Preferensi Etnis Cina Berbelanja Di Pasar Tradisional Ramai (Studi Kasus : Pasar Tradisional Ramai, Kelurahan Sei Renggas II Kecamatan Medan Area)
PREFERENSI ETNIS CINA
BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL RAMAI
(Studi Kasus : Pasar Tradisional Ramai, Kelurahan Sei Renggas II Kecamatan Medan Area)
OLEH :
IRMALA SARI NASUTION
030901054
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUAMTERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
ABSTRAK
Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi, pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial budaya setiap komunitas di dunia. Pasar tradisional sebagai sektor informal dalam roda perekonomian di era modern seperti sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti pasar tradisional ramai yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat, khususnya etnis Cina yang diketahui pedagang dan pembelinya mayoritas berasal dari etnis Cina.
Masyarakat Cina merupakan etnis pendatang di Indonesia. Sejak abad ke-14 hingga pertengan abad ke-19. mereka memasuki wilayah nusantara dan menyebar di berbagai tempat dan tingkat diantara penduduk pribumi mayoritas. Setiap masyarakat kelompok etnik tertentu, mempunyai kebudayaan yang diwarisi dari leluhurnya, demikian halnya masyarakat Cina dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari mempergunakan nilai-nilai budaya yang mereka miliki yang diterapkan dalam berbagai aspek kegiatannya, terutama dalam perdagangan.
Hubungan-hubungan yang terjalin diantara pedagang dan pembeli yang membentuk suatu pola aktivitas ekonomi seperti transaksi jual beli menyebakan adanya interaksi antara pedagang dan pembeli etnis Cina. Interaksi yang terjalin antara mereka merupakan bentuk cerminan orientasi in group di antara mereka.
Untuk mengkaji hal tersebut peneliti menggunkan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus karena mengacu pada objek studi yang diamati, situasi dan prilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komprehensif. Sementara itu dalam hal pengumpulan data di lapangan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keberhasilan pedagang etnis Cina di pasar tradisional tidak terlepas dari strategi-strategi yang didasarkan pada kebudayaan mereka, dimana keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh ajaran falsafah (konfusianisme). Preferensi etnis cina berbelanja di pasar tradisional ramai dikarenakan kualitas barang yang terdapat di pasar tersebut, jarak rumah pembeli etnis Cina dengan lokasi pasar yang cukup dekat dan rasa nyaman yang dirasakan oleh pembeli. Selain itu penggunaan bahasa yang sama antara pedagang dan pembeli etnis Cina memperlancar komunikasi antara mereka sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil” Alamin pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan, berkat petunjuk, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, serta shalawat dan salam kepada panutan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis telah mampu menjalani dan menyelesaikan syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial Universitas Sumatera Utara. Berkat karunia-Nya juga penulis dapat akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PREFERENSI ETNIS CINA BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL RAMAI”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan di sana-sini, karena penulis juga belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam penyusunan laporan penelitian. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan, sumbang saran maupun masukan dari pembaca sekaligus guna kesempurnaan skripsi ini.
Pertama sekali dan yang paling utama, penulis menghaturkan ribuan terima kasih kepada Ayahanda Darmansyah Nasution yang telah banyak berkorban dan bekerja baik pagi, siang maupun malam demi kelangsungan pendidikan penulis dan tiada henti-hentinya memberikan nasehat dorongan moril dan materil serta mendoakan penulis selama ini. Ibunda Wagini yang tercinta dan tersayang yang telah memberikan perhatian dan membimbing, memberikan nasehat serta dorongan moril dan doanya kepada penulis mulai penulis belum mengenal dunia pendidikan sampai penulis mengecap manisnya dunia pendidikan, sampai bahkan ke perguruan tinggi negeri. Buat Abang-abangku : Irwansyah Nasution SP dan kak Marliana, Erwinsyah
(4)
Nasution SH dan Irfansyah Nasution SH dan kak Ria Fadillah SH yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat serta doanya kepada penulis agar skripsi ini selesai.
Selanjutnya ucapan terima kasih juga tak terlupakan penulis haturkan kepada : 1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
2. Bapak DR. Badaruddin, MA selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU. 3. Ibu Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi FISIP USU.
4. Bapak Henry Sitorus, MSi. Selaku dosen wali sekaligus dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberikan banyak masukan, ide-ide dan pemikirannya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik
5. Kepada seluruh dosen Sosiologi dan staff pengajar FISIP USU.
6. Kak Feni Khairifa S.Sos, M.Si dan kak Nur Beti yang telah membantu penulis dalam proses administrasi selama ini.
7. Buat Sahabat-sahabat terbaikku : Dewi, Kiki, Rima, Eva, Ina, Fadilah dan Mini yang telah banyak membantu dalam penyelesain skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungannyanya selama ini. Persahabatan kita akan kukenang selama-lamanya….
8. Buat anak-anak Sos 03 : Ilham, Mansur, Chandra, Bastian, Hendra, Madhan, Sidik, Hasrad, Ferdinan, Dicky, Ayu, Yuna, Wildan, Kiki, Neli, Asri, Krisma, Grace, Acong, Ratna, Lena dan buat semua teman-temanku yang mungkin tidak dapat tersebut.
(5)
9. Buat Friend-Friend ku : Pintor, Maya, Febry, Reza dan Upiet yang telah banyak memberikan semangat kepada penulis selama proses penyelesaikan skripsi ini. Thanks ya friend….
10.Kepada Manajer PT.Pasar Ramai, Bapak Maraden Htg dan Kochai yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis dan kepada seluruh informan dalam penelitian ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis sendiri dan buat orang-orang yang membacanya.
Medan, Desember 2007
Penulis
(IRMALA SARI NASUTION)
(6)
DAFTAR ISI
Abstrak ………..i
Kata Pengantar ………..ii
Daftar Isi ………v
Daftar Tabel ………..vi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………..1
1.2. Perumusan Masalah ……….7
1.3. Tujuan Penelitian ……….7
1.4. Manfaat Penelitian ………...8
1.5. Defenisi Konsep ………..8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Sosial ……….10
2.2. Interaksi Sosial ………....13
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………....17
3.2. Lokasi Penelitian ……….18
3.3. Unit Analisis dan Informan ……….18
3.4. Teknik Pengumpulan Data ………..19
3.5. Interpretasi Data ………...21
3.6. Jadwal Kegiatan …….. ………22
(7)
BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 24
4.1.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sei Renggas II ………... 24
4.1.2. Batas Wilayah ………... 25
4.1.3. Luas Wilayah ……… 25
4.1.4. Komposisi Penduduk ……… 26
A. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ……… 26
B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan …... 27
C. Komposisi Pendidik Berdasarkan Jenis Pekerjaan ………. 27
D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ………. 28
E. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis. ……… 29
4.1.5. Gambaran Umum Pasar Tradisional Ramai ………... 30
4.2. Profil Informan dan Temuan Data ………... 34
4.2.1. Profil Informan Kunci ………. 34
4.2.2. Profil Informan Biasa ………...39
4.3. Interpretasi Data Penelitian ………...43
4.3.1. Profil Etnis Cina………43
4.3.1.1. Prilaku Berdasarkan Filsafat Hidup………48
4.3.1.2. Filsafat Hidup Masyarakat Cina Yang………....50
Mendukung Kehidupan Ekonomi 4.3.2. Etnis Cina Kota Medan……….53
4.3.3. Perilaku Berbelanja Etnis Cina di Pasar Tradisional Ramai….58 4.3.4. Sikap In Group Pada Etnis Cina di Pasar Tradisional Ramai…64 4.3.5. Preferensi Etnis Cina Berbelanja di Pasar Tradisional Ramai...68
BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan……….83
5.2. Saran………...85
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.6.1. Jadwal Kegiatan dan Laporan Penelitian………..22
Tabel 4.4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia………...26
Tabel 4.4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...27
Tabel 4.4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan………..27
Tabel 4.4.4. Komposisi Pendusuk Berdasarkan Agama………28
Tabel 4.4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis………...29
Tabel 4.5.1. Ukuran Kios/Stand……….32
Tabel 4.5.2. Jumlah Bangunan Pasar ……….32
(9)
ABSTRAK
Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi, pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial budaya setiap komunitas di dunia. Pasar tradisional sebagai sektor informal dalam roda perekonomian di era modern seperti sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti pasar tradisional ramai yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat, khususnya etnis Cina yang diketahui pedagang dan pembelinya mayoritas berasal dari etnis Cina.
Masyarakat Cina merupakan etnis pendatang di Indonesia. Sejak abad ke-14 hingga pertengan abad ke-19. mereka memasuki wilayah nusantara dan menyebar di berbagai tempat dan tingkat diantara penduduk pribumi mayoritas. Setiap masyarakat kelompok etnik tertentu, mempunyai kebudayaan yang diwarisi dari leluhurnya, demikian halnya masyarakat Cina dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari mempergunakan nilai-nilai budaya yang mereka miliki yang diterapkan dalam berbagai aspek kegiatannya, terutama dalam perdagangan.
Hubungan-hubungan yang terjalin diantara pedagang dan pembeli yang membentuk suatu pola aktivitas ekonomi seperti transaksi jual beli menyebakan adanya interaksi antara pedagang dan pembeli etnis Cina. Interaksi yang terjalin antara mereka merupakan bentuk cerminan orientasi in group di antara mereka.
Untuk mengkaji hal tersebut peneliti menggunkan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus karena mengacu pada objek studi yang diamati, situasi dan prilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komprehensif. Sementara itu dalam hal pengumpulan data di lapangan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keberhasilan pedagang etnis Cina di pasar tradisional tidak terlepas dari strategi-strategi yang didasarkan pada kebudayaan mereka, dimana keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh ajaran falsafah (konfusianisme). Preferensi etnis cina berbelanja di pasar tradisional ramai dikarenakan kualitas barang yang terdapat di pasar tersebut, jarak rumah pembeli etnis Cina dengan lokasi pasar yang cukup dekat dan rasa nyaman yang dirasakan oleh pembeli. Selain itu penggunaan bahasa yang sama antara pedagang dan pembeli etnis Cina memperlancar komunikasi antara mereka sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
(10)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial budaya setiap komunitas di dunia ini. Seiring dengan perkembangan zaman, dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi modern. Perkembangan tempat perbelanjaan di kota-kota di dunia, baik di negara-negara Barat maupun Asia, semuanya melalui tahapan-tahapan, mulai dari pasar tradisional, yang kemudian mengalami proses modernisasi menjadi toserba (toko serba ada), jaringan toko,
shopping center, department store, supermarket. Proses modernisasi ini tidak terlepas
dari perubahan pola demografi, spesialisasi dan diversifikasi profesi, serta struktur sosial ekonomi dan perubahan budaya masyarakat (West, 1994).
Kota medan sebagai sebuah kota yang menuju proses metropolitan seringkali dihadapkan pada suasana yang problematis. Pada satu sisi keberadaan pasar-pasar modern (plaza/supermarket) tidak dapat diabaikan seiring dengan perkembangan dan perubahan perilaku konsumtif masyarakat, namun pada sisi lain keberadaan pasar tradisional sebagai tuntutan masyarakat kebanyakan juga tidak bisa dipinggirkan. Situasi yang serba bertolak belakang ini senantiasa berdampak pada terjadinya tarik menarik (trade off) antara pasar modern dengan pasar tradisional.
(11)
Kehadiran pasar modern di kota Medan dewasa ini mencerminkan struktur sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang telah mengalami pergeseran. Seiring dengan gerak perkembangan pemikiran masyarakat yang secara perlahan-lahan menjadi modern, maka segala aktivitas kehidupannya juga selalu diwarnai dengan kemodrenan, termasuk dalam prilaku ekonomi dalam memilih pasar. Masyarakat menengah keatas diasumsikan lebih cenderung menyukai berbelanja di pasar modern ketimbang di pasar tradisional. Keberadaan pasar-pasar modern ini tentu saja berdampak pada denyut nadi kehidupan pasar-pasar tradisional.
Keberadaan pasar tradisional di era modern seperti sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembagan ilmu dan teknologi, misalnya berbelanja melalui internet. Sampai saat ini menurut Basalah pasar tradisional masih dominan peranannya di Indonesia dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Menurut Geertz di dalam pasar tradisional tekanan terpenting dalam persaingan bukanlah antara kegigihan penjual dengan penjual lainnya, tetapi persaingan antara kegigihan penjual dengan calon pembeli dalam melakukan proses tawar menawar (Narwoko&Bagong, 2004 : 281)
Manusia adalah mahluk homo economics yang selalu ingin memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Karena itu kalau membeli barang selalu akan memilih yang manfaatnya terbesar dengan harga tertentu atau harganya termurah. Penjual yang ingin memperoleh harga yang
(12)
tinggi, barangnya tidak akan laku, karena langsung disaingi sehingga terpaksa harus menurunkan harganya.
Kebutuhan dan keinginan pembeli yang bervariasi merupakan pedoman bagi pedagang dalam melaksanakan usahanya. Pembeli biasanya memperlihatkan preferensi dan prioritas barang yang berbeda-beda. Mereka pada umumnya menginginkan produk dan jasa yang memuaskan kebutuhan mereka dengan harga yang besaing. Perbedaan-perbedaan inilah yang menciptakan segmen pasar bagi para pembeli. Perilaku pembeli merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk dalam proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Setiadi, 2003 : 93)
Pada umumnya setiap pembeli selalu menginginkan barang-barang yang berkualitas tinggi dengan harga yang murah dan suasana berbelanja yang nyaman, bersih dan tersedia berbagai fasilitas yang dibutuhkan pembeli seperti transaksi elektronik (ATM dan kartu kredit) dan tersedianya tempat parkir yang luas. Kesemua fasilitas tersebut tentunya terdapat di pasar modern.
Namun kondisi diatas tidak sepenuhnya diminati oleh para pembeli. Ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa pasar tradisional yang berada di medan seperti di pasar tradisional ramai yang berada di jalan thamrin. Pasar ramai ini adalah salah satu pasar yang cukup lama berada di kota Medan. Dapat dikatakan bahwa kondisi pasar ini masih kurang bersih dan nyaman serta tidak terdapatnya sarana parkir bagi pembeli.
(13)
Hal yang menarik dari pasar ramai ini adalah pedagang dan pembeli mayoritas berasal dari etnis Cina. Pembentukan persepsi tentang etnis Cina di Indonesia sangat terkait dengan karakteristik pribadi mereka, terutama dalam menyikapi situasi lingkungan yang mereka hadapi, dengan motivasi tertentu terutama untuk mendapatkan keamanan dan kesejahteraan hidup bahkan kemapanan.
Banyak literatur yang mempersoalkan alternatif budaya pasar Cina yang terpusat di sekitar penggunaan hubungan-hubungan pribadi dalam masyarakat terutama keluarga. Dua jenis bukti membuat kasus yang meyakinkan untuk peran sentral hubungan-hubungan di dalam masyarakat Cina : frekuensi diskurs tentang keluarga sebagai model bisnis dan mengenai pentingnya koneksi (guanxi) dan prilaku yang ada. Awalnya konsep guanxi berakar pada hubungan keluarga, tetapi gagasan ini telah melebar dan ikut mencakup teman, teman dari teman, relasi dan orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Dalam melakukan bisnis orang Cina juga sering menekankan pada kepentingan kritis hubungan antar pribadi dan dengan sangat jelas menekankan nilai-nilai seperti kepercayaan (xinyong) dan perasaan manusia (renging) sebagi pilar-pilar budaya komersial mereka. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hubungan-hubungan keluarga, perkawinan, bertetangga dan semua yang lainnya memainkan peran sentral dalam bisnis Cina.
Jika bertanya mengapa orang Cina bergantung pada hubungan pribadi untuk mencegah penipuan dan merasa tidak nyaman dengan orang yang tidak dikenal (anomymous), dan pengaturan-pengaturan yang melembaga, bagian dari jawabannya adalah bahwa yang disebut tidak layak bagi mereka. Ini yang sedang berubah sebagai sumber-sumber kepercayaan yang melembaga dan pemaksaan kontrak terjadi,
(14)
sehingga perubahan nilai-nilai dan sikap sedang dimulai. Tetapi watak pribadi yang tinggi dari begitu banyak praktik dagang orang Cina Asia Tenggara hampir pasti bertahan lama setelah kebutuhan sejati untuk itu lenyap, hal ini berurat berakar di dalam budaya.
Konsekuensi penting dari ketergantungan pada xinyong adalah cara dimana kepercayaan, solidaritas sosial, dan sebuah masyarakat yang relatif tanpa kelas dan bebas telah bergabung di kalangan orang Cina Asia Tenggara untuk membagun nilai-nilai kebaikan sipil yang kondusif bagi penanganan bisnis yang berhasil di kalangan mereka sendiri. Karakteristik masyarakat Cina Asia yang lebih mengalir dan kompetitif yang memiliki hubungan horizontal yang kuat dan kehidupan berkelompok yang tangguh, membantu mengembangkan hubungan kepercayaan pribadi yang vital bagi perdagangan di begitu banyak bagian dunia.
Pada umumnya prilaku etnis Cina sangat patuh pada budaya yang telah ada, bersikap ramah dan selalu berusaha untuk memberi kesan sebaik mungkin, pada etnis cina hubungan pribadi harus dibina terlebih dahulu daripada hubungan dagang karena orang Cina dibesarkan dengan rasa takut pada orang asing. Mereka enggan untuk melibatkan diri dengan orang yang mereka anggap asing, sifat kerja keras dan pantang menyerah membuat mereka tidak suka dikalahkan, kesetiaan mereka pada klen dan teman begitu tinggi begitu pula yang dilakukan di kalangan pedagang (Wastu pragantha dkk, 1996 : 85).
Dilihat dari perilaku umum yang dimiilki etnis Cina tidak mengherankan bila mereka memiliki prilaku yang sedikit berbeda dengan penduduk pribumi. Dalam hal pemilihan tempat berbelanja mereka juga sangat selektif, dan pada umumnya mereka
(15)
berbelanja disuatu tempat dimana pembeli dan penjual berasal dari etnis yang sama seperti yang terlihat di pasar tradisional ramai yang berada di jalan thamrin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan ada beberapa hal yang mereka pertimbangkan untuk berbelanja di suatu tempat diantaranya adalah rasa nyaman dan pelayanan dari pedagang. Menurut salah satu pembeli etnis cina yang berbelanja di pasar ramai mengatakan bahwa alasan mereka tetap berbelanja di pasar tersebut adalah karena pelayanan yang diberikan kepada pembeli sangat memuaskan serta kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada pembeli.
Pedagang etnis Cina yang berada di pasar ramai mengatakan bahwa kemudahan-kemudahan dalam pelayanan dimaksudkan agar pembeli merasa beruntung dan tidak merasa dirugikan. Pelayanan dan kemudahan akan menutupi jumlah harga yang sebenarnya yang dikandung barang tersebut. Perasaan tertekan dan ditipu tidak dijumpai oleh pembeli dan hal ini menyebabkan pembeli mendapatkan kesan puas dan akan kembali lagi ke tempat tersebut. Sudah menjadi suatu sifat bagi pedagang Cina bersikap ramah dan selalu akan berusaha memberi kesan sebaik mungkin bagi para pembelinya.
Memuaskan pembeli adalah merupakan kunci sukses dalam melaksanakan bisnis perdagangan. Berbagai tanggapan dari pelanggan perlu diterima sebagai masukan yang berguna bagai pemgembangan suatu perdagangan, oleh karena itu pedagang dalam mencapai tujuannya tersebut harus mengetahui apa yang diinginkan dan yang dibutuhkan oleh pembelinya. Namun tidaklah mudah bagi pedagang untuk mengenal watak dan prilaku dari pembelinya, karena bisa jadi apa yang diungkapkan itu bertolak belakang dengan sebenarnya.
(16)
Berdasarkan uraian diatas alasan ketertarikan peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Walaupun pasar tradisional ramai berada berdampingan dengan pasar modern thamrin tetapi pasar ramai ini masih tetap diminati oleh banyak orang.
2. Karena mayoritas pembeli dan pedagang berasal dari etnis Cina. Dalam hal ini peneliti ingin melihat apakah ada faktor-faktor khusus dari pembeli etnis Cina untuk berbelanja di pasar ramai tersebut.
3. Karena pasar merupakan lembaga yang paling penting dalam institusi perekonomian
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah prilaku berbelanja etnis Cina berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi ekonomi atau berhubungan dengan budaya dan kepercayaan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah :
• Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi etnis Cina berbelanja di pasar tradisionala Ramai dari aspek Ekonomi.
(17)
• Menjelasakan pengaruh nilai budaya dan kepercayaan atas aktivitas dalam memenuhi keperluan rumah tangga melalui sistem berbelanja di pasar tradisional
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis
• Hasil yang diperoleh diharapkan akan dimanfaatkan sebagai referensi bagi perkembangan ilmu sosiologi, khususnya Sosiologi Ekonomi.
• Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kajian ilmiah dan masukan penting untuk lebih memahami preferensi etnis Cina berbelanja di pasar tradisional ramai.
1.4.2. Manfaat Praktis
• Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini
• Memberikan wawasan kepada peneliti mengenai preferensi etnis Cina berbelanja di pasar tradisional ramai.
• Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan.
1.5. Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, kerangka konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang akan diteliti (Singarimbun, 1998 : 33). Konsep menentukan antar variable-variabel mana yang akan menentukan adanya hubungan
(18)
yang empiris. Disamping mempermudah penelitian konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian.
Konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah :
1. Preferensi dalam penelitian ini diartikan sebagai piliham bagi para pembeli (etnis Cina) dalam menentukan tempat perbelanjaan.
2. Pembeli etnis Cina. Etnis Cina diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi yang berbeda dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas, nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik, agama, geografis, atau faktor lainnyta. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Pembeli etnis Cina adalah setiap orang yang datang ke pasar tradisional ramai yang berasal dari etnis Cina dan memiliki tujuan untuk membeli suatu barang.
3. Pasar Tradisional adalah suatu lembaga perekonomian dan cara hidup yang keseluruhannya dibentuk dan bergerak dinamis seiring dengan perkembangan pasar itu sendiri (Geertz, 1996). Dalam penelitian ini pasar tradisional ditandai dengan mayoritas penjual dan pembeli dari etnis Cina, dimana pasar tersebut dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern yang ditandai dengan fasilitas dagang yang kurang teratur dan kurang bersih.
4. Pedagang adalah orang-orang yang menjual produk atau barang langsung kepada konsumen. Dalam penelitian ini pedagang berasal dari etnis Cina.
(19)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Sosial
Kelompok sosial merupakan gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Soekanto (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial.
1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya, dan dapat pula menjadi faktor pengikat/pemersatu. 4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
Hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Walaupun anggota-anggota keluarga tadi selalu menyebar, pada waktu-waktu tertentu mereka pasti berkumpul, misalnya pada makan pagi bersama, siang dan malam. Setiap anggota mempunyai pengalaman-pengalaman masing-masing dalam hubungannya dengan kelompok-kelompok sosial lainnya di luar rumah. Bila mereka berkumpul, terjadilah tukar-menukar pengalaman di antara mereka. Pada saat-saat demikian, yang terjadi bukanlah pertukaran pengalaman
(20)
semata, tetapi para anggota keluarga tersebut mungkin telah mengalami perubahan-perubahan, walaupun sama sekali tidak di sadari. Saling tukar-menukar pengalaman tersebut oleh Bogardus (1945 : 4) disebut social experiences di dalam kehidupan berkelompok, mempunyai pengaruh yang besar di dalam pembentukan kepribadian orang-orang yang bersangkutan. Penelitian terhadap sosial experiences tersebut sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kelompok terhadap individu terhadap pengaruh tadi dalam proses pembentukan kepribadian.
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, akan tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Kelompok tadi dapat menambhkan alat-alat perlengkapan untuk dapat melaksankan fungsi-fungsinya yang baru di dalam rangka perubahan-perubahan yang di alaminya, atau bahkan dapat mempersempit ruang lingkupnya.
Kelompok sosial dapat dibagi menjadi in-group dan out-group. Menurut Sumner, in-group adalah kelompok sosial dengan mana individi mengidentifikasikan dirinya. Jelasnya, bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan in-group atau tidak, bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi sosial yang tertentu. Sedangkan out-group diartikan sebagai kelompok yang menjadi lawan dan in-group nya (Soekanto, 2003 : 123).
Sikap in-group pada umumnya di dasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok, sedangkan sikap out-group selalu ditandai dengan kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Menurut Polak, perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam serta luar
(21)
kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan etnosentrisme. Anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu, sedikit banyak akan mempunyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok lain. Kecenderungan tadi disebut etnosentrisme, yaitu suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri.
Pada umumnya etnis Cina menunjukan orientasi in-groupnya, sebagai salah satu anggota dari sebuah klan. Penggunaan klan menunjukkan adanya interest yang kuat pada famili-familinya dan secara intents akan cenderung kurang perhatiannya kepada orang lain (out-group), rasa interest ini akan membuat mereka memiliki rasa satu group yang erat dalam lingkungan kelompoknya, sehingga mereka mempunyai orientasi yang kuat terhadap kelompok sosialnya sehungga akan menghambat interaksi sosial yang harmonis dengan anggota out-group nya.
Asas familisme pada ajaran Cina yang mengutamakan kepentingan klen (kepentingan kelompok) lebih diutamakan daripada kepentingan kelompok lain (etnis yang berbeda). Segala apa yang dilakukan ditujukan demi kepentingan dalam klan. Orientasi kehidupan semacam ini kurang mempunyai kepentingan kepada masyarakat luas. Keadaan yang demikian tidak memungkinkan terjadinya komunikasi dan kontak sosial secara harmonis dengan kelompok sosial yang berbeda, sehingga akan menghambat interaksi yang harmonis antara etnis Cina dengan etnis lainnya
Orang Cina yang memiliki etos kerja untuk kekeluargaan dan diri sendiri cenderung memperhatikan keluarga. Mereka kurang memiliki perhatian pada
(22)
masyarakat luas sebagai out-group nya, sehingga rendah tingkat interaksi sosialnya dengan kelompok lainnya.
2.2. Interaksi Sosial.
Dalam teori interaksi sosial suatu interaksi tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu :
1. Kontak sosial (social contact) 2. Komunikasi (communication)
Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Terjadinya interaksi sosial karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial (Basrowi, 2005 :139).
Dari teori diatas interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli yang berasal dari etnis yang sama yaitu etnis Cina terjalin dengan sangat baik selain Karena adanya kontak langsung tetapi juga adanya saling mengerti diantara mereka yang secara tidak langsung membuat mereka mengerti hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh pembeli, seperti dalam hal membeli barang mereka selalu menginginkan barang yang berkualitas. Hal ini terjadi karena sudah merupakan kebiasaan mereka begitu juga dengan perilaku pedagang etnis Cina, dimana dalam berdagang mereka tidak mempersoalkan tentang untung besar tetapi kenyamanan agar pembeli merasa puas berbelanja di tempat tersebut.
(23)
Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang sinambung tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.
Pola interaksi senantiasa mengacu pada hubungan yang lebih teratur antara individu-individu, sekaligus juga dengan sendirinya memperlihatkan bahwa gugusan tindakan-tindakan yang dilakukan tidak dengan asal sembarangan saja. Individu mengikuti kebiasaan yang teratur ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya. Pada kenyataannya, interaksi meliputi hal-hal seperti norma-norma, status-status dan tujuan. Selanjutnya meliputi pula kewajiban timbal balik, status timbal balik, tujuan dan makna yang secara timbal balik berarti antara dua atau lebih individu didalam kontak yang bersamaan.
Di dalam masyarakat yang majemuk (Plural Society) seperti Indonesia pengetahuan tentang interaksi sosial yang terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya sangat penting dengan mengetahui dan memahami perihal kondisi yang dapat dikembangkan bagi usaha pembinaan bangsa dan masyarakat. Di dalam fakta sosial ini pasti terdapat interaksi antara individu-individu di dalam sub sistem sosial. Interaksi ini dapat terjadi karena mereka saling melengkapi kebutuhan satu sama lain. Untuk saling melengkapi kebutuhan tersebut harus ada ketergantungan satu sama lain antara sub sistem sosial tersebut. Interaksi dimulai dengan adanya keperluan atau kepentingan masing-masing individu dalam masyarakat. Sampai pada tingkat tertentu dalam waktu yang sama dan hidup bersama
(24)
pada suatu tempat. Munculnya masyarakat itu sendiri karena adanya interaksi antara individu-individu. Begitu pula terjadinya berbagai aktivitas atau kegiatan masyarakat terjadi karena adanya interaksi sosial.
Pada umumnya orang Cina mempunyai kelebihan yang jelas dalam berhubungan dengan orang asing. Kecakapan mereka mengesani dan melayani orang asing telah sejak dulu kala. Sudah menjadi kebiasaan mendarah daging bagi mereka untuk bersukap ramah, memberikan kesan yang sebaik mungkin, dan memperoleh keuntungan dari kelebihan kebudayaannya, terutama etiket mereka yang baik.
Berbagai analisis menekankan bahwa sistem nilai orang Cina bermuara pada ajaran Confucius, walaupun bagi kebanyakan dari mereka hal ini tidak disadarinya. Sebenarnya dapat dikatakan ada suatu tradisi yang diteruskan secara turun-temurun mengenai apa yang baik dan bagaimana prilaku yang baik atupun yang buruk.
Seperti yang sering dikemukakan dalam sistem nilai yang diteruskan secara turun-temurun terdapat hormat dan berbakti kepada orang tua dan orang yang lebih tua, bekerja keras dan berhasil dalam karya apa pun (untuk keharuman keluarga nama keluarga), ulet dan “tahan banting” dalam menghadapi kesulitan, serta selalu berikhtiar untuk mencapai yang terbaik (achievement motivation)
Perbedaan-perbedaan di antara orang Cina Asia Tenggara ini harus diingat sebagai sebuah penawaran terhadap sistem pemahaman akan suatu kecinaan yang mendasar dan lazim. Meskipun mereka menjadi bagian dari unsur-unsur warisan identitas etnis dan budaya Cina dimana pun, interaksi sosial masyarakat Cina Asia Tenggara dengan para tetangga pribumi telah mempengaruhi identitas etnis dan budayanya.
(25)
Pada kasus etnis Cina hokkien ternyata rendahnya efektifitas komunikasi antar budaya antar etnis adalah dipengaruhi oleh stereotip (25%) yang bahwa seandainya pandangan terhadap etnik lain semakin posesif, mak semakin besar pengaruhnya bagi etnik Cina hokkien berkomunikasi secara efektif dengan etnik lain dan juga sebagianya (Cohen,1992 : 181)
Konsep defenisi situasi (the defenisition of the situation) merupakan konsep penting dalam interaksi sosial. Berbeda dengan pandangan yang mengatakan bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus), maka memurut Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi manakala ia mendapat rangsangan dari luar. Menurutnya tindakan individu selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan ; rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakannnya defenisi/penafsiran situasi.
Menurt karp dan yoels ciri yang dibawa sejak lahir seperti ras sangat menentukan interaksi. Begitu juga yang terjadi pada etnis cina, karena mereka memiliki ras yang sama maka interaksi yang terjadi diantara mereka tidak terlepas dari persamaan yang mereka miliki seperti persamaan bahasa.
(26)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang didapati dari apa yang diamati (Nawawi, 1994 : 2004).
Pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh). Misalnya tentang perilaku, motivasi, tindakan dan sebagainya. Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena :
• Pendekatan ini melihat individu secara holistik (utuh)
• Pendekatan ini menutamakan latar alamiah, dengan maksud menggambarakan fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode seperti : wawancara, observasi dan sebagainya.
• Pendekatan ini bersifat emik, maksudnya peneliti dapat membangun pandangannya sendiri tentang apa yang diteliti secara rinci (Moleong, 2005 : 4-6).
Studi kasus adalah tipe penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal, 1995 : 22). Studi
(27)
kasus bertujuan mengembangkan dan menggeneralisasikan teori (generalisasi analitis) bukan menghitung frekuensi (generalisasi statistik).
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasar Ramai, Jalan Thamrin – Kecamatan Medan Area. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :
Karena mayoritas pedagang dan pembeli di pasar ini berasal dari etnis Cina.. Pasar ramai ini berada berdampingan dengan pasar modern thamrin sehingga
lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui mengapa masyarakat, khususnya etnis Cina masih berbelanja di pasar tradisional ramai tersebut. Karena di Pasar ramai ini segala kebutuhan sandang dan pangan dapat
dijumpai dengan mudah.
3.3. Unit Analisis Dan Informan 3.3.1. Unit Analisis
Adapun yang menjadi unit analisis penelitian ini adalah para pembeli yang berasal dari etnis Cina di pasar tradisional ramai.
3.3.2. Informan
Informan dalam penelitian ini dibedakan dalam dua jenis, yakni informan kunci dan informan biasa.
a. Informan kunci, merupakan informan yang memiliki informasi yang sangat dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan penelitian. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah :
(28)
Pembeli, kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Berasal dari etnis Cina, karena di pasar tradisional ramai tersebut mayoritas pembeli berasal dari etnis Cina.
2. Berbelanja di Pasar tradisional ramai, maksudnya etnis Cina dalam penelitian ini lebih memilih bebelanja di pasar tradisional ramai
b. Informan biasa, disamping informan kunci terdapat informan biasa. Yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini adalah :
Pedagang, kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Berasal dari etnis Cina, karena di pasar tradisional ramai tersebut mayoritas pedagang berasal dari etnis Cina.
2. Telah berdagang selama 3 tahun. Hal ini dilakukan karena informan yang telah berdagang selama 3 tahun, sedikit banyak telah mengetahui situasi dan kondisi di pasar tersebut.
Dinas pasar ramai. Bertujuan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian misalnya, jumlah pedagang, kondisi di pasar tersebut.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data (informasi) yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara objektif (Mallo, 1990 : 109). Pengumpulan data dilakuakn menjadi 2 tahapan yaitu data primer dana data sekunder.
(29)
1. Observasi Partisipan (Observan Partisipan)
Adalah suatu bentuk observasi khusus, dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti (K.Yin, 2002 : 113).
Dalam hal ini peneliti mengamati rutinitas pengunjung di pasar tradisional ramai dan berpartisipasi sebagai pembeli dan melihat bagaimana pelayanan dan proses tawar menawar yang berlangsung di pasar tradisional.
2. Wawancara Mendalam
Adalah melakukan suatu percakapan atau tanya jawab secara mendalam dengan informan . wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan yang telah disusun sebelumnya, yakni menggunakan interview guide (panduan wawancara) untuk menggali sebanyak mungkin informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi etnis cina berbelanja di pasar tradisional ramai. Adapun data-data yang ingin diperoleh adalah alasan pembeli memilih berbelanja di pasar tradisional ramai.
Data Sekunder diperoleh melalui :
Penelitian kepustakaan yaitu cara memperoleh data yang dilakukan melalui studi kepustakaan. Dalam hal ini kajian kepustakaan dilakukan untuk mendapatakan data yang bersifat teoritis, asas-asas, konsepsi, pandangan, tema melalui buku, dokumen, artikel, jurnal, tulisan dan catatan lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian ini.
(30)
3.5. Interpretasi Data
Bogdan dan Biklen, menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasikan dat, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensisntesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan (Moleong, 2005 : 248)
Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan menggelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik.
(31)
3.6. Jadwal Kegiatan
Pengajuan judul skripsi merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal penelitian dilakukan, revisi proposal penelitian dan pengurusan izin administrasi penelitian adalah tahapan berikutnya untuk persiapan penelitian langsung ke lapangan. Untuk lebih rinci, kegiatan penelitian dapat dilihat dari Tabel 3.6.1
Table 3.6.1
Jadwal Kegiatan dan Laporan Penelitian Kegiatan Bulan
I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Pengajuan Judul X Penyusunan Proposal XX Seminar Proposal X Revisi Proposal XXX Pengurusan Izin Adm Penelitian X Membuat Interview Guide XX Observasi dan Wawancara
X XXX
Interpretasi Data
X XXXX
Penyusunan Laporan Penelitian XXXX Revisi Laporan Penelitian
(32)
3.7. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang ditemukan oleh peneliti selama melakukan proses penelitian adalah di dalam memperoleh data secara jelas dan mendetail. Dalam hal ini terdapat keraguan akan jawaban yang diberikam informan, karena apa yang diinformasikan tentang situasai, kondisi dan tindakan apakah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pada mulanya juga informan terkesan enggan diwawancarai karena takut nantinya jika data-data yang mereka berikan disebar luaskan oleh peneliti. Namun setelah melakukan pendekatan kepada beberapa informan barulah mereka bersedia diwawancarai.
Selain itu kendala lain dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan, hal ini disebabkan kegiatan informan yang yang sarat kesibukan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas data yang diperoleh. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan kesepakatan waktu yang ditentukan. Terakhir peneliti kesulitan dalam mengolah data karena kurangnya pengalaman dan pemahaman peneliti dalam bidang penelitian yang menyebabakan peneliti merasa kesulitan untuk melakukan deskripsi tentang data-data yang diperoleh
(33)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sei Renggas II.
Kelurahan Sei Rengas II merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan Area yang berada di jalan Rahmadsyah. Adapun kelurahan-kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan Area antara lain : Kelurahan Kota Maksum I, Kelurahan Kota Maksum II, Kelurahan Kota Maksum IV, Kelurahan Tegal Sari I, Kelurahan Tegal Sari II, Kelurahan Tegal Sari III, Kelurahan Pandau Hulu II, Kelurahan Sei Rengas II, Kelurahan Sei Renggas Permata, Kelurahan Pasar Merah Timur, Kelurahan Sukaramai I dan Kelurahan Sukaramai II. DI Kecamatan Medan Area terdapat 4 buah pasar tradisional dan 1 buah plaza/mal..
Kelurahan Sei Rengas II berdiri pada pada tahun 1951 yang pada saat itu masih merupakan bangunan kamar mandi umum yang bangunannya terbuat dari kayu. Kelurahan Sei Rengas II ini tepat berada di tengah-tengah pemukiman penduduk.
Pada tahun 1955 kelurahan ini bernama Sei Rengas I yang memilki batas wilayah dari jalan thamrin sampai jalan sutomo. Pada tahun 187 kelurahan ini terbagi menjadi kelurahan Sei rengas II dan Sei Rengas permata, dimana batas wilayah kelurahannya sampai jalan sabaruddin (rel kereta api)., sehingga kini di kecamatan Medan Area terdapat dua kelurahan sei rengas yaitu sei rengas I dan sei rengas II dan sei rengas permata yang berada di kecamatan Medan kota.
(34)
Mayoritas penduduk yang menempati kelurahan Sei Rengas II ini adalah etnis Cina. Hampir 75 % penduduknya berasal dari etnis Cina. Padahal dahulunya di kelurahan ini banyak terdapat masyarakat pribumi, india dan arab yang mayoritas beragama islam. Namun karena perkembangan zaman dan banyak terjadi pembauran etnis maka di kelurahan ini etnis Cinalah yang lebih mendominasi daripada etnis lainnya.
4.2. Batas Wilayah
Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area memiliki batasan-batasan wilayah tertentu. Adapun batasannya adalah :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Panda Hulu II
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Rengas Permata. 3. Sebelah barat Berbatasan dengan Kelurahan Sei Rengas I.
4. Sebelah timur nerbatasn dengan Kelurahan Sukaramai II.
4.3. Luas Wilayah
Luas wilayah Kelurahan Sei Rengas II adalah 0,35,37 Ha km yang dibagi menjadi :
1. Luas pemukiman penduduk : 0,21 Ha km 2. Sarana Perkantoran : 0,25 Ha km
(35)
4.4. Komposisi Penduduk
4.4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan usia
Jumlah penduduk yang berada di Kelurahan Sei Rengas II adalah 8428 jiwa yang terdiri dari :
Tabel 4.4.1
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
NO USIA JUMLAH
1 1 - 10 Tahun 1052 Jiwa 2 11 - 20 Tahun 1271 Jiwa 3 21 - 31 Tahun 1648 Jiwa 4 31 - 40 Tahun 1365 Jiwa 5 41 – 50 Tahun 1249 Jiwa 6 51 – 58 Tahun 929 Jiwa 7 59 Tahun Keatas 884 Jiwa Total Penduduk : 8428 Jiwa
Sumber : Kelurahan Sei Renggas II
Jumlah penduduk Kelurahan Sei Renggas II Pada tahun 2007 adalah 8428 jiwa. Usia 1-10 tahun berjunlah 1052 jiwa, usia 11-20 tahun berjumlah 1271, usia 21-31 tahun berjumlah 1648 jiwa, usia 21-31-40 tahun berjumlah 1365 jiwa, usia 41-50 tahun berjumlah 1249 jiwa, usia 51-58 tahun berjumlah 929 jiwa dan usia 59 tahun keatas berjumlaj 884 jiwa.
(36)
4.4.2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tabel 4.4.2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan JUMLAH
1 Belum Sekolah 642 Orang 2 Tamat SD 258 Orang 3 Tamat SLTP 2436 Orang 4 Tamat SLTA 4004 Orang 5 Tamat D1 45 Orang 6 Tamat S1 90 Orang 7 Tamat S2 3 Orang 8 Tamat S3 1 Orang
Sumber : Kelurahan Sei Renggas II
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan Sei Rengas II, pendidikan penduduk setempat masih didominasi tingkat SLTA dan SLTP.
4.4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 4.4.3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH
(37)
2 PNS 22 Orang 3 Pedagang 403 Orang 4 Penjahit 16 Orang 5 Tukang Batu 4 Orang
6 Dokter 11 Orang
7 TNI/POLRI 1 Orang 8 Pengusaha 8 Orang
Sumber : Kelurahan Sei Renggas II
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Sei Renggas II diketahui bahwa buruh/pegawai swasta dan pedagang merupakan pekerjaan yang paling mendominasi penduduk di Kelurahan Sei Renggas II.
4.4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel 4.4.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
NO AGAMA JUMLAH
1 Islam 210 Orang
2 Kristen 197 Orang 3 Katholik 318 Orang
4 Hindu 9 Orang
5 Budha 7694 Orang Sumber : Kelurahan Sei Renggas II
(38)
Mayoritas agama yang dianut penduduk di Kelurahan Sei RenggaS II adalah agama budha, karena di Kelurahan ini etnis cina paling mendominasi pemukiman penduduk.
4.4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Tabel 4.4.5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis
NO ETNIS JUMLAH
1 Cina 8183 Orang
2 Jawa 45 Orang
3 Batak 46 Orang
4 Minang 80 Orang
5 Melayu 65 Orang
6 Lain-Lain 9 Orang Sumber : Kelurahan Sei Renggas II, 2007
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa etnis Cina adalah etnis yang paling mendominasi di Kelurahan Sei Renggas II yang berjumlah 8183 orang dan kemudian disusul oleh etnis minang yang berjumlah 80 orang.
(39)
4.5. Gambaran Umum Pasar tradisional Ramai.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi pembeli dan penjual secara langsung. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau stand dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun pihak pengelola pasar. Pada umumnya pasar tradisionala yang terdapat di kota Medan berkonsentrasi di sekitar pusat kota tidak menyebar meratamenurut morfologi kota Medan. Hal ini menunjukan keberadaan pasar tradisional pada umumnya terletak dekat kawasan perumahan penduduk agar memudahkan pembeli untuk mencapai tujuan.
Pasar ramai merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di kota Medan. Pasar ini berada di kecamatan Medan Area, kelurahan Sei rengas II. Di kecamatan medan Area terdapat tujuh pasar tradisional yaitu : pasar ramai, pasar beruang, pasar timah, pasar akik, pasar suka ramai, pasar king dan pasar inpres bakti. Pasar ramai sendiri merupakan salah satu pasar tradisional yang cukup banyak dikunjungi oleh pembeli terutama pembeli yang berasal dari etnis cina.
Pasar ramai berdiri pada tahun 1975 yang pada saat itu bangunannya bekas perumahan kumuh yang ditempati oleh beberapa penduduk. Pasar ini berada di kawasan jalan thamrin/jalan asia dan bersebelahan tepat dengan thamrin plaza, sehingga lebih memberi pilihan berbelanja bagi masyarakat Medan.
Pasar Ramai biasanya buka dari jam 5.00 sampai 18.00 WIB dan biasanya tutup jika hari-hari libur seperti 17 Agustus dan hari raya Imlek Pasar ramai ini didominasi oleh pedagang dan pembeli yang berasal dari etnis Cina. Adapun jumlah
(40)
pedagang di pasar ini adalah 420 orang dan hampir 75 % pedagang yang berjualan di pasar ini berasal dari etnis Cina dan dagangan utama mereka adalah pakaian dan manisan buah. Namun selain etnis Cina terdapat juga etnis pribumi yang berdagang di pasar ini. Umumnya etnis pribumi hanya bekerja membantu etnis cina dalam melayani pembeli yang ada. Selain etnis Cina, etnis karo juga banyak terdapat berdagang di pasar ini. Umumnya mereka berdagang bunga-bunga segar.
Umumnya pedagang perempuan relatif lebih banyak dari pada pedagang laki-laki dalam aktivitas pasar tradisional Ramai. Dari hasil temuan data di lapangan dapat dilihat jumlah pedagang perempuan bersama pembantunya lebih banyak saat melayani pembeli ataupun pelanggan ketika transaksi tawar menawar, namun terdapat juga pedagang laki-laki yang menjadi pemilik toko. Cara kerja yang menuntut tingkat kesabaran yang cukup tinggi, kemampuan dalam bicara dan keahlian memainkan harga saat tawar-menawar berlangsung merupakan faktor yang dinilai sesuai dengan karakter perempuan sebagai pedagang.
Biasanya setiap sebulan sekali para pedagang harus membayaran iuran yang telah ditetapakan oleh pihak pengelola pasar. Adapun iuran yang harus dibayar pedagang adalah : iuran sewa ruangan dan iuran kebersihan. Besarnya jumlah iuran yang harus di keluarkan pedagang tergantungan dari ukuran kios yang disewanya. Selain menetapkan iuran kepada pedagang pihak pengelola pasar mengaku sering dimintai bantuan dari organisasi-organisasi kepemudaan setempat untuk peringatan hari-hari besar seperti 17 Agustus dan pihak pengelola pasar mengaku selalu memberikan bantuan sehingga hubungan pihak pengelola pasar dengan organisasi kepemudaan setempat berjalan dengan baik.
(41)
Tabel 4.5.1 Ukuran Kios/Stand
NO Ukuran Kios/Stand Jumlah Iuran/Bulan 1 2 X 2 M Rp 23.500 2 2 X 4 M Rp 39.000 3 3 X 4 M Rp 57.000 4 4 X 4 M Rp 76.500 5 4 X 7 M Rp 126.000 6 Stand Rp 18.000
Sumber : Dinas Pasar Ramai, 2007
Pasar ramai dahulunya hanya memiliki satu bangunan untuk berdagang, namun kini pasar ramai telah memiliki tiga bangunan. Dimana lantai satu dan dua digunakan sebagai tempat transaksi jual beli barang dagangan dan lantai tiga digunakan sebagai tempat olah raga. Dahulunya bangunan di lantai tiga digunakan sebagai kantor dinas pasar namun kantor dinas pasar tersebut telah pindah kelantai dua.
Tabel 4.5.2 Jumlah Bagunan
NO Nama Bangunan Jumlah
1 Kios di lantai 1 183 kios 2 Kios di lanati 2 237 kios 3 Stand 122 stand
(42)
Jumlah Keseluruhan 420Kios Sumber : Dinas Pasar Ramai, 2007
Umumnya kualitas bangunan pasar tradisional yang ada di kota Medan masih sangat memprihatinkan, begitu pula dengan kebersihannya. Kondisi demikian menciptakan pemandangan di kawasan pasar dan di dalam pasar tradisional yang mengganggu keindahan lingkungan dan kota medan. Menurut peneliti kualitas bangunan di pasar ramai tidak terlalu memprihatinkan, hal ini terbukti dengan masih terjaganya kebersihan dan keteraturan di pasar tersebut. Hanya saja tingkat keramaian yang tinggi yang umumnya terjadi di pasar tersebut sering menimbulkan masalah kemacetan di jalan di lokasi pasar tersebut, terutama menjelang hari-hari libur.
(43)
4.2. Profil Informan Dan Temuan Data 4.2.1. Informan Kunci.
1. Nama : Lisawati / A Yen Umur : 21 Tahun
Pekerjan : Karyawan Jenis Kelamin : Perempuan
Lisa adalah salah satu informan yang paling banyak memberikan data-data dan informasi kepada peneliti. Lisa memiliki ciri-ciri rambut pirang, kulit putih, tidak terlalu tinggi dan memakai kontak lensa Lisa orangnya sangat ramah dan tidak sombong. Dalam memberikan data-data kepada peneliti informan mengetahui bahwa data-data yang diberikannya sangat berharga karena informan juga pernah mengecap pendidikan di bangku kuliah walaupun tidak sampai selesai. Biasanya setiap satu minggu sekali ia selalu berbelanja ke pasar ramai bersama teman-temannya. Lisa mengaku bahwa alasannya berbelanja di pasar ramai karena kualitas barang-barang yang ada di pasar ramai jauh lebih baik dibandingkan pasar lainnya, selain itu mode-mode pakainnya juga selalu sedang in di masyarakat Hal itu disebabkan karena di pasar tersebut terdapat barang-barang yang berasal dari luar negeri dengan mutu dan kualitas barang yang jauh lebih baik dibandingkan barang-barang yang berasal dari dalam negeri sehingga harga barang-barang di pasar tersebut dapat dikatakan mahal. Namun menurut lisa harga barang-barang tersebut dapat saja murah asalkan kita pandai menawarnya. Selain mengakui keunggulan kualitas barang di pasar ramai lisa
(44)
juga mengatakan bahwa jarak pasar ramai yang berdekatan dengan thamrin plaza menyebabkan lisa suka berbelanja ke paasar itu.
Selain menjelaskan kelebihan dari pasar ramai, lisa juga mengakui kekurangan dari pasar tersebut. Adapun yang menjadi kekurangan dari pasar tersebut adalah pada umumnya pedagang selalu mebuka harga yang terlalu tinggi dan lisa sendiri mengaku bahwa pada umumnya pedagang di pasar ramai selalu melihat pembeli dengan sepele apabila kita memakai baju-baju yang kurang bagus. Kejadian ini pernah dialami oleh lisa ketika ia berbelanja di pasar tersebut.
(45)
2. Nama : A San Umur : 24 Tahun Pekerjaan : Office Boy Jenis Kelamin : Laki-laki
A san adalah salah satu informan yang bertempat tinggal di dekat pasar ramai. Mulanya a san jarang berbelanja ke pasar itu, namun karena seringnya ia menemani kakaknya berbelanja di pasar tersebut akhirnya A san pun sekarang menjadi sering berbelanja di pasar itu. A san mengaku alasannya berbelanja ke pasar ramai karena di pasar tersebut barang-barangnya tidak sama dengan pasar lainnya artinya hanya di pasar ramailah barang-barang khusus dapat ditemukan. Biasanya barang yang sering dibeli A san adalah celana jeans. Selain itu A san mengaku bahwa berbelanja dengan etnis yang sama lebih memudahkannya dalaM berkomunikasi sehingga proses tawar menawar dapat berjalan dengan lancAr.
Namun A san mengaku walaupun terdapat kemudahan dalam berkomunikasi tetapi harga-harga barang di pasar ramai tetapa saja mahal. A san sendiri jarang mendapatkan potongan harga dari pedagang. Menurutnya pedagang di pasar ramai selalu memberi harga yang sama pada pembelinya tanpa memandang etnis apapun yang berbelanja di pasar tersebut.
(46)
3. Nama : Iis
Umur : 21 Tahun Pekerjaan : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Iis adalah informan yang bekerja di toko elektronik yang berada di jalan asia. Ia mengaku sering berbelanja ke pasar tersebut Biasanya iis berbelanja ke pasar ramai 2-3 kali dalam seminggu bersama pacarnya. Alasan iis berbelanja ke pasar ramai adalah jarak pasar yang dekat dengan tempat kerjanya. Selain itu iis juga mempunyai teman yang berdagang di pasar itu., sehingga apabila ia berbelanja di tempat tersebut ia selalu mendaptkan potongan harga. Ia mengatakan bahwa banyak pilihan yang tersedia di pasar tersebut di bandingkan di pasar lainnya.
Biasanya sebelum berbelanja ke pasar ramai iis terlebih dahulu berjalan-jalan ke thamrin plaza, namun iis mengaku jarang membeli barang di thamrin plaza. Biasanya setelah berjalan-jalan dari thamrin plaza iis langsung ke pasar ramai untuk membeli pakaian. Iis mengaku walaupun kondisi pasar ramai tidak sebersih thamrin plaza, tapi ia tetap senang berbelanja di pasar tersebut.
(47)
4. Nama : Ifana Umur : 24 Tahun Pekerjaan : Guru Musik Jenus Kelamin : Perempuan
Ifana adalah salah sati informan yang sering berbelanja di pasar ramai.ifana memiliki ciri-ciri kulit putih, manis, berbadan langsing dan mudah tersenyum. Walaupun tidak dapat dipastikan berapa kali dalam seminggu ia berbelanja, ia mengatakan bahwa berbelanja di pasar ramai adalah hobinya. Biasanya ifana berbelanja bersama kedua orang tuanya dan adik-adiknya dan tidak jarang juga ia berbelanja dengan teman-temannya ataupun dengan pacarnya.
Ifana memiliki jarak rumah yang yang lumayan dekat dengan dengan pasar ramai. Adapun tempat tinggal ifana adalah di jalan Asia. Ifana mengaku biasanya ia berbelanja pada hari-hari libur saja karena pada hari biasa ia bekerja sebagai guru musik. Biasanya barang-barang yang sering dibeli ifana adalah peralatan asesories wanita dan pakaian. Ifana mengaku dalam berlanja di tidak selalu memilih pakaian yang sedang trend saja. Menurutnya asalkan pakaian itu enak untuk dipakai ia akan membelinya.
(48)
4.2.2. Informan Biasa
1. Nama : Maraden H Umur : 61 Tahun
Pekerjaan : Manejer Pasar Ramai. Jenis Kelamin : Laki-laki
Bapak Mareden adalah manejer PT Pasar Ramai Utama wilayah medan. Sudah 10 tahun ia menjabat sebagai manajer. Bapak mareden sendiri merupakan keturunan etnis Cina, ia mengatakan bahwa pasar ramai ini memang banyak dikunjungi oleh etnis Cina.. Hampir 60 % pedagang yang berada di pasar tersebut berasal dari etnis Cina dan sisanya berasal dari etnis karo. Namun ia mengatakan semenjak 2 tahun yang lalu pasar ini tidak saja hanya dikunjungi oleh etnis cina tetapi juga dari etnis lainnya. Ia mengaku antara pedagang dan pembeli yang berbeda etnis memiliki hubungan yang baik dan ia melihat tidak ada perbedaan pelayanan yang diberikan oleh pedagang etnis cina kepada pembeli etnis cina maupun pribumi.
Bapak Mareden juga mengatakan walaupun ia seorang manajer yang berasal dari etnis cina tetapi ia tidak pernah memberikan perbedaan kepada para pedagang etnis cina dam pribumi dalam masalah administrasi. Ia selalu menetapkan iuran yang yang sama kepada setiap pedagang sesuai dengan ukuran kios dan stand yang disewa oleh pedagang. Ia mengatakan tidak pernah mempermasalahkan perbedaan etnis yang ada, ia mengaku bahwa perbedaan itu karena kebhineka tunggal ikaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Hal ini dapat terlihat ketika peneliti ingin mewaancarai informan. Terlihat informan sedang berinteraksi dengan pegawai-pegawainya yang berasala dari etnis
(49)
pribumi. Interaksi yang terjadi antara informan dengan pegawainya terlihat begitu akrab.
Peneliti banyak memperoleh data-dat tentang pasar ramai ini adalah Karena informasi yang diberikan oleh bapak maraden. Peneliti merasa sangat leluasa untuk bertanya kepada informan karena informan orangnya sangat ramah dan informan mengaku bahwa ia pernah menimba ilmu di Universitas yang sama dengan peneliti, walaupun ia tidak sampai menamatkan perkuliahannya. Hal itulah yang menyebabkan informan dan peneliti merasa lebih dekat sehingga peneliti merasa lebih leluasa untuk bertanya agar mendaptkan data-data yang akurat tentang pasar ramai tersebut.
(50)
2. Nama : Ana (nama samaran) Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Pedagang Jenis Kelamin : Perempuan
Ana adalah salah satu informan biasa dalam penelitian ini. Informan adalah pedagang yang berjualan di pasar ramai. Informan sudah 5 tahun berdagang di pasar ramai tersebut. Adapun barang-barang dagangan yang dijual informan adalah pakaian-pakaian dan celana untuk wanita. Informan mengaku bahwa selama ini mayoritas pembelinya adalah dari etnis Cina, namun tidak jarang juga etnis pribumi yang berbelanja di pasar tersebut. Biasanya etnis pribumi berbelanja ketika menjelang hari-hari besar keagamaan atau hari raya seperti lebaran ataupun natal. Informan sendiri mengakau memiliki pelanggan tetap yang berasal dari etnis pribumi.
Informan mengaku selama memberikan pelayanan kepada pembeli ia tidak pernah membedakan antara etnis yang Cina ataupun etnis pribumi. Hanya saja ketika berkomunikasi dengan sesama etnisnya ia selalu menggunakan bahasa Cina. informan mengaku alasan ia menggunakan bahasa tersebut agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar karena bahasa tersebut adalah bahasa sehari-hari yang digunakannya. Informan mengaku penggunaan bahasa yang digunakannya adalah agar lebih memperat hubungan dengan para pembeli yang berasal dari etnis yang sama. Informan mengatakan bahwa tidak hanya pedagang dan pembeli etnis Cina saja yang menggunakan bahasa daerah namun pedagang dan pembeli lainnya yang berasaladari suku yang sama juga menggunakan bahasa yang sama di pasar tersebut seperti suku padang dan batak karo. Hal ini disebabkan karena selain etnis Cina yang
(51)
mendominasi pasar ramai tersebut, suku padang dan batak karo juga terdapat di pasar tersebut.
Informan mengaku kunci keberhasilannya dalam berdagang adalah karena pelayanan yang diberikannya. Informan dalam berdagang tidak hanya sendirian melainkan dibantu oleh orang lain. Orang-orang yang membantu informan dalam berdagang umumnya berasal dari etnis pribumi. Peneliti melihat hubungan antara para pedagang dan pembantunya sangat akrab. Ini terlihat sesekali mereka bercanda dalam melayani pembelinya.
Peneliti melihat bahwa pembantu-pembantu para pedagang di pasar ramai ini banyak berasal dari etnis pribumi. Hal ini juga menyebabkan peneliti dapat dengan mudah untuk mendapatkan informasi dari pedagang etnis Cina. Namun banyak juga usaha-usaha perdagangan di pasar tradisional ramai yang dibantu oleh para keluarga.
(52)
4.3. Interpretasi Data Penelitian 4.3.1. Profil Etnis Cina
Keberhasilan orang Cina dalam bidang perdagangan sering kali menimbulkan berbagai pertanyaan. Banyak yang bertanya bagaimana orang Cina bisa begitu sukses dalam bidang perdagangan dan ekonomi. Padahal, banyak di kalangan pedagang Cina yang berasal dari keluarga yang miskin. Kebanyakan dari mereka hijrah dari negara Cina hanya membawa baju yang melekat di badan dan tidak mempunyai apa-apa termasuk harta benda serta pendidikan. Kebanyakan dari mereka tidak pernah mengecapa pendidikan secara formal dan bahkan buta huruf. Namun mereka berhasil muncul sebagai pedagang yang sukses dan kaya raya. Banyak orang Cina menjadi kaya kaya di luar negeri dan bukan di negara asal mereka. Ekonomi Asia Tenggara rata-rata dikuasai dan didominasi oleh orang Cina. kedatangan mereka pada awalnya bertujuan mencari makan. Namun pad akhirnya, mereka yang memberi makan dan membuka kesempatan kepada penduduk setempat. (Wan Seng, 2007 : 69)
Penguasaan ekonomi oleh orang Cina di Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand, Singapore dan Filipina sudah bukan menjadi rahasia lagi. Dominasi mereka dalam ekonomi di negra-negara tersebut sering menimbulkan perasaan tidak puas hati dikalangan pribumi. Kehadiran orang Cina membuat iri hati dan dicurigai. Dalam kebanyakan kasus, orang Cina sering disalahakan sebagai penyebab kemiskinan, kemunduran dan kemelaratan bangsa-bangsa lain. Hali ini tidak seharusnya terjadi karena hal ini tidak memberikan gambaran yang benar tentang orang Cina. baik disadari ataupun tidak. Orang Cina tidak menjadi kaya dan meguasai ekonomi dalam
(53)
sekejap mata. Proses ini memakan waktu yang panjang dan terjadi secara evolusi selama bertahun-tahun.
Orang Cina mulai dari bawah. Dari yang tadinya tidak mempunyai apa-apa akhirnya menjadi orang terkaya dan berhasil. Semuanya itu tidak diperoleh secara magic (seperti sulap). Tidak ada magic dalam keberhasilan perdagangan orang Cina. mereka seperti bangsa-bangsa lain juga, mau tidak mau ikut berusaha dan bersaing. Mereka menahan diri untuk tidak tidur dan berhemat. Mereka mengambil resiko untuk dapat memajukan perdagangan. Perdagangan Cina juga mengalami masa jatuh bangun. Kadang kala, mereka rugi dan di lain waktu untung.
Orang Cina berhasil bukan karena faktor keturunan. Jika dikatakan pandai, bangsa lain juga pandai. Dalam beberapa hal, penduduk asal dan penduduk sekitar sebenarnya mempunyai lebih banyak kelebihan dibandingkan orang Cina. Ada beberapa faktor yang mendorong keberhasilan orang Cina, diantaranya adalah kemiskinan, perasaan kurang aman, survival (kemampuan bertahan hidup) di tempat orang, tidak ada pilihan, dan ajaran falsafah yang mereka dapat sejak kecil.
Menurut beberapa pengamat sosial, kekuatan yang memotivasi dan mendorong orang Cina untuk berkecimpung dalam kegiatan perdagangan adalah ajaran konfusianisme. Ajaran itu mengutamakan ketaatan kepada ibu bapak dan pengorbanan kepada orang yang lebih tua. Pengorbanan dan penghormatan kepada orang tua dan yang lebih tua usianya merupakan salah satu ajaran yang bertujuan untuk mempererat hubungan antar sesama keluarga. Karena menurut etnis Cina diantara orang inilah yang mempunyai keharusan untuk saling tolong menolong
(54)
dalam dunia perdagangan. Hubungan ini selalu diusahakan agar terjalin dengan saling mendukung sesama anggota keluarga dalam menghadapai pedagang asing.
Ajaran konfusianisme juga menekankan pentingnya menjaga keturunan., orang Cina disarankan memiliki keturunan laki-laki. Dalam sistem sosial orang Cina, anak laki-laki adalah ahli waris keturunan. Mereka juga akan mewarisi harta dan kekayaan keluarga. Anak laki-laki memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga martabat dan nama baik keluarga. Mereka harus berusaha mengharumkan nama keluarga dan memuliakan keturunannya. Salah satu cara menunjukkan rasa hormat kepada orang tua dan mengangkat martabat keluarga adalah dengan menjadi kaya, kekayaan dapat membeli kemewahan dan menjadikan seseorang dihormati dan dipandang mulia. Satu-satunya cara untuk menjadi kaya adalah adalah dengan menduduki jabatan tinggi dalam kerajaan. Namun, sejak runtuhnya dinasti Cina kuno, kesempatan menjadi kaya melalui cara ini dapat dikatakan tertutup.
Satu-satunya cara untuk menjadi kaya adalah dengan berdagang. Dengan kekayaan, keluarga akan hidup senang dan ini adalah salah satu cara orang Cina membalas jasa ibu bapak mereka. Meskipun kasih sayang dan kepatuhan tidak dapat dinilai dengan uang. Kekayaan akan dapat memberikan kebahagian dan meningkatkan status sosial keluarga dalam masyarakat. Menjadi kaya dan sukses dalam perdagangan atau pendidikan menjadi jalan bagi orang Cina untuk membalas segala pengorbanan serta jasa ibu bapaknya. Sejak kecil, ibu bapak orang Cina memberikan anjuran kepada anak-anak mereka agar berhasil dan menjadi kaya. Mereka menanamkan minat berdagang dengan harapan anak-anak mereka dapat hidup mandiri.
(55)
Orang Cina tidak suka mendapat gaji. Golongan yang mendapat gaji tidak memiliki kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat. Orang Cina dianjurkan berdagang meskipun hanya kecil-kecilan. Pendapatannya mungkin lebih kecil dibandingkan mereka yang mendapatkan gaji, tetapi akan dianggap lebih baik dibandingkan bekerja pada orang lain. Berdagang sendiri berarti seseorang dapat menjadi bos dan tuan. Bekerja dengan orang, sampai kapan pun akan dianggap sebagi kuli. Orang yang berdagang dikatakan berani dan hanya orang yang beranilah yang mermilki kesempatan menjadi kaya dan sukses. Orang yang berdagang mendapatkan kedudukan yang istimewa dalam masyarakat Cina. keadaan ini menjelaskan mengapa orang Cina suka berdagang dibandingklan bekerja di kerjaan ataupun pabrik.
Rahasia kesuksesan dagang orang Cina adalah karena tidak membatasi diri dalam menggeluti bidang perdagangan. Uang tidak pernah dijadikan sebagai penghalang. Asal ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Yang terpenting adalah harus bersabar, tabah dan sanggup menderita untuk hidup susah. Bidang perdagangan bukanlah bidang yang mudah dan menuntut seseorang bekerja lebih keras dan lama jika dibandingkan mereka yang mendapat gaji. Mereka berusaha memajukan perdagangan, karena lebih keras mereka bekerja, lebih banyak keuntungan yanga akan diperoleh. Sebagai tauke dan pemilik perdaganagan, mereka mempunyai kekuasaan untuk membuat keputusan dan menentukan arah perdagangan. Untung dinikmati sendiri. Jika rugi akan menaggung segala akibatnya. Jika untung, keluarga juga akan ikut senang. Jika rugi, mereka kan mencoba lagi. Setidaknya harus mencoba dan berusaha. Masalah gagal atau berhasil merupakan masalah lain.
(56)
Perdagangan menjanjikan keuntungan yang menarik dan kesempatan untuk deapat keluar dari kepompong kemiskinan serta belenggu kesusahan.
Keberhasilan etnis Cina seringkali dihubungkan dengan citra perusahaan yang legendaris, kerja keras dan tekun, hemat dan jujur, solidaritas keluarga, dan pendidikan. Sifat hemat yang merupakan modal dalam berusaha ini dimaksudkan adalah cara penggunaan dan pemanfaatan dana yang tersedia untuk tujuan menunjang kegiatan produksi ekonomi dengan kata lain segala alat produksi dan hasil usaha yang merupakan uang berlebih dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan modal bukan pengeluaran yang merupakan pemborosan.
Sedangkan ketekunan dimaksudkan adalah sifat etnis Cina dalam dunia usaha dan perdagangan yang merupakan kesabaran dan tidak mengenal bosan dan putus asa dalam menjalankan kegiatannya. Perpaduan antara sifat hemat dan ketekunan ini merupakan modal khas masyarakat Cina bila memiliki uang berlebih yang merupakan keuntungan hasil usaha, sifat hemat dan ketekunan yang masyarakat Cina ini disebut sebagai salah satu sumber modal yang non materi, karena hal ini mendukung untuk bertamabah dan berkembang usaha yang dirintis, yang bukan materi atau uang.
Sifat hemat etnis Cina lainnya tergambar dalam penggunaan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga terutama anak-anaknya. Menurut mereka dengan memakai anak sebagai tenaga kerja dalam kegiatan ekonominya mempunyai untung yang banyak yaitu tenaga kerja yang murah. Walaupun tenaga kerja ini (anak) secara umum pada etnis Cina dibayar, tetapi bayarannya pasti jauh lebih murah dibandingkan dengan menggaji pekerja dari luar. Seperti kutipan wawancara dengan salah satu pedagang di bawah ini :
(57)
“…..”Kebetulan anak-anak saya banyak, jadi saya tidak perlu mempekerjakan orang dari luar lagi dalam membantu saya. Lagian jika saya mempekerjakan orang lain kan upahnya lebih mahal dibandingkan mempekerjakan anak saya sendiri”.
4.3.1.1. Perilaku Berdasarkan Filsafat Hidup.
Perilaku perdagangan dengan memakai filsafat hidup didasarkan pada tradisi-tradisi ajaran ahli fakir dari negeri leluhurnya yang dijadikan landasan kehidupan sosial kultural masyarakat Cina seperti ajaran taoisme, Confuciusme, karl marx dan sebagainnya. Dari ajaran-ajaran ini mereka mengambil filsafat hidup yang diterapkan dalam perdagangan seperti :
1. Hakekat keharmoniosan.
Menurut dasr berfikir masyarakat Cina seluruh fenomena ala mini digolongkan ke dalam du bagian besar yaitu yang dan ying. Dalam ajaran ini dikelompokkan jenis-jenis yang termasuk dalam yang dan ying. Kedua hal ini harus dijaga keharmonisannya agar tercapai hidup yang sejahtera karena dengan menjalankan hal tersebut diharapkan akan dicapai kehidupan yang sejahtera maka keharmonisan antara manusia dengan alam, selalu dijaga keseimbangannya. Menjaga keharmonisan masyarakat Cina dengan dewi-dewinya dilakukan dengan pemujaan-pemujuaan kepada tiga malaekat yaitu thie koan, tee koan dan cin koan. Bagi para pedagang mereka memuja orang suci yang disebut shui hsin lao yeh yang vdiyakini akan membuat kegiatan perekonomian dan perdagangan akan beruntung.
Menjaga keharmonisan masyarakat Cina dengan sesama manusia yaitu dengan menempuh jalan yang benar (wu-wei). Ajaran ini menggambarkan hidup yang ramah, sopan santun, cerdas, jujur dan adil. Dalam dunia perdagangan
(58)
keharmonisan dengan sesama sangat tampak nyata, karena kegiatan perdagangan senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Antara sesama manusia diusahakan supaya selalu ramah, sopan, jujur, cerdas dan adil karena menurut pendapat yang diwawancarai menggambarkan bahwa dengan menjaga keharmonisan dengan sesama akan menjadikan banyak sahabat dalam dunia perdagangan, kegiatan ekonomi akan semakin baik apabila semakin banyak realasi. Menjaga keharmonisan dengan alam dan lingkungannya bagi para pedagang terutama dengan para pembeli dan lingkungan pasar dan lingkungan pertokoan sebagai lingkungan kegiatannya. Keharmonisan juga dapat dilakukan dengan usaha memperindah lingkungan pertokoan agar menarik bagi para pembeli dan pelanggan yang akan berbelanja.
2. Penghormatan terhadap orang tua.
Penghormatan terhadap orang tua dan yang lebih tua usianya merupakan salah satu ajaran yang bertujuan untuk mempererat hubungan antara sesama keluarga. Karena diantara orang inilah yang mempunyai keharusan untuk saling tolong-menolong. Dalam dunia perdagangan selalu diusahakan agar hubungan ini terjalin dengan saling mendukung sesame anggota keluarga dalam menghadapai pedagang asing.
3. Filsafat hidup mengutamakan belajar.
Strategi yang dilakukan pedagang Cina dengan mengutamakan belajar ini dimaksudkan sebagai usaha untuk mengetahui yang baik. Dengan diketahuinya mana yang baik maka dapat dibedakan mana yang pantas dan yang tidak pantas untuk dilakukan. Dalam dunia perdagangan masyarakat Cina sudah mendidik anak-anaknya di dunia perdagangan sejak masih kecil, sehingga mempunyai pengetahuan dan
(59)
pengalaman yang bisa dipergunakannya secara praktis apabila kelak terjun di dunia perdagangan. Hal seperti ini sangat jarang dikemui para pedaganag pribumi. Pada umumnya masyarakat pribumi akan memulai perdagangannya apabila ada modal tanpa disadari pengalaman atau pengetahuan di bidangnya. Pada umumnya pedagang pribumi lebih mengutamakan pendidikan anak di sekolah formal dan tidak mencampuri urusan perdagangan agar kegiatan sekolahnya tidak terganggu.
4.3.1.2. Filsafat Hidup Masyarakat Cina Yang Mendukung Kehidupan Ekonomi.
Filsafat hidup/falsafah hidup sering disebut dengan motto hidup yaitu nilai-nilai dan pandangan-pandangan hidup yang menjadi dasar berfikir dan menjadi prinsip kehidupan. Filsafat hidup ada yang merupakan nilai-nilai yang mementingkan atau kebersamaan dalam kehidupan sosial. Nilai-nilai ini berkecenderungan kepada sifat-sifat material ekonomi dan ada filsafat hidup yang merupakan nilai-nilai yang berpihak ketenagan, kemantapan jiwa dan bathin.
Filsafat hidup masyarakat Cina berasal dari tata kehidupan dan norma-norma yang berlaku dalam tradisi masyarakatnya. Sumber-sumber tradisi ini diambil dari ajaran-ajaran ahli pikir dari negeri leluhurnya, yang pernah jaya dan kemudian dijadikan landasan kehidupan sosial kultural masyarakat Cina Seperti : ajaran taoisme, konfucuisme, yuan shih-kai dan sebagainya.
Menurut dasar berfikir masyarakat Cina seluruh fenomena alam dapat dimasukkan ke dalam dua golongan besar yaitu yang dan yin. Yang merupakan prinsip dasar untuk laki-laki, matahari, arah selatan, untuk panas, cahaya (siang) dan
(60)
segala yang termasuk keaktifan. Yang termasuk yin yaitu suatu prinsip seperti wanita, bulan, arah utara, dingin, gelap (malam) dan segala yang bersifat pasig.
Dewi-dewi harus disembah agar tidak menimbulkan malapetaka akan tetapi mendatangkan sumber kesejahteraan dan penghasilan yang baik. Menurut ajaran confucius ada tiga objek pemujaan yang berasal dari dunia kayangan yang disebut dengan 3 malaikat yang terdiri atas :
a. Thie koan sebagai penguasa langit, pengedar matahari, bulan, bintang dan awan. b. Tee koan sebagai penguasa bumi, pencipta segala mahluk tumbuh-tumbuhan,
batu, gunung, jiwa dan angin.
c. Cin koan sebagai penguasa di air, laut, angina hujan, sungai dan gunung.
Ketiga malaikat ini adalah pembantu Thien (tuhan) di langit. Langit-langit sebagai tempat para dewa seperti guntur, dewa hujan, dewa matahari, dewa bulan dan bintang. Bumi merupakan tempat dewa ibu dari semua yang terbentang diatasnya. Bagi para pedagang mereka memuja orang suci yang disebut dengan sui hsin lao yeh. Dengan pemujaan terhadap shui hsin lao yeh, diharapakan agar kegiatan perdagangan dan perekonomian mereka akan beruntung
Bagi masyarakat Cina kehidupan individu tidak begitu penting dibandingkan kepentingan keluarga besarnya. Dalam realitas kehidupan terlihat dengan pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan penghormatan terhadap orang yang lebih tua. Oleh karena itu dalam dunia perdagangan mereka selalu mengutamakan hubungan dengan kaum kerabatnya dan diantara mereka inilah yang mempunyai keharusan untuk saling tolong menolong. Dalam dunia perekonomian dan kehidupan sehari-hari terlihat bahwa masyarakat Cina jarang mengadakan hubungan dengan orang diluar
(61)
kerabatnya. Jika masih memungkinkan berhubungan/bekerja sama dengan anggota keluarganya, terutama keluarga batih.
Prinsip kerja tekun dan jujur (sien), cerdas (tie) dan bijaksana (gie) dalam prinsip-prinsip kerja dengan tekun dan jujur, cerdas serta bijaksana digunakan secara keseluruhan dipakai sebagai dasar dalam dasar dunia bisnis. Manusia yang tekun akan mendapatkan apa yang dicarinya. Ketekunan yang berhubungan dengan kesungguhan dan kesabaran yang tidak dapat putus-asa. Cerdas (tie) merupakan cara berfikir dengan menggunakan daya intelektual untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kecerdasan ini harus dipergunakan sehingga masalah yang akan datang dapat diantisipasi terlebih dahulu dan tujuanpun akan lebih mudah dicapai. Orang bijaksana akan menjadi tempat bertanya. Apabila seorang masyarakat Cina memiliki perpaduan antara tekun, jujur, cerdas dan bijaksana akan menjadi sukses dalam kehidupannya.
Masyarakat Cina percaya bahwa tiap-tiap individu mempunyai variasi kecerdasan dan keterampilan fisiknya. Karena ketidaksamaan ini sebaiknya mereka saling melengkapi satu sama lain. Gabungan inidividu-individu ini akan membentuk suatu unit keluarga besar.
(1)
diutamakan terlebih dahulu. Hal ini tidaklah sulit untuk dil;akukan juka para pedagang dapat melihat betapa tingginya nilai seorang pelanggan baginya.
Pembeli dan pelanggan adalah sumber pendapatan dan keuntungan. Maju mundfurnya perdaganagn banyak tergantung pada dukungan yang diberikan oleh pelanggan. Permintaan para pelanggan adalah peluang dagang yang seharusnya tidak ditolak. Pedagang Cina mengutamakan aspek hubungan dengan pembeli dan pelanggannya. Umumnya para pedagang yang berada di pasar tradisional ramai selalu bersikap ramah dengan para pembeli dan pelangannya dan tidak menunjukkan muka yang marah jika para pembeli dan pelangannya tidak jadi membeli barang mereka. Menurut para pedaganag hak dan keputusan para pembeli dan pelanggan harus dihormati. Yang terpenting bagi para pedagang adalah terwujudnya kepercayaan dan hubungan dengan setiap para pembeli dan pelangganya.
Berdasarkan hasil temuan data di lapangan diketahui bahwa segala kemudahan dan pelayanan yang diberikan pedagang etnis Cina memberikan kepuasan bagi para pembelinya khususnya bagi pembeli etnis cina dalam penelitian ini. Sehingga pembeli etnis Cina merasa nyaman dan senang berbelanja di pasar tradisional ramai tersebut. Pembeli dan pelanggan yang puas akan datang lagi dan menjadi orang yang akan mempromosikan suatu perdagangan tertentu.
(2)
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Atas dasar temuan-temuan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di pasar tradisional ramai dapat disimpulkan bahwa kemampuan etnis Cina (Pedaganag) untuk mengantisipasi pasar disertai pelayanan-pelayanan yang ramah membuat mereka mampu bersaing dengan pedagang pribumi. Keberhasilan para pedagang etnis Cina di pasar tradisional ramai tidak terlepas dari strategi-strategi yang didasarkan pada kebudayaan mereka, dimana keberhasilan etnis Cina dalam perdagangan dipengaruhi oleh ajaran falsafah (konfusianisme) yang memotivasi dan mendorong etnis Cina untuk berkecimpung di dunia perdagangan, Akhirnya adaptasi ekonomi mereka yang mempergunakan siasat ini membuat mereka dapat terus survival, sehingga para pembeli dan pelanggan merasa puas dengan segala bentuk pelayanan perdagangan yang mereka berikan dan hal inilah yang akhirnya akan mempengaruhi para pembeli dan pelanggan agar tetap berbelanja di tempat mereka.
Etnis Cina yang berbelanja di pasar tradisional ramai mengakui bahwa kualitas barang yang dimilki pasar tradisional ramai jauh lebih baik dibandingkan pasar-pasar tradisional lainnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya barang-barang yang secara khusus di eksport dari luar negeri ke pasar pasar tradisional. Umumnya para pembeli dan pelanggan yang berbelanja di pasar tradisional ramai memiliki jarak rumah yang dekat dengan lokasi pasar. Namun berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan diketahui bahwa semenjak 2 tahun terakhir para pembeli yang berbelanja di
(3)
pasar tradisional ramai tidak saja berasal dari lingkungan setempat melainkan dari luar kota medan juga.
Rasa nyaman yang timbul antara pedagang dan pembeli yang berasal dari etnis Cina disebabkan proses komunikasi antara mereka berjalan dengan lancar karena persamaan bahasa yang mereka miliki. Selain itu sikap dan cara pelayanan dalam penggunaan bahasa dan kesopanan juga membuat para pembeli merasa nyaman.
Berjalannya proses komunikasi antara pedagang dan pembeli yang berasal dari etnis Cina merupakan bentuk orientasi in group diantara mereka, karena bahasa yang mereka gunakan mencerminkan identitas kelompok etnik yang tampak jelas dalam suatu interaksi sosial. Namun berdasarkan temuan data di lapangan diketahui bahwa sikap in group antara anggota kelompok etnis Cina tidak selamanya berjalan dengan lancar, sikap in group tersebut sangat bergantung kepada setiap individu yang menjalaninya, apakah setiap individu merasa dekat atau tidak dengan kelompoknya.
(4)
5.2. Saran.
Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti ingin memberikan saran yaitu • Umumnya selama ini masyarakat yang belum begitu tahu dan mengenal
pasar tradisional ramai beranggapan bahwa pasar tradisional ramai sangat identik dengan etnis Cina, sehingga masyarakat yang berada di luar etnis Cina merasa asing jika berbelanja di pasar tersebut. Ini terbukti bahwa pasar tradisional ramai didominasi oleh etnis Cina dan baru semenjak 2 tahun yang lalu pasar tradisional ramai ini banyak dikunjungi oleh etnis lain, khususnya etnis pribumi. Oleh karena itu hendaknya pihak pengelola pasar perlu melakukan suatu upaya khusus agar pasar tradisional ramai tidak selalu diidentikakan dengan pasar tradisional milik etnis Cina dan agar di pasar taradisional ramai ini seluruh masyarakat dari berbagai kalangan dan etnis dapat saling berbaur untuk berbelanja dengan rasa nyaman tanpa adanya keterasingan.
• Kita mengetahui bahwa etnis Cina dikenal sebagai etnis yang sukses dalam bidang perdagangan. Hendakanya para pedagang non pribumi mencontoh segala kerja keras dan usaha pedaganag etnis Cina dalam menjalankan
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.
Brown, Simon. 2003. Feng Shui Praktis Untuk Bisnis. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
De Mente, Boye Lafayatte. 1994. Etika dan Etiket Bisnis dengan Orang Cina. Jakarta : Bumi Aksara.
Faisal, Sanafsiah. 1994. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hadari Nawawi. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM Press. Haryono, P. 1993. Kultur Cina dan Jawa. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Hefner, Robert W. 1999. Budaya Pasar. Jakarta : LP3S.
Lam N mark & John L. Graham China Now. 2007. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Mansyurdin, T. 1994. Sosiologi Suatu Pengenalan Awal. Medan : Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat.
Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Narwoko, J. Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : PT. Prenada Media.
Sen, Ann Wan. 2007 Rahasia Bisnis Orang Cina.Bandung : Mizan Media Utama. Setiadi, Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta : Prenada Media.
(6)
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3S.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Subanindyo, RM.H. 1994. Studi Tentang Maslah Tionghoa Di Indonesia (Studi Kasus : Di Medan). Medan : PT. Satria Deli Perkasa.
Sunarto, Kamanto. 1999. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lemabaga Penerbit FE UI. Suparlan, Parsudi. 1979. Ethnic Group of Iindonesia. The Indonesia Quartely Vol 7. Yin, Robert K. 2003. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Zein, Abdul Baqir. 2000. Etnis Cina Dalam Potret Pembauran Di Indonesia. Jakarta : Gema Insani
Zhong, Wastu Pragantha dkk. 1996. Etika Bisnis Cina. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Website :
http:www.PikiranRakyat.co.id.