20
filling  tidak  dilakukan  dahulu  sampai  diperoleh  formula  yang  baku  untuk  pembuatan  kulit short pastry dengan tepung jagung.
Proses pencampuran diawali dengan pencampuran bahan-bahan kering seperti tepung terigu,  gula  pasir,  garam,  dan  susu  bubuk  full cream.  Lalu dilanjutkan  dengan  penambahan
margarin  padat  ke  dalam  campuran  dan  diaduk  dengan  metode  cut  in,  yaitu  gerakan memotong  lemak  padat  ke  dalam  campuran  bahan hingga  terbentuk adonan  seperti  adonan
berpasir Vail et al., 1978. Bahan-bahan cair seperti telur atau air selanjutnya ditambahkan dan  diaduk  hingga  terbentuk  adonan  yang  cukup  kohesif,  bisa  menyatu  satu  sama  lain,
namun tidak terlalu basah. Selanjutnya dilakukan proses penipisan atau sheeting pada adonan hingga ketebalan 6 mm dan dicetak dengan diameter 9 cm. Adonan selanjutnya dipanggang
di  dalam  oven  pada  suhu  180 C  untuk  pemanas  bagian  atas  maupun  bagian  bawah  oven
selama 13 menit. Produk-produk short pastry hasil formulasi dari Tabel 5 diujikan secara organoleptik
uji  ranking  dan  rating  hedonik  untuk  didapatkan  satu  formula  dengan  parameter  short pastry terbaik dan disukai formula tahap pertama.
Selanjutnya  formula  tahap  pertama  tersebut  dibuat  dengan  konsentrasi  gula  sebesar 20,  30,  dan  40  dari  total  terigu  yang  digunakan  dan  dilakukan  uji  organoleptik  uji
ranking hedonik kembali untuk mendapatkan tingkat penambahan gula pada formula  short pastry yang paling disukai formula tahap kedua, sebelum digunakan untuk pembuatan short
pastry dari tepung jagung. Tahap  pembuatan  short  pastry  dengan  menggunakan  bahan  dasar  tepung  jagung
disesuaikan  dengan  tahap  penentuan  formula  dan  langkah  pembuatan  short  pastry  dengan menggunakan  terigu  formula  tahap  kedua.  Penggunaan  tepung  terigu  pada  proses
pembuatan  short  pastry  sebelumnya  diganti  sepenuhnya  dengan  tepung  jagung.  Proses pembuatan  short  pastry  dengan  bahan  dasar tepung  jagung  sama  dengan  proses  pembuatan
short  pastry  sebelumnya,  meliputi  proses  mixing,  sheeting,  dan  baking.  Perlakuan  yang diterapkan adalah pemanasan tepung jagung yang akan digunakan di dalam oven pada suhu
160 C selama 20 menit dan setelah itu didinginkan pada suhu ruang selama 1 jam. Proporsi
tepung  jagung  yang  dipanaskan  adalah  sebanyak  0,  50,  dan  100  dari  total  tepung jagung yang akan digunakan untuk membuat short pastry. Setelah produk akhir dari masing-
masing  perlakuan  diujikan  secara  organoleptik  uji  rating  dan  ranking  hedonik  dan  diuji pula profil teksturnya untuk didapatkan satu formula short pastry terbaik dan paling disukai.
c. Pengamatan Produk Akhir
i. Uji Organoleptik
Pada  kegiatan  magang  ini,  uji  organoleptik  yang  digunakan  adalah    uji  ranking hedonik  dan  uji  rating hedonik.  Pengolahan  data  uji  ranking  hedonik  dilakukan  dengan  uji
Friedman  dengan  uji  lanjut  LSD  Adawiyah,  Waysima  2009  dan  uji  rating  hedonik dilakukan  dengan  menggunakan  ANOVA  Analysis  of  Variance  dan  uji  lanjut  Duncan
Setyaningsih, 2010. Pada uji ranking hedonik, panelis diminta mengurutkan sampel secara keseluruhan  dari  yang  paling  disukai hingga  yang  terakhir disukai.  Pada  uji  rating hedonik
Panelis  diminta  untuk  menilai  atribut-atribut  sampel  aroma,  rasa,  tekstur,  warna,  dan keseluruhan berdasarkan tingkat kesukaan.
Skala  yang  digunakan  dalam  semua  uji  rating  hedonik  yang  dilakukan  adalah  skala kategori 7 poin dengan deskripsi sebagai berikut:
1= sangat tidak suka 4 = netral
7 = sangat suka
21
2= tidak suka 5 = agak suka
3 = agak tidak suka 6 = suka
ii. Uji Fisik
Analisis  yang  dilakukan  pada  produk  short  pastry  ini  adalah  analisis  parameter kekerasan hardness dari bagian kulit short pastry menggunakan alat Texture Analyzer TA-
XT2i  Stable  Micro  Systems  dengan  Load  Cell  25  kg.  Probe  yang  digunakan  adalah  probe silinder  jenis  P2E  –  extended  length  dengan  diameter  2  mm.  Software  yang  digunakan
adalah program Text. Expert Version 1.22. Pertama  dilakukan  pemasangan  jenis  probe  yang  sesuai  dan  kalibrasi  ketinggian
probe.  Selanjutnya  dipilih  setting  pada  program  Texture  Analyzer  untuk  Texture  Profile Analysis  dan  dilanjutkan  dengan  running  pengukuran  sampel.  Pengukuran  dilakukan  pada
tiga titik. Setting yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Setting pengujian tekstur
Test Mode  Option Measure Force in Compression
Return to Start Pre-Test Speed
2.0 mms Test Speed
0.5 mms Post-Test Speed
10.0 mms Distance
3 mm Trigger
Type Force
Auto 5 g
Dari pengukuran sampel akan didapatkan sebuah kurva plot antara tekanan dan fungsi waktu. Parameter profil tekstur yang diukur dalam kurva ini adalah hardness atau kekerasan
dari produk.
iii. Uji Kimia
Uji kimia dilakukan hanya pada bagian kulit dari produk short pastry.
-  Kadar Air Latimer, Horwitz 2007
Cawan  aluminium  dikeringkan  di  dalam  oven  selama  15  menit,  didinginkan  dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang A. Sejumlah sampel dengan bobot tertentu
B  dimasukkan  ke  dalam  cawan.  Cawan  beserta  isinya  dikeringkan  dalam  oven  vakum bertekanan  25  mmHg  dan  bersuhu  70
o
C  selama  6  jam.  Cawan  dipindahkan  ke  dalam desikator untuk didinginkan, kemudian ditimbang. Cawan beserta isinya dikeringkan kembali
sampai  diperoleh  bobot  konstan  C.  Kadar  air  contoh  dapat  dihitung  dengan  persamaan berikut:
Kadar Air  bb =
100
Kadar Air  bk = Keterangan:
bb = basis basah bk = basis kering
-  Kadar Abu Latimer, Horwitz 2007
Cawan yang dipersiapkan untuk pengabuan contoh dikeringkan dalam oven selama 15 menit,  lalu  didinginkan  dalam  desikator  dan  ditimbang  A.  Sampel  dengan  bobot  tertentu
B  dimasukkan  ke  dalam  cawan  B,  kemudian  dibakar  dalam  ruang  asap  sampai  tidak
22
mengeluarkan asap lagi. Selanjutnya, dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 400-600
o
C  selama  4-6  jam  sampai  terbentuk  abu  berwarna  putih  dan  memiliki  bobot  yang tetap. Abu beserta cawan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang C. Kadar abu
contoh dapat dihitung dengan persamaan berikut: Kadar Abu  bb =
100
Kadar Abu  bk =
-  Kadar Lemak Latimer, Horwitz 2007
Labu  lemak  disediakan  sesuai  dengan  ukuran  alat  ekstraksi  soxhlet  yang  digunakan. Labu  dikeringkan  dalam  oven  dengan  suhu  105-110
o
C  selama  5  menit,  kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang A. Sejumlah sampel dengan bobot atau volume
tertentu B ke dalam kapas bebas lemak yang dimasukkan dalam kertas saring. Kertas saring beserta  isinya  dimasukkan  ke  dalam  ekstraksi  soxhlet  dan  dipasang  pada  alat  kondensor.
Pelarut heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya dan dilakukan refluks selama 5 jam  sampai  pelarut  yang  turun  kembali  menjadi  bening.  Pelarut  yang  tersisa  dalam  labu
lemak  didestilasi  dan  kemudian  labu  dipanaskan  dalam  oven  pada  suhu  105
o
C.  Setelah dikeringkan  sampai  mencapai  bobot  tetap  dan  didinginkan  dalam  desikator,  labu  beserta
lemak ditimbang C. Kadar lemak contoh dapat dihitung dengan persamaan berikut: Kadar Lemak  bb =
100
Kadar Lemak  bk =
-  Kadar Protein Latimer, Horwitz 2007
Sampel sebanyak ±100-250 mg dimasukkan kedalam labu Kjeldahl, ditambah dengan 1±0.1 g K
2
SO
4
, 40±10 mg HgO dan 2±0.1 ml H
2
SO
4
pekat.  Sampel didestruksi selama 30 menit hingga cairan menjadi jernih. Isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi dan dibilas 5-
6  kali  dengan  air  destilata  sebanyak  1-2  ml,  kemudian  ditambahkan  8-10  ml  campuran larutan  60  NaOH-5  Na
2
S
2
O
3
.  Labu  tersebut  disambungkan  dengan  alat  destilasi  dan kondensor  yang  telah  dilengkapi  dengan  penampung  yang  berisi  larutan  H
3
BO
3
.  Destilasi dilakukan  sampai  diperoleh  volume  destilat  sebanyak  15  ml,  kemudian  destilat  dititrasi
dengan  HCl  0.02N  sampai  larutan  berubah  warna  dari  hijau  menjadi  abu-abu  titik  akhir. Indikator  yang  digunakan  dalam  titrasi  ini  adalah  campuran  dua  bagian  0.2  metil  merah
dalam  etanol  dan  satu  bagian  0.2  metilen  biru  dalam  etanol.  Sebelum  digunakan,  HCl terlebih  dahulu  distandarisasi  menggunakan  NaOH  dengan  indikator  fenolftalein.  NaOH
sebelumnya  distandarisasi  menggunakan  larutan  kaliumhidrogenftalat  KHP  dengan indikator fenolftalein. Kadar protein contoh dapat dihitung dengan persamaan:
Kadar N  =
[ ]
.
100
Kadar Protein  bb =  Total Nitrogen  x faktor konversi Keterangan: faktor konversi = 6.25
Kadar Protein  bk =
-  Kadar Karbohidrat by difference
Kadar karbohidrat dihitung secara by difference dengan menggunakan persamaan : Kadar Karbohidrat bb = 100 - P + A + Ab +L
Keterangan: P   =  kadar protein  bb A  =  kadar air  bb
Ab =  kadar abu  bb L  =  kadar lemak  bb
23
Kadar Karbohidrat  bk =
iv. Pengukuran Umur Simpan
Pengukuran  umur  simpan  produk  short  pastry  dilakuan  berdasarkan  penilaian  dan pengamatan mutu produk short pastry yang dikemas menggunakan plastik jenis polipropilen
dilakukan  selama  lima  hari  pada  suhu  kamar.  Satu  buah  sampel  diambil  setiap  hari  untuk diamati  dan  diuji  secara  organoleptik.  Sebelum  diujikan  secara  organoleptik  dilakukan
terlebih dahulu pengamatan secara visual terhadap pertumbuhan mikroorganisme yang dapat terlihat langsung seperti kapang. Sementara kriteria organoleptik yang diamati setiap harinya
adalah karakteristik tekstur, aroma, rasa, warna, dan keseluruhan baik dari kulit short pastry maupun  filler-nya.  Pengujian  secara  organoleptik  dilakukan  oleh  orang  yang  sama  untuk
setiap harinya.
d. Pembuatan Rancangan Proses Produksi