BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Respon Kehilangan Berat
Setelah dilakukan proses pengumpanan terhadap rayap tanah selama empat minggu, dari data yang diperoleh dilakukan pengujian secara statistik untuk
pengaruh variabel jenis kayu dan kerapatan target, seperti yang disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Hasil uji statistik interaksi faktor jenis kayu dan kerapatan
Sumber Jumlah Kuadrat
DB Kuadrat Tengah
F Sig.
Model Terkoreksi 26,22
a
3 8,74
79,78 0,00
Intersep 80,03
1 80,03
730,38 0,00
Jenis_Kayu 22,99
1 22,99
209,82 0,00
Kerapatan 3,19
1 3,19
29,14 0,00
Jenis_Kayu Kerapatan 0,04
1 0,04
0,38 0,55
Eror 0,88
8 0,11
Total 107,13
12 Total Terkoreksi
27,10 11
Berdasarkan hasil uji statistik di atas, pengaruh variabel jenis kayu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon kehilangan berat. Dari
nilai rata-rata kehilangan berat yang diperoleh kehilangan berat untuk papan partikel jenis kayu Kempas memiliki nilai rata-rata kehilangan berat yang lebih
rendah dibanding dengan papan partikel jenis kayu Tusam, yakni sebesar 1,77 untuk kerapatan target 0,8 gcm
3
dan 0,63 untuk kerapatan target 0,9 gcm
3
dibanding dengan kehilangan berat rata-rata papan partikel kayu Tusam yang bernilai sebesar 4,42 untuk kerapatan target 0,8 gcm
3
dan 3,51 untuk kerapatan target 0,9 gcm
3
. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, kayu Kempas memiliki sifat keawetan yang lebih baik dibanding dengan kayu Tusam.
Sesuai dengan Martawijaya 1989 yang mengelompokkan kayu Kempas kedalam kelas awet III yang artinya memiliki sifat keawetan yang lebih baik dibanding
dengan kayu Tusam yang dikelompokkan kedalam kelas awet IV. Kayu Tusam diketahui sebagai kayu yang memiliki saluran getah, resin yang terkandung dalam
getah Tusam ini diduga memberikan pengaruh yang sejenis dengan senyawa amirin pada kayu Karet yang bersifat atraktan untuk rayap.
Pengaruh variabel kerapatan target juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon kehilangan berat, berdasarkan hasil yang diperoleh
nilai kehilangan berat rata-rata papan partikel dengan kerapatan target 0,8 gcm
3
menghasilkan nilai kehilangan berat yang lebih besar dibandingkan kerapatan target 0,9 gcm
3
baik pada papan partikel jenis Kempas maupun Tusam, untuk kerapatan target 0,8 gcm
3
pada papan partikel Kempas kehilangan berat rata-rata yang terjadi sebesar 1,77 sedangkan pada Tusam bernilai sebesar 4,42
sedangkan pada kerapatan target 0,9 gcm
3
pada papan partikel Kempas kehilangan berat yang terjadi sebesar 0,63 sedangkan pada papan partikel kayu
Tusam bernilai sebesar 3,51 . Hal ini sesuai dengan Maloney 1993 yang menyatakan bahwa dikebanyakan kasus dengan meningkatnya kerapatan sebuah
produk maka akan meningkatkan sifat produk tersebut. Selanjutnya dalam Gambar 7 dapat dilihat grafik kehilangan berat rata-rata pada papan partikel.
Gambar 7 Grafik kehilangan berat rata-rata papan partikel
Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat bahwa papan partikel dengan bahan baku kayu Tusam memiliki nilai kehilangan berat yang jauh lebih besar dibanding
dengan papan partikel dengan bahan baku kayu Kempas. Nilai kehilangan berat terkecil terdapat pada papan partikel kayu Kempas kerapatan target 0,9 gcm
3
1,77 0,63
4,42 3,51
1 2
3 4
5
kempas 0.8 kempas 0.9
tusam 0,8 tusam 0,9
K ehila
ng a
n B
er a
t
Jenis Papan Partikel
dengan kehilangan berat sebesar 0,63 sedangkan nilai kehilangan berat terbesar terdapat pada papan partikel kayu Tusam kerapatan target 0,8 gcm
3
dengan nilai kehilangan berat sebesar 4,42 , secara detail nilai perbandingan kehilangan berat
antara papan partikel, kayu solid dan kayu Karet dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Grafik perbandingan kehilangan berat papan partikel dan kayu solid Dibandingkan dengan kayu solid kontrol nilai rata-rata kehilangan berat
papan partikel memiliki nilai yang lebih kecil dibanding dengan nilai rata-rata kehilangan berat kayu solidnya, namun berdasarkan hasil uji T membandingkan
antara kayu solid dan papan partikel, keduanya saling tidak berbeda secara nyata atau tidak signifikan perbedaannya. Nilai kehilangan berat kayu solid Kempas
memiliki nilai kehilangan berat yang lebih kecil dari kayu solid Tusam, yakni sebesar 2,19 dibanding dengan Tusam sebesar 5,01 .
Mengacu pada Tabel 1 pengelompokkan kelas awet kayu, berdasarkan nilai kehilangan berat yang diperoleh, kayu solid Kempas termasuk ke dalam kelas
awet I dan kayu Tusam termasuk ke dalam kelas awet II, hal ini kurang sesuai dengan Martawijaya 1989 yang mengelompokkan kayu Tusam ke dalam kelas
awet IV dan kayu Kempas ke dalam kelas awet III, hal ini diduga karena pada Martawijaya 1989 pengujian sifat keawetan terhadap contoh uji menggunakan
metode uji kubur sedangkan penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan skala laboratorium, lama pengujian yang dilakukan juga berbeda, pada
1,77 0,63
4,42 3,51
2,19 5,01
18,46
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
kempas 0.8
kempas 0.9
tusam 0,8 tusam 0,9 solid
kempas solid
tusam solid karet
K e
hil a
ng a
n B
e r
a t
Jenis Papan Partikel
Martawijaya 1989 dilakukan pengujian uji kubur selama enam bulan, sedangkan pada penelitian ini hanya dilakukan pengujian selama empat minggu, sehingga
diduga akan terdapat perbedaan dari segi nilai kehilangan berat yang diperoleh, pengujian dalam skala laboratorium yang dilakukan menghasilkan nilai
kehilangan berat yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai kehilangan berat pada Martawijaya 1989.
Dibandingkan dengan kayu kontrol Karet nilai kehilangan berat yang terjadi pada papan partikel jauh lebih kecil, artinya sifat keawetan papan partikel jauh
lebih baik apabila dibandingkan dengan kayu solid, dalam kasus ini adalah kayu Karet. Papan partikel diduga memiliki sifat keawetan yang lebih tinggi karena
dalam proses pembuatannya ditambahkan beberapa zat kimia yang menyebabkan produk tersebut kurang disukai oleh rayap contohnya perekat dan parafin,
berdasarkan Kartika 2010 perekat urea formaldehyde yang digunakan dalam proses pembuatan papan partikel dalam penelitian ini adalah 12 dan kandungan
parafin yang ditambahkan adalah sebesar 2. Kehilangan berat kayu kontrol Karet yang cukup tinggi yakni sebesar 18,46
diduga karena kandungan senyawa Amirin dalam bentuk lateks getah yang bersifat mengundang organisme perusak Fengel dan Wegener 1985. Mandang
dan Pandit 1997 juga mengelompokkan kayu Karet ke dalam kelas awet V, yang artinya memiliki ketahanan yang sangat buruk. Hal ini agak bertolak belakang
dengan berat jenis kayu Karet yang tergolong cukup tinggi yakni 0,61 juga sifat kekuatan kayu Karet termasuk ke dalam kelas kuat II-III yang setara dengan kayu
Ramin, Perupuk, Akasia, Keruing dan Sungkai Fengel dan Wegener 1985. Contoh uji hasil penelitian kemudian dikelompokkan berdasarkan nilai
kehilangan berat yang diperoleh, yang mengacu tabel pengelompokkan kelas keawetan dalam standar SNI 01.7207-2006, tabel pengelompokkan contoh uji
dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 6 Pengelompokkan kelas keawetan
Jenis Kehilangan Berat Rata- Rata
Kelas Awet Papan Partikel Kempas 0,8
1,77 I
Papan Partikel Kempas 0,9 0,63
I Papan Partikel Tusam 0,8
4,42 II
Papan Partikel Tusam 0,9 3,51
I Kayu Solid Kempas
2,19 I
Kayu Solid Tusam 6,12
II Kayu Solid Karet
18,46 IV
4.2 Respon Mortalitas Rayap