Bentuk– bentuk Partisipasi Politik Konvensional dan Non-Kovensional

Gambar 2. Hierarki Partisipasi Politik Sumber : diadaptasi Michael Rush Philip Althoff , Pengantar Sosiologi Politik dalam : Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Politik. 2010

3. Bentuk– bentuk Partisipasi Politik Konvensional dan Non-Kovensional

Sedangkan Gabriel A. Almond membedakan partisipasi ke dalam dua bentuk, yaitu partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non-konvensional. Partisipasi politik konvensional, yaitu suatu bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Sedangkan Partisipasi politik nonkonvensional, yaitu suatu bentuk partisipasi politik yang tidak lazim dilakukan dalam bentuk kondisi normal, bahkan dapat berupa kegiatan yang ฀dminis, penuh kekerasan dan revolusioner. 19 19 Prof. Dr. Damsar, ibid., hal. 186 Untuk lebih jelas mengenai pandangan dari Gabriel A. Almond mengenai bentuk – bentuk partisipasi politik dapat dilihat pada tabel berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Bentuk – Bentuk Partisipasi Politik Konvensional Non-Konvensional • Pemungutan suara voting • Diskusi politik • Kegiatan kampanye • Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan • Komunikasi individual dengan pejabat politik dan ฀dministrative • Pengajuan petisi • Demonstrasi • Konfrontasi • Mogok • Tindak kekerasan politik terhadap benda perusakan, pemboman, pembakaran • Tindak kekerasan Politik terhadap manusia penculikan, pembunuhan • Perang gerilya dan revolusi Sumber : Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Politik. 2010 Ramlan Surabkti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik, membagi bentuk partisipasi politik menjadi dua, yaitu Partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif adalah kegiatan yang berorientasi pada proses input dan output politik. Yang termasuk dalam partisipasi aktif adalah mengajukan usulan mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan mengenai kebijakan yang dibuat pemerintah, memberikan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan. Sedangkan partisipasi pasif adalah kegiatan yang orientasinya berupa proses output. yang termasuk ke dalam Universitas Sumatera Utara kegiatan partisipasi pasif adalah seperti kegiatan yang menaati pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah. 20 Alasan orang berpartisipasi dalam kegiatan politik juga dapat merujuk pada tipologi tindakan sosial Max Webber. Seseorang melakukan aktifitas politik dikarenakan empat alasan, yaitu pertama, alasan rasional nilai, adalah alasan yang di dasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai – nilai suatu kelompok. Kedua, alasan emosional afektif, yaitu alasan yang didasarkan atas suatu kebencian atau sukacita terhadap suatu ide, oranisasi, partai atau individu. Alasan partisipasi politik seperti ini cenderung bersifat nonrasional. Ketiga, alasan tradisional, yaitu alasan yang di dasarkan atas penerimaan norma tingkah laku individu atau tradisi tertentu dari suatu kelompok sosial. Keempat, alasan rasional instrumental, yaitu alasan yang didasarkan atas kalkulasi untung-rugi secara ekonomi. Selain itu, juga terdapat sekelompok yang tidak termasuk ke dalam dua kategori di atas, mereka beranggapan bahwa masyarakat serta sistem politik yang ada telah menyimpang jauh dari apa yang mereka cita – citakan, sehingga membuat mereka enggan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan berpolitik. Kelompok ini disebut apatis atau lebih dikenal dengan golongan putih golput. Dalam negara – negara demokratis, umunya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat, lebih baik. Tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa negara mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan – kegiatan itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umunya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena diartikan bahwa banyak warga negara tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan. 21 20 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik , Jakarta : PT Grasindo 1999, hal 142-143 21 Prof. Dr. Damsar, op.cit., hal.193-197 Universitas Sumatera Utara

6.3. Partai Politik dan Sistem Kepartaian

Dokumen yang terkait

Perbedaan Self-Efficacy Antara Siswa Etnis Tionghoa Dan Non Tionghoa Di SMA Mayoritas Etnis Tionghoa (Studi Kasus SMA Sutomo 1 Medan)

0 97 73

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah 2010 Di Kelurahan Pusat Pasar Medan Kota

0 50 99

Etnisitas dan Perilaku Pemilih (Studi Kasus: Persepsi Dan Preferensi Masyarakat Etnis Batak Toba Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kabupaten Karo Tahun 2010)

4 116 113

Preferensi Etnis Cina Berbelanja Di Pasar Tradisional Ramai (Studi Kasus : Pasar Tradisional Ramai, Kelurahan Sei Renggas II Kecamatan Medan Area)

0 47 96

Etnisitas dan Perilaku Politik : Studi Kasus: Preferensi Politik Masyarakat Etnis Batak Toba Pada pemilihan Kepala Daerah Langsung Kabupaten Karo 2005

1 48 97

Budaya Politik Dan Partisipasi Politik ( Suatu Studi : Budaya Politik Dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Desa Aek Tuhul Kecamatan Batunadua Padangsidempuan )

11 106 85

Etnisitas dan Preferensi Politik (Studi Kasus : Masyarakat Etnis India dan Etnis Tionghoa Di Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Kelurahan Polonia.

7 110 85

Etnisitas dan Politik Suatu Studi Partisipasi Politik Etnis Karo Dalam Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Partisipasi Masyarkat Etnis Karo Dalam Pemilihan Umum Legislative Di Desa Tengah, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 38 102

Politik Identitas Etnis Di Indonesia Suatu Studi Terhadap Politik Identitas Etnis Tionghoa Di Kota Medan

22 135 87

Komunikasi Politik Etnis Tionghoa pada Pemerintahan SBY (Studi Komunikasi dan Bentuk Partisipasi Politik Organisasi Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya)

0 3 20