taraf, yaitu:

(1) Ringan

(2) Sedang

(3) Berat

(4) sangat berat


(30)

commit to user

tipe atau ciri-ciri jasmaniah sebagai berikut:

(1) Sindroma Down/Mongoloid, dengan ciri-ciri wajah khas

mongol,, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik.

(2) Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan), dengan ciri kepala

besar, raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar

(3) Microcephalus dan makrocephalus, dengan ciri-ciri ukuran

kepala tidak proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar)

Wikipedia dalam (http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation) menyatakan :

Rentang berikut, berdasarkan Standar Skor dari tes kecerdasan, mencerminkan kategori American Association of Mental Retardation, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-TR, dan Klasifikasi Internasional Penyakit-10.

Kelas IQ

Keterbelakangan mental yang mendalam Di bawah 20

Keterbelakangan mental yang parah 20 – 34

Keterbelakangan mental sedang 35 – 49

Keterbelakangan mental ringan 50 – 69

Borderline intelektual berfungsi 70 – 84

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan anak tunagrahita dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Tunagrahita ringan (Debil)

2) Tunagrahita sedang ( Embisil)

3) Tunagrahita berat ( Idiot)

e. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita Ringan

Secara fisik anak tunagrahita ringan tampak seperti anak normal pada umumnya, namun bila ditinjau dari perkembangan kognitifnya, anak tunagrahita ringan jauh berbeda dengan anak normal.

Menurut Suppes dalam Sutjihati Somantri (1996:90) menjelaskan, bahwa kognisi merupakan bidang yang luas, meliputi semua aspek


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

keterampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah persepsi. Mussen, Conger, dan Kagan dalam Sutjihati Somatri (1996:90) menjelaskan bahwa kognisi paling sedikit terdiri dari lima proses, yaitu persepsi, memory, pemunculan ide-ide, evaluasi, penalaran dan proses-proses itu meliputi sejumlah unit, yaitu skema, gambaran, simbol, konsep dan kaidah-kaidah.

Ternyata bahwa kognisi adalah bidang yang luas dan beragam. Anak tunagrahita memiliki taraf intelegensi yang rendah, maka tunagrahita pada umumnya perkembangan kognitifnya juga terhambat.

Anak tunagrahita yang memiliki MA yang sama dengan anak normal, tidak memiliki keterampilan kognitif yang sama. Anak normal tetap memiliki keterampilan kognitif yang lebih unggul daripada anak tunagrahita. Anak normal memiliki kaidah dan strategi dalam memecahkan

masalah, sedangkan anak tunagrahita bersifat trial dan error. Dalam hal

kecepatan belajar (learning rate), anak tunagrahita jauh tertinggal dengan

anak normal.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak tunagrahita jelas mengalami hambatan terutama dalam persepsi, memori, pemunculan ide-ide, evaluasi dan penalaran.

f. Kesulitan Belajar Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita memiliki tingkat intelegensi di bawah anak normal. Hal tersebut menyebabkan anak tunagrahita banyak mengalami hambatan dan kesulitan dalam belajarnya.

Tjutju Sutjihati Somantri (1996:85) menyatakan bahwa:

Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut.


(32)

commit to user

Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis dan membaca juga terbatas, kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

A. Setiawan dalam Rusli Ibrahim (2005 : 40-43) juga menyatakan bahwa anak tunagrahita memiliki masalah dalam :

1) Persepsi, motorik dan masalah koordinasi

2) Gangguan perhatian dan hiperaktif

3) Kelemahan dalam mengingat dan berpikir

4) Ketidakmampuan dalam belajar dan prestasi akademis

Children development institute menyatakan dalam

(http://www.childdevelopmentinfo.com/learning_disabilities.shtm) sebagai

berikut :

Kesulitan belajar biasanya mempengaruhi lima wilayah umum :

1) Bahasa lisan : lambat, terganggu dan penyimpangan dalam

mendengarkan dan berbicara.

2) Bahasa tertulis : kesulitan dengan membaca, menulis dan ejaan.

3) Aritmatika : kesulitan dalam melakukan operasi aritmatika

atau dalam pemahaman konsep dasar.

4) Penalaran : kesulitan dalam mengatur dan mengintegrasikan

pikiran.

5) Memori : kesulitan dalam mengingat informasi dan

instruksi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan mengalami gangguan persepsi, gangguan perhatian, lemah dalam mengingat dan berpikir, serta terbatas dalam belajar membaca, menulis dan berhitung.

2. Tinjauan Prestasi Belajar IPA

a. Konsep Pembelajaran

UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Tian Belawati (2003:1.1) pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan informasi dan penataan lingkungan untuk menunjang proses penemuan ilmu pengetahuan. Pengertian lingkungan di sini tidak hanya berarti tempat belajar, tetapi termasuk di dalamnya adalah metode, media dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi dan membimbing siswa belajar. Informasi dan lingkungan yang disampaikan dapat berubah-ubah, tergantung pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Proses pembelajaran mencakup di dalamnya adalah proses pemilihan, penataan, dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai serta cara siswa berinteraksi dengan sumber informasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan maksimal.

b. Pengertian tentang IPA

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (dikutip oleh Izzatin, 2008) merupakan

“pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis

tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yang teratur,

sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.

Menurut Abdullah (dikutip oleh Izzatin, 2008) IPA merupakan

“pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas

atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait

antara antara cara yang satu dengan cara yang lain”

Permendiknas 24(2006:81) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.


(34)

commit to user

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan manusia dengan menggunakan metode ilmiah berupa eksperimen, observasi, dan penemuan sehingga didapatkan suatu kesimpulan dan penyusunan teori.

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah, yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

Pembelajarn IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquery) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran IPA di SDLB menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

c. Tujuan Pembelajaran IPA

Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdaarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

d. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan

2) Benda/materi; sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi : cair, padat dan

gas

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan

benda-benda langit lainnya.

e. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Menurut Benyamin S. Bloom dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut A.J Romoszowski dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan


(36)

commit to user

atau kinerja (performance). Hasil belajar dikelompokkan menjadi dua

yaitu pengetahuan dan keterampilan.

John M.Keller dalam Mulyono Abdurrahman (2003:38) juga menyatakan bahwa hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu kelompok

masukan pribadi (personal input) dan kelompok masukan yang berasal

dari lingkungan (enviromentalinputs).

Menurut Keller, hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh individu melalui belajar untuk mengaktualisasikan diri, sehingga ada perubahan tingkah laku yang mencaku segi kognitif, afektif dan psikomotor.

Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Ngalim Purwanto (1990 : 102) faktor-faktor itu dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : 1) Faktor Individual

(a) Kematangan / Pertumbuhan

Mengajarkan sesuatu yang baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan, potensi jasmani dan rohaninya telah matang.

(b) Kecerdasan / Intelegens

Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasan yang dimiliki.

(c) Latihan dan ulangan.

Melatih diri dan sering melakukan sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam.

(d) Motivasi

Merupakan pendorong bagi organisme untuk melakukan sesuatu. (e) Sifat-sifat pribadi seseorang

Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing- masing yang berbeda antar seorang dengan yang lainnya, yang


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sedikit banyak mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dapat dicapai.

2) Faktor Sosial

(a) Keadaan keluarga

Suasana dan keadaan yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana dan sampai di mana prestasi belajarnya dialami dan

dicapai oleh individu. (b) Guru dan cara mengajar

Bagaimana skap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan turut menentukan prestasi belajar.

(c) Alat-alat pelajaran (d) Motivasi sosial.

Berkaitan dengan dorongan dan dukungan orang lain (guru, orang tua, teman)

(f) Lingkungan dan kesempatan

Sumadi Suryabrata (1993:249), mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut :

1) Faktor yang berasal dari luar (a) Non sosial

Yang dimaksud adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat dan lain-lain.

(b) Sosial

Faktor manusia (sesama manusia) baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, yang tidak langsung hadir.

2) Faktor yang berasal dari dalam (a) Fisiologi

(1) Tonus jasmani pada umumnya

(2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu (b) Psikologis

(1) Adanya kebutuhan

(2) Akan adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari rasa kekhawatiran.

(3) Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain.

(4) Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat

(5) Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan dan

mengaktualisasikan diri.


(38)

commit to user

f. Materi Pelajaran IPA

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, materi diambil dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-C Tuna Grahita Ringan (2006:88) sebagai berikut :

3. Tinjauan Media Audio Visual

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin “medius” yang secara harfiah

berarti tengah, perantara, atau pengantar.

Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad (2010:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Menurut pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali

No. Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator 1 Bumi dan alam

semesta Memahami kenampakan

permukaan bumi

dan langit, cuaca dan pengaruhnya pada manusia

1.1

Mendeskripsi-kan

Kenampakan permukaan bumi (daratan

dan sebaran

air)

1.1.1 Menyebutkan lima macam

kenampakan permukaan bumi 1.1.2 Menyebutkan

lima penyebab kerusakan permukaan bumi 1.1.3 Menyebutkan

lima cara mencegah perubahan/

kerusakan permukaan bumi


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

informasi visual atau verbal.

AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) dalam Azhar Arsyad (2010:3) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Menurut Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad (2010:4) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar berbingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa mampu memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara maksimal, serta sikap yang proporsional.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik dalam Azhar Arsyad (2010:15,16) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi dan membantu meningkatkan pemahaman siswa.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005:2) mengemukakan ma media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:


(40)

commit to user

menumbuhkan motivasi belajar

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Encyclopedia of Educational Research dalam Azhar Arsyad (2010:25) merincikan manfaat media pembelajaran sebagai berikut :

1) Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir, oleh karena itu

mengurangi verbalisme

2) Memperbesar perhatian siswa

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap

4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri di kalangan siswa

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui

gambar hidup

6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu

perkembangan kemampuan berbahasa

7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara

lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Azhar Arsyad (2010 : 26,27) mengemukakan manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu.

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya. Misalnya, melalui karyawisata, kunjungan- kunjungan ke museum atau kebun binatang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah dapat menarik perhatian siswa, meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan pemahaman siswa dan secara keseluruhan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

c. Media Audio Visual

1) Pengertian Media Audio Visual

Abdul Majid (2008:180) menyatakan bahwa program video/film biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual aids/audio visual media).

Feri dalam (http://www.total.or.id/info.php?kk=Audiovisual)

menyebutkan bahwa arti istilah audio visual dianggap berkaitan erat dengan pengertian berikut ini, yaitu perangkat soundsistem yang dilengkapi dengan penampilan suara (audio) dan gambar (visual), biasanya digunakan untuk presentasi, home theater, dan sebagainya.

Getskripsi dalam

(http://getskripsi.com/tag/pengertian-audio-visual/) menyebutkan bahwa media audio visual adalah media yang dapat didengar dan dapat dilihat, sehingga dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit daripada yang disampaikan secara lisan atau ditulis.

Edu dalam (http://nikiblogku.blogspot.com/2009/02/pengertian-komunikasi-audio-visual-dan-html) juga menyebutkan bahwa:

komunikasi audio visual adalah proses penyampaian pesan atau informasi

dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan cara

memvisualisasikan sekaligus memperdengarkan isi pesan atau informasi kepada penerima dengan melalui media yang menunjangnya. Media yang menunjangnya itu adalah media elektronik, seperti televisi, VCD player, DVD player, komputer dan lain-lainnya yang bisa digunakan untuk memvisualisasikan sekaligus memperdengarkan isi pesan dan informasi tersebut.


(42)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah suatu perangkat yang dapat didengar dan dilihat untuk menyampaikan pesan atau informasi secara konkrit.

2) Jenis Media Audio Visual

Anwar dalam (http://media-grafika.com/multimedia-pembelajaran) menyebutkan bahwa jenis media audio visual, yaitu :

(a) Media Video

Merupakan salah satu jenis media audio visual selain film, yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.

(b) Media Komputer

Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.

Djamarah SB,dkk dalam Ketut Juliantara

(http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11media-audio-visual-slide-bersuara/) menyatakan bahwa:

secara lebih spesifik, slide bersuara termasuk ke dalam media audiovisual diam. Media audio visual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Jenis media ini antara lain media sound slide (slide suara), film strip bersuara dan halaman bersuara.

Menurut Rohani, Ahmad dalam Ketut Juliantara

(http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/media-audio-visual-slide-bersuara/), slide bersuara memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

a) Gambar yang diproyeksikan secara jelas akan lebih menarik perhatian.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c) Isi gambar berurutan, dapat dilihat berulang-ulang serta dapat diputar

kembali sesuai dengan gambar yang diinginkan.

d) Pemakaian tidak terikat oleh waktu

e) Gambar dapat didiskusikan tanpa terikat waktu, serta dapat

dibandingkan satu dengan yang lain tanpa melepas film dari proyektor.

f) Dapat dipergunakan bagi orang yang memerlukan sesuai dengan isi

dan tujuan pemakai

g) Sangat praktis dan menyenangkan

h) Relatif tidak mahal, karena dapat dipakai berulang kali.

i) Pertunjukan gambar dapat dipercepat atau diperlambat

3) Audio Visual dalam Kegiatan Belajar Mengajar IPA

Dalam kegiatan Belajar Mengajar IPA pada materi permukaan bumi, audio visual yang digunakan berupa :

a) Media Video yang dikemas dalam VCD berisi tentang :

(1) Enam macam gambar kenampakan permukaan daratan

Yang terdiri dari gambar gunung, pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, lembah dan pantai beserta penjelasan yang dapat didengar.

(2) Lima macam gambar kenampakan permukaan air yang terdiri dari

sungai, danau, selat, laut dan samudera beserta penjelasan yang dapat didengar.

b) Media Komputer : berisi rekaman peristiwa penyebab perubahan/

kerusakan permukaan bumi, terdiri dari : air pasang, air surut, banjir, erosi, abrasi, badai, letusan gunung berapi dan tsunami serta gambar-gambar cara mencegah terjadinya perubahan/ kerusakan permukaan bumi, antara lain : gambar reboisasi, terasering, hutan lindung, hutan bakau dan pemasangan beton untuk memecah gelombang laut.

B. Kerangka Berpikir

Anak tunagrahita ringan mempunyai banyak keterlambatan dan hambatan. Hal itu dikarenakan anak tunagrahita ringan mengalami gangguan persepsi, gangguan perhatian, lemah dalam mengingat dan berpikir, juga terbatas dalam


(44)

commit to user

membaca, menulis dan berhitung. Mereka kurang mampu untuk menangkap informasi-informasi terutama yang berkaitan dengan pengetahuan yang diberikan di sekolah. Untuk mengatasi masalah anak tunagrahita dalam menangkap pengetahuan di sekolah, diperlukan model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran tersebut harus dapat membantu mempermudah proses pembelajaran, sehingga upaya untuk meningkatkan kemampuan anak tersebut dalam menangkap pengetahuan di sekolah dapat tercapai dan hasil belajar anak meningkat. Pembelajaran yang dilakukan harus dibawa dalam suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga anakpun akan termotivasi dalam belajar.

Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pembelajaran anak tunagrahita ringan adalah pemilihan media pembelajaran yang tepat, yang dapat menarik perhatian siswa, dapat mengarahkan perhatian siswa, dapat memperjelas informasi yang disajikan, sehingga hasil belajar akan lebih meningkat.

Media pembelajaran yang perlu dipertimbangkan pengguaannya dalam kegiatan pembelajaran anak tunagrahita ringan adalah media audio visual. Melalui media audio visual, anak tunagrahita ringan akan lebih tertarik dan terarah perhatiannya, lebih mudah memahami informasi yang disajikan, tidak bosan dan suasana belajar lebih menyenangkan. Hal tersebut dapat membawa dampak hasil belajar anak tunagrahita ringan meningkat.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 .Alur kerangka berpikir

C. Hipotesis

Menurut Margono (1996:80), hipotesis berasal dari kata hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu pendapat, masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

Kegiatan pembelajaran dengan media audio visual

Hasil belajar IPA anak tuna grahita ringan materi permukaan bumi

meningkat

Hasil belajar IPA anak tuna grahita ringan materi permukaan bumi


(46)

commit to user

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Penggunaan Media Audio Visual

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Permukaan Bumi pada Kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat yang bersangkutan mengajar, dengan penekanan pada peningkatan atau penyempurnaan proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal.

Alasan memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah :

a. Peneliti dapat melaksanakan kegiatan pengumpulan data yang

diperlukan sesuai dengan variabel-variabel yang di teliti

b. Efisiensi dalam waktu, tenaga dan biaya karena tempat penelitian

merupakan tempat mengajar peneliti

c. Sekolah tersebut mendukung diadakannya penelitian untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran

d. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek

penelitian sejenis, sehingga terhindar dari penelitian ulang

2. Waktu Penelitian

Dalam melaksanakan kegiatan ini, peneliti melaksanakan penelitian secara bertahap, mulai bulan Februari sampai bulan Juni 2011. Tahap kegiatan mulai dari persiapan awal, pembuatan proposal hingga penyusunan laporan penelitian.


(48)

commit to user Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No KEGIATAN

Februari

2011 Maret 2011

April 2011 Mei 2011 Juni 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1. Penyusunan proposal 2. Pendesainan dan persiapan media yang digunakan 3. Pelaksanaan Siklus I 4. Pelaksanaan Siklus II 5.

Evaluasi Proses Pembelajaran

6. Analisis Hasil

Evaluasi

7. Seminar hasil

penelitian

8. Penyusunan

laporan

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011 sejumlah tujuh anak, yang terdiri dari empat siswa perempuan dan tiga siswa laki-laki. Subjek dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut :


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

No Nama Jenis Kelamin Umur ( Tahun )

1 2. 3. 4. 5. 6. 7. AS DN EL EH GR LR NF L P P L L P P 15 14 12 13 12 12 13

D. Sumber Data

Sumber data yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi :

1. Siswa kelas VI Tunagrahita Ringan : untuk mengetahui kegiatan belajar siswa

selama berada di lingkungan sekolah

2. Orang tua/ wali murid : untuk mendapatkan informasi tentang siswa selama

berada di lingkungan keluarga

3. Dokumen : berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil penilaian afektif

siswa, hasil tes siswa berupa nilai pre tes, nlai pos tes siklus I dan nilai pos tes siklus II untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Wawancara

Menurut Anas Sudijono (2005:82), Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Suharsini Arikunto (2006:155) menyatakan bahwa wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).


(50)

commit to user

Menurut Winarno Surakhmad (1994:174) interview (wawancara)

menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek atau sampel.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah pengambilan informasi yang dilakukan melalui suatu kegiatan percakapan antara peneliti dengan pihak yang berkompeten (subjek penelitian) untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.

Informasi yang dapat diperoleh melalui kegiatan wawancara antara lain:

a. Gambaran kemampuan anak dalam belajar

b. Gambaran kegiatan anak di rumah dan di luar rumah

c. Gambaran kebiasaan-kebiasaan anak dalam belajar di rumah

d. Kebiasaan-kebiasaan lain yang sering muncul dan sering dilakukan oleh

anak

e. Tingkah laku anak di dalam dan di luar kelas

f. Kondisi keluarga anak

g. Sarana dan prasarana belajar anak

2. Observasi

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007:70) menyatakan

bahwa”observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki”.

Menurut Anas Sudijono (2005:76) “Pengertian observasi adalah cara

menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan”.

Menurut Gulo (2005:10) menyatakan bahwa :

pengertian observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana mereka saksikan selama pengamatan.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Ada tiga tipe observasi, yaitu:

a. Observasi partisipatif, yaitu observasi yang dilakukan oleh observator

(pengamat) dengan turut mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh obyek yang diobservasi (observe)

b. Observasi sistematis, yaitu observasi yang direncanakan lebih dahulu

aspek yang akan diobservasi sesuai dengan tujuan, waktu, dan alat yang dipakai

c. Observasi eksperimental, yaitu observasi yang dilakukan untuk

mengetahui perubahan atau gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah tindakan dalam proses pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian.

Tipe observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe observatif partisipatif, yaitu observer (pengamat) berada dalam situasi yang sedang diamati. Guru mengamati perilaku siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan cara berkeliling mendekati masing-masing subjek penelitian, sehingga peneliti dapat melakukan pengamatan secara dekat terhadap aktivitas belajar mereka dengan segala permasalahannya.

Pengamatan difokuskan pada kegiatan belajar mengajar IPA pada materi Permukaan Bumi, melalui media audio visual. Data yang dikumpulkan melalui observasi ini adalah suasana kelas, keaktifan siswa, perhatian siswa, daya serap siswa dan hasil belajar siswa.

3. Tes

Anas Sudijono (2005 : 66) menyatakan bahwa tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Menurut Suharsini Arikunto (2002 : 53), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Saifuddin Azwar (2002 : 3) mengemukakan bahwa tes adalah prosedur yang sistaknatis, maksudnya item-item dalam tes disusun menurut cara dan


(52)

commit to user

aturan tertentu, prosedur administrasi tes dan pemberian angka (scoring) terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasikan secara terperinci, dan setiap orang yang mengambil tes itu harus mendapatkan item-item yang sama dalam kondisi sebanding.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu teknik pengukuran atau penilaian yang di dalamnya terdapat sejumlah pertanyaan/latihan yang diberikan kepada tester untuk mengetahui atau mengukur pengetahuan, keterampilan, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok dengan menggunakan aturan yang sudah ditentukan.

Anas Sudjono (2005 : 75), menyatakan tentang penggolongan tes berdasarkan cara mengajukan dan memberikan jawaban adalah sebagai berikut :

a. Tes tertulis yaitu tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir

pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan tester memberikan jawaban secara tertulis.

b. Tes lisan yaitu tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan atau soal

dilakukan secara lisan dan tester memberikan jawaban secara lisan pula.

c. Tes perbuatan yaitu tes yang digunakan untuk mengukur taraf kompetensi

yang bersifat keterampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh tester setelah melaksanakan tugas tersebut.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, yang digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menangkap materi pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menjawab soal-soal tes dengan baik dan benar.

4. Kajian Dokumen

Teknik ini digunakan untuk menganalisis dokumen yang telah didapatkan, baik dari hasil wawancara, hasil observasi dan nilai hasil belajar siswa.


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

F. Validitas dan Reliabilitas Data

Data dalam penelitian ini diuji validitasnya dengan beberapa teknik triangulasi, yaitu : trianggulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi teori, dan triangulasi metodologi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang berfungsi untuk mengecek kembali kebenaran data tertentu dengan cara membandingkan data yang diperoleh melalui sumber lain pada berbagai fase penelitian lapangan dalam waktu yang berlainan.

Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan dijadikan data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya , sehingga data validitas tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Tehnik yang digunakan untuk memeriksa validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi dan review informan.

Moeleong (2004:330) mengemukakan bahwa "Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu". Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adaah triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau dokumen yang ada.

Untuk menjaga validitas, secara kolaboratif data dalam penelitian ini didiskusikan / dikonsultasikan dengan teman sejawat atau tim ahli, serta diupayakan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) observer mengamati keseluruhan peristiwa yang terjadi di kelas; 2) tujuan, batas waktu dan rambu-rambu observasi jelas; 3) hasil observasi dicatat lengkap dan hati-hati; dan 4) observasi harus dilakukan secara obyektif.

Agar tes dapat digunakan sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, maka tes tersebut harus memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes itu valid, artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang hendak diukur. Tes yang


(1)

commit to user

Grafik 5. Perbandingan Nilai Tes Siklus I dengan Nilai Tes Siklus II IPA materi Permukaan Bumi Kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi

Tabel 8 dan grafik 5 menunjukkan bahwa pada Siklus II ini hasil belajar siswa meningkat cukup signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari perbandingan Siklus I dengan nilai rata-rata 62,86 dan Siklus II dengan nilai rata-rata 70. Berdasarkan hasil tersebut telah membuktikan bahwa media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi permukaan bumi pada Siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Jika melihat tabel 4, nilai rata-rata Pre Tes yang dilakukan sebelum penelitian adalah 49,29. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, pada Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 62,86. Kondisi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

AS DN EH EL GR LR NF

Nilai

Nama Siswa

Tes Siklus I


(2)

commit to user

ini belum menunjukkan ketuntasan belajar siswa, dikarenakan dari tujuh siswa yang menjadi subjek penelitian, masih ada dua siswa yang nilai pos tesnya masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60, atau dengan kata lain ketuntasan belajar siswa secara klasikal baru mencapai 71,43%. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan, yaitu dengan pembelajaran Siklus II. Setelah mengikuti pembelajaran pada Siklus II ini, pencapaian nilai siswa mengalami peningkatan, baik secara individu maupun rata-rata klasikal. Nilai rata-rata Tes siswa meningkat dari 62,86 menjadi 70. Meskipun satu siswa belum dapat mencapai KKM, namun secara klasikal ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 85,71%.

Perbandingan nilai Pre Tes, nilai Tes Siklus I dan nilai Tes Siklus II dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 9. Perbandingan Nilai Pre Tes, Nilai Tes Siklus I dan Nilai Tes Siklus II IPA materi Permukaan Bumi Kelas VI Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi

No. Subjek Pre Tes Tes

Siklus I

Tes

Siklus II Keterangan

1. AS 35 40 40 Tetap

2. DN 45 65 70 Meningkat

3. EH 60 65 75 Meningkat

4. EL 50 70 80 Meningkat

5. GR 65 70 85 Meningkat

6. LR 70 75 80 Meningkat

7. NF 20 55 60 Meningkat

Jumlah 345 440 490 Meningkat

Rata-rata 49,29 62,86 70 Meningkat

Nilai Terendah 20 40 40 Meningkat


(3)

commit to user

Grafik 6. Perbandingan Nilai Rata-rata Pre Tes, Tes Siklus I dan Tes Siklus II

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa Tunagrahita Ringan yang mempunyai karakteristik mudah lupa, lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru dan mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan yang bersifat abstrak.

Peningkatan hasil belajar siswa Tunagrahita Ringan dari rata-rata 49,29 menjadi 62,86 dan meningkat lagi menjadi 70, membuktikan bahwa penggunaan media audio visual sangat baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohani dan Ahmad dalam Ketut Juliantara (http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11media-audio-visual-slide-bersuara/) yang antara lain menyatakan bahwa media audio visual lebih menarik perhatian, dapat digunakan secara klasikal maupun individu, dapat diputar dan dilihat berulang-ulang, dapat dipercepat atau diperlambat, sangat praktis dan menyenangkan. Oleh karena itu untuk lebih meningkatkan hasil belajar yang signifikan, perlu adanya pengembangan dan pengayaan dalam penggunaan media audio visual tersebut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pre Tes Tes Siklus I Tes Siklus II

Nilai


(4)

commit to user

Satu siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60, melalui wawancara dan pengamatan terungkap bahwa siswa tersebut tergolong tunagrahita ringan yang mempunyai kecenderungan lebih lambat bila dibandingkan dengan siswa lain, mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan lambat dalam membaca. Hal ini sesuai pendapat Tjutju Sutjihati Somantri (1996 :85) yang menyatakan bahwa kapasitas belajar anak tunagrahita, terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis dan membaca juga terbatas, kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian.

Meskipun begitu, siswa tersebut memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari perhatiannya pada saat pembelajaran dan kesungguhannya dalam mengerjakan pos tes, baik pada Siklus I maupun Siklus II. Perhatian dan kesungguhan siswa tersebut harus terus dirangsang oleh guru dengan pemberian reward, sehingga semangat belajarnya dapat tumbuh dan berkembang.


(5)

commit to user

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VI Tunagrahita

Ringan SDLB Negeri Slawi Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2010/2011 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi : 1) tahap perencanaan; 2) tahap tindakan; 3) tahap pengamatan dan 4) tahap refleksi.

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi permukaan bumi pada siswa Kelas VI Tunagrahita Ringan Semester II SDLB Negeri Slawi, Kabupaten Tegal, Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Saran

Berdasarkan pelaksanaan proses penelitian tindakan kelas di Kelas VI Siswa Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Slawi, Kabupaten Tegal dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Kepala Sekolah

Penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu diharapkan agar kepala sekolah menganjurkan kepada para guru agar menggunakan media audio visual sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, karena dengan menggunakan media audio visual, pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan, tidak membosankan, dapat meningkatkan pemahaman siswa, dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

2. Bagi Guru

Perkembangan teknologi informasi memberi kesempatan kepada guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam menentukan media pembelajaran serta metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dalam proses


(6)

commit to user

belajar mengajar. Oleh karena itu diharapkan agar para guru menggunakan media audio visual, karena media audio visual merupakan media yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran di berbagai tingkatan kelas, sangat praktis dan menyenangkan, mudah digunakan, relatif tidak mahal, dapat dipakai untuk belajar secara perorangan, kelompok maupun klasikal dan dapat dipakai berulang kali. Media audio visual dapat menarik perhatian siswa, tidak membosankan, dapat menampilkan berbagai objek, dapat menampilkan konsep yang abstrak menjadi konkrit, sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar dan hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG MELALUI MEDIA BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN 03 KENDALDOYONG TAHUN 2010

0 3 104

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPA MATERI STRUKTUR BUMI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI Peningkatan Minat Belajar IPA Materi Struktur Bumi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ronggo 03 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 4 15

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI MEDIA ANIMASI KANTONG HITUNG SISWA KELAS 1 SEMESTER II SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 11 142

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PESAWAT Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Pesawat Sederhana Pada Siswa Kelas V Semester II Di SD Negeri 04 Mojogedang Tahun 2010/2011.

0 0 15

PENDAHULUAN Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Pesawat Sederhana Pada Siswa Kelas V Semester II Di SD Negeri 04 Mojogedang Tahun 2010/2011.

0 0 7

SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD N ! Pandean Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE SNOWBALL PADA SISWA KELAS IV UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE SNOWBALL PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 16 KARANGASEM TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 16

PENDAHULUAN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE SNOWBALL PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 16 KARANGASEM TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 10

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL.

0 0 5

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE ...

1 2 105