2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Definisi pelabuhan perikanan
Menurut Alonze de F.Quin, 1970 vide Lubis et al., 2010 pelabuhan perikanan merupakan suatu kawasan perairan yang tertutup atau terlindungi dan
cukup aman dari pengaruh angin dan gelombang laut, diperlengkapi dengan berbagai fasilitas logistik, bahan bakar, perbekalan dan pengangkutan barang-
barang. Menurut
Peraturan Menteri
Kelautan dan
Perikanan Nomor
Per.16Men2006 tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau
bongkar-muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi.
2.1.2 Klasifikasi pelabuhan perikanan
Pengklasifikasian pelabuhan perikanan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu tipe dan ukuran kapal, jenis perikanan tangkap yang
beroperasi, distribusi dan tujuan hasil tangkapan dan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan.
Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan, pelabuhan perikanan diklasifikasikan sebagai berikut:
1 PP Samudera Tipe A
2 PP Nusantara Tipe B
3 PP Pantai Tipe C
4 Pangkalan Pendaratan Ikan PPI
Tabel 1 Pengelompokkan pelabuhan perikanan berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor: PER.16MEN2006
Pelabuhan Tipe Kriteria
Samudera A 1.
Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut
lepas; 2.
Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT;
3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4.
Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal
perikanan sekaligus; 5.
Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; 6.
Tersediannya industri perikanan. Nusantara B
1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan
di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; 2.
Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT ;
3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4.
Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal
perikanan sekaligus; 5.
Tersedianya industri perikanan. Pantai C
1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan
di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial; 2.
Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT;
3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4.
Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal
perikanan sekaligus. Pangkalan
Pendaratan Ikan D
1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan
di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; 2.
Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT;
3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4.
Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal
perikanan sekaligus.
2.1.3 Peranan pelabuhan perikanan