BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua marga, enam jenis dan satu varietas. Dua marga tersebut adalah : Pandanus dan
Freycinetia. Adapun ciri masing-masing marga menurut Hyene 1987 dalam Batoro,dkk 2006 adalah : a Freycinetia : Batang memanjat, jarang soliter, tidak
mempunyai akar penyangga. b Pandanus : Batang tidak memanjat, semak atau pohon sering dilengkapi dengan akar penyangga atau akar udara, atau kadang
kedua-duanya. Genus Pandanus yang paling banyak ditemukan. Sedangkan spesies yang keberadaannya paling banyak adalah Pandanus tectorius. Di
beberapa daerah Jawa Timur, jenis pandan tersebut digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan seperti tikar, dan perkakas rumah tangga lain sebagaimana fungsi
pandan. Namun, Sebagian besar masyarakat kurang mengetahui kegunaan Pandanus tectorius sebagai bahan baku pembuatan kerajinan Batoro,dkk. 2006.
Tumbuhan yang dikenal sebagai pandan jarang diteliti tapi sering dimanfaatkan. Anggota dari familia tersebut mempunyai lebih dari 40 jenis yang dapat
dimanfaatkan, baik sebagai tanaman hias, sebagai bahan pangan, pewangi, sebagai bahan bangunan dan bahan industri seperti tikar, tas, mebel dan atap
rumah Lemmens, 1998 dalam Batoro,dkk 2006. Menurut Sudardadi 1996 dalam Batoro,dkk 2006, daun pandan dipergunakan sebagai sumber serat untuk
berbagai kerajinan anyaman. Seiring perkembangan budaya, baik tradisional
Universitas Sumatera Utara
maupun bioteknologi, penggunaan bahan pandan, seperti dapat dijumpai baik dimasyarakat, pasar tradisional, mengalami pergeseran yang digantikan oleh
bahan lain, seperti tali oleh plastik, topi dari bahan kain, bambu, rotan dan bahan- bahan lainnya. Terjadinya pergeseran ini dapat menyebabkan percepatan
hilangnya pengetahuan tentang pemanfaatan serta diversitas jenis-jenis pandan Batoro,dkk. 2006.
Setiap orang atau keluarga mempunyai tingkat kebutuhan konsumsi, dimana maksud konsumsi disini adalah barang non pangan, yang mana kebutuhan
konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Pendapatan seseorang akan
mempengaruhi tingkat konsumsinya. Semakin tinggi pendapatan, semakin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, semakin sedikit pendapatan,
semakin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya
tabungan berkurang Prayudi, 2000.
Dalam realita tingkat pengeluaran akan berbanding lurus dengan tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin besar
tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan untuk mengukur pendapatan masyarakat Rosida, 2007.
Berdasarkan penelitian Fitriana 2000 untuk mengetahui kontribusi pengrajin anyaman tikar terhadap kehidupan ekonomi keluarga, dapat dilihat dari
banyaknya sumbangan yang diberikan pengrajin dalam memenuhi kebutuhan keluarga dikaitkan dengan penghasilan suami. Kehidupan ekonomi keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
dimaksud disini adalah kebutuhan keluarga akan makanan, kesehatan, pakaian, pendidikan anak, kebutuhan pribadi, pembelian barang berharga dan kegiatan
sosial. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kontribusi Pengrajin Anyaman Tikar Terhadap Kehidupan Ekonomi
Keluarga Perbulan Berdasarkan Status Perkawinan Tahun 2000
No Jenis
Pekerjaan Suami
Janda Gadis
F Penghasilan
SuamiOrang Tua Rp
Penghasilan Pengrajin
Rp Jumlah Rp
Sumbangan Pengrajin
Terhadap Penghasilan
Keluarga 1
Pedagang 3
250.000 90.000
340.000 26,47
2 Petani
Tambak 8
150.000 100.000
250.000 40,00
3 Petani
4 100.000
100.000 200.000
50,00 4
Penggarap 3
300.000 75.000
375.000 20,00
5 Tukang
2 150.000
100.000 250.000
40,00 6
Lain-lain Janda
8 -
125.000 125.000
100,00 7
- Gadis
2 150.000
90.000 240.000
37,50 Jumlah
30 1.100.000
680.000 1.780.000
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi anyaman tikar tertinggi adalah 100, karena sumbangan dari penghasilan anyaman tikar merupakan satu-satunya mata
pencarian keluarga. Sedangkan sumbangan dari penghasilan anyaman tikar terendah adalah 20. Persentase dari sumbangan anyaman tersebut memiliki
kriteria yang dapat diklasifikasikan melalui penjelasan Soehadji 1992 dalam Noeferdiman dan Novra 2001 bahwa suatu usaha dapat dikatakan cabang usaha
apabila kontribusinya terhadap pendapatan keluarga bekisar antara 30-70, apabila kontribusinya lebih kecil dari 30 maka berupa usaha sambilan, dan jika
kontribusinya berkisar antara 70-100 tergolong usaha pokok Noeferdinan dan Novra, 2001.
2.2 Landasan Teori