tidak nyata untuk respon mortalitas rayap. Berikut adalah hasil uji T dalam membandingkan mortalitas rayap yang terjadi pada papan partikel dan kayu solid.
Mortalitas rayap yang terjadi belum dapat dipetakan secara mendetail dalam periode tertentu, karena proses perhitungan mortalitas rayap hanya dilakukan pada
akhir pengujian saja yakni pada minggu keempat, sehingga belum dapat dilihat kecenderungan mortalitas rayap yang terjadi pada setiap minggunya maupun
setiap harinya. Dalam proses pelaksanaannya, keadaan media uji terkadang ditemui jamur pada permukaan tanah media uji, hal ini dikarenakan keadaan
ruangan yang tidak dapat diatur suhu dan kelembabannya sehingga potensi tumbuhnya jamur pun semakin tinggi, selain itu keadaan laboratorium yang
berdekatan dengan laboratorium jamur diduga semakin meningkatkan potensi tumbuhnya jamur. Meskipun belum dapat diketahui jenis dan karakteristik dari
jamur yang tumbuh pada media uji, diduga keberadaan jamur ini memberikan pengaruh terhadap tingkat mortalitas rayap sehingga dilakukan beberapa upaya
pembersihan terhadap jamur-jamur yang masih terjangkau tanpa mengganggu aktivitas rayap di media uji tersebut.
4.3 Respon Feeding Rate
Menurut Arinana et al 2010 feeding rate sudah terbukti sangat berguna untuk membandingkan ketahanan kayu terhadap serangan rayap meskipun
terdapat perbedaan ukuran kayu dan kerapatan, waktu pengujian dan spesies rayap. Nilai feeding rate yang dihasilkan juga dapat dijadikan gambaran untuk
menilai tingkat keinginan rayap untuk memakan contoh uji yang diumpankan. Hasil uji statistik untuk respon feeding rate dari pengaruh variabel jenis kayu dan
kerapatan target pada kelompok papan partikel, menunjukkan pengaruh yang signifikan untuk interaksi antara variabel jenis kayu dan kerapatan target, berikut
adalah hasil uji statistik untuk respon feeding rate yang tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji statistik interaksi jenis kayu dan kerapatan target untuk respon feeding rate
Sumber Jumlah Kuadrat
DB Kuadrat Tengah
F Sig.
Model Terkoreksi 9671,07
a
3 3223,69
43,33 0,00
Intersep 32553,13
1 32553,13
437,53 0,00
Jenis_Kayu 8801,54
1 8801,54
118,29 0,00
Kerapatan 562,39
1 562,39
7,56 0,03
Jenis_Kayu Kerapatan 307,14
1 307,14
4,13 0,08
Eror 595,21
8 74.,4
Total 42819,41
12 Total Terkoreksi
10266,28 11
Berdasarkan hasil uji statistik di atas pengaruh variabel jenis kayu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon feeding rate, berdasarkan
nilai rata-rata feeding rate yang dihasilkan pada papan partikel berbahan baku kayu Kempas memiliki tingkat feeding rate yang lebih rendah dibanding dengan
nilai rata-rata feeding rate papan partikel berbahan baku kayu Tusam. Nilai rata- rata feeding rate untuk papan partikel kayu Kempas bernilai 36,90 µgekorhari
untuk kerapatan target 0,8 gcm
3
dan 13,10 µgekorhari untuk kerapatan target 0,9 gcm
3
, untuk papan partikel kayu Tusam nilai rata-rata feeding rate bernilai 80,95 µgekorhari untuk kerapatan target 0,8 gcm
3
dan 77,38 µgekorhari untuk kerapatan target 0,9 gcm
3
. Apabila feeding rate digambarkan sebagai tingkat produktivitas rayap untuk
menyerang contoh uji, maka dapat dilihat bahwa rayap lebih produktif untuk mengkonsumsi papan partikel kayu Tusam dibanding dengan papan partikel kayu
Kempas, kayu Tusam yang memiliki kandungan resin diduga semakin mengundang rayap untuk menyerang kayu tersebut, karena dalam proses
pembuatan papan partikel tidak dilakukan perlakuan pendahuluan, maka diduga masih terdapat kandungan resin yang tersisa pada bahan baku pembuatan papan
yang mengakibatkan papan partikel kayu Tusam menjadi lebih mudah diserang oleh rayap.
Pengaruh kerapatan target terhadap respon kehilangan berat juga memberikan pengaruh yang signifikan, kecenderungan yang terjadi adalah dengan
meningkatnya kerapatan tingkat produktivitas rayap untuk memakan contoh uji menjadi lebih rendah, pada kerapatan target 0,8 gcm
3
papan partikel Kempas
memiliki nilai rata-rata feeding rate sebesar 36,90 µgekorhari dibandingkan dengan papan partikel Kempas 0,9 nilai rata-rata feeding rate menjadi menurun
yakni sebesar 13,10 µgekorhari. Kecenderungan yang sama terjadi pada papan partikel Tusam pada kerapatan target 0,8 gcm
3
nilai rata-rata feeding rate bernilai 80,95 µgekorhari dibandingkan dengan kerapatan target 0,9 gcm
3
yang menurun menjadi 77,38 µgekorhari. Sehingga dengan meningkatkan kerapatan sebuah
produk dapat meningkatkan sifat keawetannya, karena akan menghasilkan produk yang memiliki kerapatan yang solid.
Apabila data feeding rate yang dihasilkan pada penelitian ini dipetakan kedalam grafik, dapat terlihat cukup jelas bahwa terdapat perbedaan antara tingkat
keinginan rayap untuk menyerang contoh uji papan partikel Kempas dan papan partikel Tusam. Nilai feeding rate terbesar ditemui pada papan partikel Tusam
kerapatan target 0,8 gcm
3
, dengan nilai feeding rate sebesar 80,95 µgekorhari sedangkan nilai terendah ditemui pada papan partikel Kempas kerapatan target 0,9
gcm
3
, dengan nilai feeding rate sebesar 13,1 µgekorhari. Grafik nilai feeding rate pada papan partikel dapat dilihat dalam Tabel 9.
Gambar 9 Grafik nilai rata-rata feeding rate pada papan partikel Apabila feeding rate antara kayu solid dan papan partikel dibandingkan,
pada kelompok kerapatan target 0,8 gcm
3
menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan pada kelompok 0,9 gcm
3
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Artinya tingkat produktivitas rayap dalam mengkonsumsi contoh
36,9 13,1
80,95 77,38
15 30
45 60
75 90
kempas 0,8 kempas 0,9
tusam 0,8 tusam 0,9
F ee
d ing
R a
te µ
g ek
o rha
ri
Jenis Papan Partikel
uji pada papan partikel 0,9 gcm
3
tidak jauh berbeda dengan tingkat produktivitas rayap dalam mengkonsumsi kayu solid. Perbandingan nilai rata-rata feeding rate
antara papan partikel, kayu solid dan kayu Karet tersaji pada Gambar 10.
Gambar 10 Grafik perbandingan nilai rata-rata feeding rate papan partikel dan kayu solid
Apabila dibandingkan antara papan partikel dan kayu Karet, nilai rata-rata feeding rate yang terjadi pada kayu Karet cukup besar yakni sebesar 96,31
µgekorhari dibandingkan dengan nilai rata-rata feeding rate untuk papan partikel Kempas jauh lebih rendah, tetapi apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata
feeding rate papan partikel kayu Tusam, nilainya tidak jauh berbeda. Hal ini diduga karena berdasarkan Martawijaya 1989 kelas awet kayu Tusam dan Karet
berdekatan yakni kelas awet IV dan V, sehingga menghasilkan nilai feeding rate yang cenderung berdekatan. Berikut adalah grafik nilai rata-rata feeding rate
papan partikel dan kayu Karet.
4.4 Kendala Pengujian .