18
IV. METODOLOGI KEGIATAN MAGANG
A. ALAT DAN BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan short pastry adalah tepung jagung ukuran 60 mesh yang didapatkan dari PT Amylum Corn Grits Mills Bekasi dan tepung jagung ukuran
100 mesh yang didapatkan dari PT Sinar Unigrain Indonesia Sidoarjo, tepung terigu protein sedang,margarin, garam, gula, susu bubuk full cream, dan telur yang didapat di PT Nippon
Indosari Corpindo, Tbk. Bahan-bahan yang digunakan dalam analisis produk akhir antara lain heksana,
larutan HCl,
H
2
SO
4
, HgO,
K
2
SO
4
, Na
2
S
2
O
3
, H
3
BO
3
, NaOH,
Kristal kaliumhidrogenftalat KHP, indikator fenolftalein, indikator campuran metil merah dan metilen
biru dalam etanol, dan air destilata. Alat-alat yang digunakan dalam pengembangan short pastry adalah planetary mixer,
baskom, pisau, sendok makan, timbangan, rolling pin, cetakan adonan ukuran B dengan diameter dalam 5cm, diameter luar 7cm, dan tinggi 2cm, dan cabinet oven dengan spesifikasi Model F-
303, MFG No. 303, phase 3, volts 380, HP 22 yang diproduksi oleh Chung Hou Precise Machine Co., Ltd. Alat-alat yang digunakan dalam analisis produk akhir antara lain cawan aluminium,
desikator, oven, neraca analitik, gegep, termometer, cawan porselen bertutup, tanur listrik, kertas saring, alat ekstraksi soxhlet, labu lemak, kapas bebas lemak, pemanas kjeldahl, labu kjeldahl,
alat destilasi, buret, labu takar, pipet ukur, erlenmeyer, gelas beaker, pengaduk magnetik, pipet tetes, dan Texture Analyzer TA-XT2i Stable Micro Systems.
B. METODE KEGIATAN MAGANG
Kegiatan pengembangan produk short pastry ini dibagi menjadi tiga aspek utama, yaitu: 1 aspek konsumen, 2 aspek teknis, dan 3 aspek finansial. Alur kegiatan magang dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram alir kegiatan magang Pengembangan produk short pastry dengan bahan dasar
tepung jagung di PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk.
Aspek Konsumen : Survei tingkat kesukaan
konsumen terhadap produk pastry
Aspek Finansial : Penilaian kelayakan
investasi
Aspek Teknis : - Pengumpulan informasi supllier tepung
jagung - Pembuatan short pastry
- Pengamatan produk akhir - Pembuatan rancangan proses produksi
19
1. ASPEK KONSUMEN
Survei Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Produk Pastry
Riset konsumen dalam proses pengembangan produk baru kerap dilakukan oleh banyak perusahaan. Riset ini memiliki peran untuk menyediakan informasi untuk mengurangi risiko
dan meningkatkan kemungkinan sukses dan juga memfasilitasi proses pengenalan produk baru Jewson, 1991. Riset konsumen dilakukan dalam bentuk survei, yaitu pemberian kuisioner
terhadap konsumen yang merupakan sasaran dari produk short pastry tersebut. Kuisioner berisi 10 pertanyaan berhubungan
dengan tingkat konsumsi konsumen terhadap produk pastry, mulai dari jenis pastry yang dikenal dan dikonsumsi, waktu konsumsi, alasan mengkonsumsi, harga pastry yang dibeli,
sampai tempat membeli pasty . Target responden dari kuisioner ini minimal 250 orang dari kalangan umum, dengan usia responden minimal 13 tahun dan tidak ada batas maksimal.
Waktu pembagian dan pengisian kuisioner survei dilakukan selama 2 minggu. Kuisioner yang dibagikan dapat dilihat pada Lampiran 1. Survei dilakukan untuk mendapatkan informasi
pengenalan dan konsumsi dari masyarakat terhadap produk-produk pastry.
2. ASPEK TEKNIS
a. Pengumpulan Informasi Supplier Tepung Jagung
Pengumpulan informasi supplier tepung jagung dilakukan dengan pengumpulan informasi dari beberapa media sumber informasi seperti internet, majalah, ataupun kontak
dan wawancara langsung dengan pihak supplier. Parameter pemilihan yang diamati pada supplier tepung jagung antara lain adalah : riwayat singkat perusahaan, lokasi perusahaan,
kapasitas produksi perusahaan, nama produk tepung jagung yang dijual, harga produk tepung jagung yang dijual, minimum order produk, dan spesifikasi dari produk tepung jagung yang
dijual. Pengumpulan informasi ditujukan untuk mendapatkan supplier yang berpotensi untuk menyalurkan tepung jagung secara kontinu.
b. Pembuatan Short Pastry
Produk short pastry yang dikembangkan adalah produk sejenis pie atau tart atau tartlet. Pengembangan dikonsentrasikan pada pembuatan kulit short pastry terlebih dahulu.
Perumusan formula dan pembuatan kulit short pastry dilakukan dengan tepung terigu, sebagai bahan dasar yang umum digunakan untuk membuat kulit pie. Formulasi yang
dicobakan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Formulasi kulit short pastry basis 175 g tepung terigu
Bahan Jumlah
Formula 1 Formula 2
Formula 3 Formula 4
Terigu 175 g
175 g 175 g
175g Margarin
87.5 g 77 g
75 g 87.5 g
Garam 3.5 g
3.5 g 3.5 g
3.5 g Gula Pasir
52.5 g 52.5 g
52.5 g 70 g
Susu bubuk full cream
26.3 g 26.3 g
26.3 g 26.3 g
Telur 30 g
- 60 g
60 g Air
30 ml 40 ml
- -
Langkah-langkah pembuatan short pastry yang dilakukan sesuai dengan Baking Industry Research Trust 2010 meliputi proses mixing, sheeting, filling, dan baking. Proses
20
filling tidak dilakukan dahulu sampai diperoleh formula yang baku untuk pembuatan kulit short pastry dengan tepung jagung.
Proses pencampuran diawali dengan pencampuran bahan-bahan kering seperti tepung terigu, gula pasir, garam, dan susu bubuk full cream. Lalu dilanjutkan dengan penambahan
margarin padat ke dalam campuran dan diaduk dengan metode cut in, yaitu gerakan memotong lemak padat ke dalam campuran bahan hingga terbentuk adonan seperti adonan
berpasir Vail et al., 1978. Bahan-bahan cair seperti telur atau air selanjutnya ditambahkan dan diaduk hingga terbentuk adonan yang cukup kohesif, bisa menyatu satu sama lain,
namun tidak terlalu basah. Selanjutnya dilakukan proses penipisan atau sheeting pada adonan hingga ketebalan 6 mm dan dicetak dengan diameter 9 cm. Adonan selanjutnya dipanggang
di dalam oven pada suhu 180 C untuk pemanas bagian atas maupun bagian bawah oven
selama 13 menit. Produk-produk short pastry hasil formulasi dari Tabel 5 diujikan secara organoleptik
uji ranking dan rating hedonik untuk didapatkan satu formula dengan parameter short pastry terbaik dan disukai formula tahap pertama.
Selanjutnya formula tahap pertama tersebut dibuat dengan konsentrasi gula sebesar 20, 30, dan 40 dari total terigu yang digunakan dan dilakukan uji organoleptik uji
ranking hedonik kembali untuk mendapatkan tingkat penambahan gula pada formula short pastry yang paling disukai formula tahap kedua, sebelum digunakan untuk pembuatan short
pastry dari tepung jagung. Tahap pembuatan short pastry dengan menggunakan bahan dasar tepung jagung
disesuaikan dengan tahap penentuan formula dan langkah pembuatan short pastry dengan menggunakan terigu formula tahap kedua. Penggunaan tepung terigu pada proses
pembuatan short pastry sebelumnya diganti sepenuhnya dengan tepung jagung. Proses pembuatan short pastry dengan bahan dasar tepung jagung sama dengan proses pembuatan
short pastry sebelumnya, meliputi proses mixing, sheeting, dan baking. Perlakuan yang diterapkan adalah pemanasan tepung jagung yang akan digunakan di dalam oven pada suhu
160 C selama 20 menit dan setelah itu didinginkan pada suhu ruang selama 1 jam. Proporsi
tepung jagung yang dipanaskan adalah sebanyak 0, 50, dan 100 dari total tepung jagung yang akan digunakan untuk membuat short pastry. Setelah produk akhir dari masing-
masing perlakuan diujikan secara organoleptik uji rating dan ranking hedonik dan diuji pula profil teksturnya untuk didapatkan satu formula short pastry terbaik dan paling disukai.
c. Pengamatan Produk Akhir
i. Uji Organoleptik
Pada kegiatan magang ini, uji organoleptik yang digunakan adalah uji ranking hedonik dan uji rating hedonik. Pengolahan data uji ranking hedonik dilakukan dengan uji
Friedman dengan uji lanjut LSD Adawiyah, Waysima 2009 dan uji rating hedonik dilakukan dengan menggunakan ANOVA Analysis of Variance dan uji lanjut Duncan
Setyaningsih, 2010. Pada uji ranking hedonik, panelis diminta mengurutkan sampel secara keseluruhan dari yang paling disukai hingga yang terakhir disukai. Pada uji rating hedonik
Panelis diminta untuk menilai atribut-atribut sampel aroma, rasa, tekstur, warna, dan keseluruhan berdasarkan tingkat kesukaan.
Skala yang digunakan dalam semua uji rating hedonik yang dilakukan adalah skala kategori 7 poin dengan deskripsi sebagai berikut:
1= sangat tidak suka 4 = netral
7 = sangat suka
21
2= tidak suka 5 = agak suka
3 = agak tidak suka 6 = suka
ii. Uji Fisik
Analisis yang dilakukan pada produk short pastry ini adalah analisis parameter kekerasan hardness dari bagian kulit short pastry menggunakan alat Texture Analyzer TA-
XT2i Stable Micro Systems dengan Load Cell 25 kg. Probe yang digunakan adalah probe silinder jenis P2E – extended length dengan diameter 2 mm. Software yang digunakan
adalah program Text. Expert Version 1.22. Pertama dilakukan pemasangan jenis probe yang sesuai dan kalibrasi ketinggian
probe. Selanjutnya dipilih setting pada program Texture Analyzer untuk Texture Profile Analysis dan dilanjutkan dengan running pengukuran sampel. Pengukuran dilakukan pada
tiga titik. Setting yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Setting pengujian tekstur
Test Mode Option Measure Force in Compression
Return to Start Pre-Test Speed
2.0 mms Test Speed
0.5 mms Post-Test Speed
10.0 mms Distance
3 mm Trigger
Type Force
Auto 5 g
Dari pengukuran sampel akan didapatkan sebuah kurva plot antara tekanan dan fungsi waktu. Parameter profil tekstur yang diukur dalam kurva ini adalah hardness atau kekerasan
dari produk.
iii. Uji Kimia
Uji kimia dilakukan hanya pada bagian kulit dari produk short pastry.
- Kadar Air Latimer, Horwitz 2007
Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven selama 15 menit, didinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang A. Sejumlah sampel dengan bobot tertentu
B dimasukkan ke dalam cawan. Cawan beserta isinya dikeringkan dalam oven vakum bertekanan 25 mmHg dan bersuhu 70
o
C selama 6 jam. Cawan dipindahkan ke dalam desikator untuk didinginkan, kemudian ditimbang. Cawan beserta isinya dikeringkan kembali
sampai diperoleh bobot konstan C. Kadar air contoh dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Kadar Air bb =
100
Kadar Air bk = Keterangan:
bb = basis basah bk = basis kering
- Kadar Abu Latimer, Horwitz 2007
Cawan yang dipersiapkan untuk pengabuan contoh dikeringkan dalam oven selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang A. Sampel dengan bobot tertentu
B dimasukkan ke dalam cawan B, kemudian dibakar dalam ruang asap sampai tidak
22
mengeluarkan asap lagi. Selanjutnya, dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 400-600
o
C selama 4-6 jam sampai terbentuk abu berwarna putih dan memiliki bobot yang tetap. Abu beserta cawan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang C. Kadar abu
contoh dapat dihitung dengan persamaan berikut: Kadar Abu bb =
100
Kadar Abu bk =
- Kadar Lemak Latimer, Horwitz 2007
Labu lemak disediakan sesuai dengan ukuran alat ekstraksi soxhlet yang digunakan. Labu dikeringkan dalam oven dengan suhu 105-110
o
C selama 5 menit, kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang A. Sejumlah sampel dengan bobot atau volume
tertentu B ke dalam kapas bebas lemak yang dimasukkan dalam kertas saring. Kertas saring beserta isinya dimasukkan ke dalam ekstraksi soxhlet dan dipasang pada alat kondensor.
Pelarut heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya dan dilakukan refluks selama 5 jam sampai pelarut yang turun kembali menjadi bening. Pelarut yang tersisa dalam labu
lemak didestilasi dan kemudian labu dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C. Setelah dikeringkan sampai mencapai bobot tetap dan didinginkan dalam desikator, labu beserta
lemak ditimbang C. Kadar lemak contoh dapat dihitung dengan persamaan berikut: Kadar Lemak bb =
100
Kadar Lemak bk =
- Kadar Protein Latimer, Horwitz 2007
Sampel sebanyak ±100-250 mg dimasukkan kedalam labu Kjeldahl, ditambah dengan 1±0.1 g K
2
SO
4
, 40±10 mg HgO dan 2±0.1 ml H
2
SO
4
pekat. Sampel didestruksi selama 30 menit hingga cairan menjadi jernih. Isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi dan dibilas 5-
6 kali dengan air destilata sebanyak 1-2 ml, kemudian ditambahkan 8-10 ml campuran larutan 60 NaOH-5 Na
2
S
2
O
3
. Labu tersebut disambungkan dengan alat destilasi dan kondensor yang telah dilengkapi dengan penampung yang berisi larutan H
3
BO
3
. Destilasi dilakukan sampai diperoleh volume destilat sebanyak 15 ml, kemudian destilat dititrasi
dengan HCl 0.02N sampai larutan berubah warna dari hijau menjadi abu-abu titik akhir. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah campuran dua bagian 0.2 metil merah
dalam etanol dan satu bagian 0.2 metilen biru dalam etanol. Sebelum digunakan, HCl terlebih dahulu distandarisasi menggunakan NaOH dengan indikator fenolftalein. NaOH
sebelumnya distandarisasi menggunakan larutan kaliumhidrogenftalat KHP dengan indikator fenolftalein. Kadar protein contoh dapat dihitung dengan persamaan:
Kadar N =
[ ]
.
100
Kadar Protein bb = Total Nitrogen x faktor konversi Keterangan: faktor konversi = 6.25
Kadar Protein bk =
- Kadar Karbohidrat by difference
Kadar karbohidrat dihitung secara by difference dengan menggunakan persamaan : Kadar Karbohidrat bb = 100 - P + A + Ab +L
Keterangan: P = kadar protein bb A = kadar air bb
Ab = kadar abu bb L = kadar lemak bb
23
Kadar Karbohidrat bk =
iv. Pengukuran Umur Simpan
Pengukuran umur simpan produk short pastry dilakuan berdasarkan penilaian dan pengamatan mutu produk short pastry yang dikemas menggunakan plastik jenis polipropilen
dilakukan selama lima hari pada suhu kamar. Satu buah sampel diambil setiap hari untuk diamati dan diuji secara organoleptik. Sebelum diujikan secara organoleptik dilakukan
terlebih dahulu pengamatan secara visual terhadap pertumbuhan mikroorganisme yang dapat terlihat langsung seperti kapang. Sementara kriteria organoleptik yang diamati setiap harinya
adalah karakteristik tekstur, aroma, rasa, warna, dan keseluruhan baik dari kulit short pastry maupun filler-nya. Pengujian secara organoleptik dilakukan oleh orang yang sama untuk
setiap harinya.
d. Pembuatan Rancangan Proses Produksi
Pada tahap ini dilakukan pembuatan rancangan proses produksi short pastry pada skala industri. Hal-hal yang ditentukan adalah gambaran lini produksi short pastry, jadwal
kegiatan produksi, kapasitas produksi, durasi produksi, alat-alat yang diperlukan, dan tenaga kerja yang diperlukan.
3. ASPEK FINANSIAL
Analisis kelayakan produksi pada aspek finansial yang dilakukan meliputi beberapa bagian, yaitu : penentuan jenis biaya dan penilaian kriteria investasi. Penentuan jenis biaya
yang dilakukan mencakup biaya operasional, yaitu adalah biaya tetap fixed cost dan biaya variabel variable cost.
Penilaian kriteria investasi meliputi perhitungan payback period, net present value, profitability index, dan break even point. Keempat parameter tersebut dihitung menggunakan
persamaan-persamaan berikut:
PP = x 1 tahun
NPV =
∑ −
investasi PI =
BEP = Biaya tetap
Pendapatan
−
Biaya var iabel
24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ASPEK KONSUMEN
Konsumen merupakan adalah kunci utama dari suksesnya produk-produk baru, karena konsumen adalah yang akan membeli produk, mencobanya, dan jika terpuaskan akan membelinya
lagi Baker, 1988. Jika produk yang akan diproduksi tidak disukai oleh konsumen perusahaan akan mengalami kerugian, apalagi jika diproduksi dalam skala industri kerugian yang sangat besar
akan dirasakan oleh perusahaan. Marketing mix bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran Kotler, 1999.
Secara umum, bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi yang mengintegrasikan produk product, harga price, promosi promotion, dan distribusi place,
dimana kesemuanya itu diarahkan untuk dapat menghasilkan omset penjualan yang maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan kepuasan pada para konsumen. Maka diperlukan
gambaran umum keinginan dari konsumen terhadap produk yang diproduksi. Melakukan survei dapat melengkapi strategi bauran pemasaran, menentukan beberapa gambaran umum yang dapat
mendukung pengembangan produk, dan dapat menunjukkan apakah jenis produk pastry yang dikembangkan dikenal oleh masyarakat dan diterima oleh masyarakat.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan selama dua minggu didapatkan 277 responden. Pada umumnya keseluruhan responden tinggal di daerah perkotaan dan merupakan masyarakat
berpendapatan menengah ke atas. Hal ini sesuai dengan karakteristik konsumen yang mengonsusmi produk pastry, karena produk ini pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
dengan pendapatan menengah ke atas dan dikonsumsi di wilayah perkotaan. Berdasarkan survei, didapatkan 263 orang dari 277 responden mengetahui produk pastry
dan 14 orang tidak. 266 orang responden menjawab sudah pernah mengonsumsi pastry, sementara 11 orang responden menjawab tidak pernah. Dapat dilihat bahwa terdapat 3 responden yang
menjawab tidak mengenal tetapi menjawab pernah mengonsumsi. Hal ini dapat diakibatkan oleh responden yang tidak mengetahui apa sebenarnya pastry. Namun setelah melihat pertanyaan kedua
di dalam kuisioner, setelah melihat jenis dan contoh produk pastry, responden merasa pernah mengonsumsinya, sehingga menjawab pernah mengonsumsi.
Gambar 9. Grafik pengenalan dan konsumsi jenis-jenis pastry Merujuk kepada strategi bauran pemasaran yang pertama, strategi produk adalah suatu
strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk yang tepat dapat menonjolkan nilai jual dari produk di mata
konsumen, yang akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul
50 100
150 200
250
Puff Danish
Croissant Phyllo
Short Choux
Ju m
lah R
e sp
o n
d e
n
pastry yang dikenal
pastry yang dikonsumsi
25
daripada pesaingnya. Dapat dilihat pada Gambar 9 bahwa produk short pastry merupakan salah satu produk pastry yang sangat dikenal dan umum dikonsumsi, yang menunjukkan bahwa produk
short pastry memiliki potensi untuk dikembangkan. Keunggulan produk short pastry yang dibuat adalah pembuatan produknya dengan bahan dasar tepung jagung. Tepung jagung belum optimal
digunakan sebagai bahan dasar produk pangan di Indonesia, sehingga produk short pastry ini dapat membantu program diversifikasi pangan di Indonesia. Hal ini akan memberikan daya tarik
bagi konsumen bahwa dengan membeli produk ini, konsumen dapat berkontribusi secara tidak langsung dalam program diversifikasi pangan di Indonesia.
Gambar 10. Grafik alasan mengonsumsi produk pastry
Gambar 11. Grafik alasan tidak mengonsumsi produk pastry
Seperti dapat dilihat dari grafik pada Gambar 10 bahwa alasan utama dari konsumen mengonsumsi pastry adalah karena rasanya dan bentuk dari pastry memiliki sedikit pengaruh.
Dapat dilihat pula pada Gambar 11 bahwa umumnya alasan konsumen tidak mengonsumsi pastry karena harganya yang cukup mahal. Hal tersebut menunjukkan keunggulan lain dari produk short
pastry dengan bahan dasar tepung jagung. Penggunaan tepung jagung sebagai bahan dasar produk short pastry ini berperan dalam menghasilkan produk dengan harga yang terjangkau. Hal ini
disebabkan harga tepung jagung yang lebih murah jika dibandingkan dengan harga tepung-tepung lain yang umumnya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan short pastry.
Gambar 12. Grafik harga pastry Gambar 13. Grafik waktu mengonsumsi
pastry Dapat dilihat dari grafik pada Gambar 12 bahwa pada umumnya harga produk pastry yang
dibeli oleh konsumen paling banyak pada kisaran Rp 6000 – Rp 10000. 30 dari total responden membeli produk pastry dengan harga Rp 10000. Sesuai dengan pendapat konsumen yang dapat
dilihat pada Gambar 11 bahwa produk pastry yang dibeli umumnya cukup mahal. Berdasarkan data tersebut dapat diaplikasikan strategi bauran pemasaran yang kedua, yaitu strategi harga.
Penetapan harga dilakukan berdasarkan analisis biaya produksi produk short pastry dengan bahan dasar tepung jagung pada Lampiran 8. Perhitungan biaya produksi tergantung pada biaya variabel
dan biaya tetap dalam proses pembuatan short pastry, seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, dan mudah
didapat 7
bentuk 22
rasa 60
harga murah
4 lain-
lain 7
harga mahal
43
tidak tahu
18 tidak
sempat 25
tidak suka
3 lain-
lain 11
3000 4
3000- 5000
19 6000-
10000 47
10000 30
pagi 62
siang 66
sore 112
malam 68
lain-lain 81
1 2
3 4
5
26
peralatan produksi. Harga produk short pastry adalah Rp 2000 per kemasannya, dimana dalam masing-masing kemasannya terdapat dua buah short pastry. Harga ini dapat dikategorikan lebih
murah dibandingkan produk pastry lainnya yang umum dibeli oleh konsumen, yaitu pada kisaran Rp 6000 – Rp 10000. Harga Rp 2000 juga dinilai terjangkau oleh target pemasaran dan sesuai
dengan kualitas produk yang dihasilkan. Dapat dilihat pada Gambar 13 bahwa konsumen paling sering mengonsumsi pastry pada
sore hari. Kemungkinan sore hari adalah waktu dimana konsumen dalam kondisi bersantai setelah beraktivitas dan menunggu makan malam. Kondisi konsumsi lainnya pada umumnya adalah
konsumen mengonsumsi pastry pada waktu yang tidak tentu dalam satu hari. Produk pastry yang dikembangkan harus memiliki porsi yang sesuai terhadap waktu konsumsi tersebut, yaitu sore hari
ataupun dikonsumsi pada waktu yang tidak tentu dan diperkirakan dikonsumsi sebagai snack.
Gambar 14. Grafik tempat membeli produk pastry
Gambar 15. Grafik intensitas konsumsi pastry
Dapat dilihat dari grafik pada Gambar 14 di atas bahwa pada umumnya, konsumen membeli produk pastry di toko bakery pastry dan sedikit konsumen yang membeli produk
pastry di tempat eceran maupun di butik bakery pastry. Tempat konsumen membeli pastry yang lain, adalah di swalayan. Maka dapat diaplikasikan strategi bauran pemasaran yang ketiga, yaitu
strategi tempat dan distribusi. Tempat dan distribusi diperlukan untuk memasarkan produk short pastry ini pada konsumen sasaran. Sistem distribusi produk short pastry ini dapat menggunakan
sistem distribusi dengan menggunakan perantara, seperti yang dilakukan pada PT Nippon Indosari Corpindo untuk produk Sari Roti, dimana penyaluran produk dilakukan dari produsen ke pihak
agen ataupun distributor. Produk short pastry dapat didistribusikan di beberapa lokasi utama, seperti di Toko Bakery Pastry. Karena berdasarkan survei konsumen yang dilakukan, Toko
Bakery Pastry merupakan tempat yang paling sering dikunjungi konsumen untuk membeli produk pastry. Selain itu, produk yang dijual di tempat ini spesifik, yaitu produk-produk rerotian
dan pastry. Sehingga, konsumen dapat dengan mudah untuk menemukan dan membeli produk short pastry di dalam tempat ini. Lokasi penjualan lainnya adalah di swalayan dan mini market,
yang merupakan salah satu tempat umum yang banyak didatangi oleh berbagai kalangan dan merupakan tempat yang tepat untuk memasarkan produk short pastry. Tempat ini banyak
dikunjungi karena merupakan tempat bagi orang-orang untuk membeli kelengkapan rumah tangga dengan mudah, termasuk untuk produk makanan. Mendistribusikan produk short pastry ke tempat
ini akan mempermudah konsumen untuk menemukan produk dan membelinya. Dapat dilihat dari Gambar 15 tersebut bahwa cukup banyak konsumen mengonsumsi
produk pastry minimal setiap bulan sekali. Namun opsi lain-lain menjadi pilihan terbanyak, karena mayoritas konsumen menjawab bahwa mereka mengonsumsi produk pastry tidak tentu waktunya
dan bisa kapan saja. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya konsumen belum rutin dalam mengonsumsi produk pastry dan hanya mengonsumsi dalam jangka waktu yang tertentu, yang
memperkuat alasan untuk membuat porsi produk pastry dalam porsi snack atau kudapan. toko
213 eceran
54 butik
84 lain-
lain 28
1 2
3 4
tiap hari
3 3 hari
8 tiap
minggu 41
tiap bulan
92 lain-
lain 137
1 2
3 4
5
27
Selain keunggulan-keunggulan yang telah disebutkan, produk short pastry dengan bahan dasar tepung jagung memiliki nilai jual lain yang dapat menarik perhatian konsumen. Warna dari
produk short pastry ini memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki warna kuning alami dari tepung jagung tersebut sendiri dan tidak menggunakan pewarna buatan. Jagung mengandung
pigmen xantofil yang memberikan warna kuning pada tepung jagung, yang dapat meningkatkan daya tarik konsumen untuk membeli dan mengonsumsi produk short pastry. Selain itu, produk
short pastry ini dapat diklaim produk bebas gluten atau gluten-free. Karena dalam pembuatan adonan dengan tepung jagung tidak terjadi reaksi antar protein dan air yang dapat membentuk
gluten. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi produk short pastry karena terdapat beberapa orang yang alergi terhadap gluten. Sehingga konsumen tidak perlu khawatir untuk
mengonsumsi produk short pastry tersebut. Promosi yang baik akan melengkapi strategi bauran pemasaran dari produk short pastry ini.
Promosi dilakukan untuk menginformasikan produk dan membujuk konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan. Dalam hal ini, produk short pastry memerlukan promosi yang intensif
karena sebagai produk baru yang akan dikeluarkan oleh PT Nippon Indosari Corpindo. Promosi dapat dilakukan dengan media iklan melalui media cetak atau media elektronik. Promosi produk
short pastry di bawah nama produk-produk Sari Roti akan membantu mengenalkan produk ini terhadap konsumen, karena pada umumnya konsumen telah mengenal produk short pastry,
ditambah dengan fakta bahwa perusahaan yang memproduksi produk short pastry ini adalah perusahaan yang telah dikenal masyarakat luas dalam memproduksi produk pangan yang selalu
dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu Sari Roti. Hal ini dapat menimbulkan rasa keingintahuan konsumen terhadap produk baru yang diproduksi oleh PT Nippon Indosari Corpindo.
Berdasarkan gambaran umum yang didapatkan maka dapat dilihat bahwa secara umum produk pastry sudah cukup banyak ditemui dan dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan
bahwa produk short pastry memiliki potensi untuk dikembangkan di PT Nippon Indosari Corpindo dan memungkinkan untuk disukai oleh masyarakat. Walau nantinya sebelum produk akan
dipasarkan, perlu dilakukan lagi riset pasar dan konsumen dalam skala yang lebih besar untuk mengetahui sasaran pasar dan konsumen terhadap produk tersebut, sehingga dapat meningkatkan
peluang berhasilnya produk short pastry tersebut.
B. ASPEK TEKNIS