22
Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan. Menurut teori keagenan, manajer agents memiliki tindakan
kesempatan untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham, debt holders, dan pihak
pengontrakan lainnya principals. Teori tersebut menjelaskan perusahaan merupakan nexus of contract yakni tempat bertemunya
kontrak antar berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan Juanda, 2007.
3. Good Corporate Governance
Tata Kelola Perusahaan corporate governance adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi
pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara
para pemangku kepentingan stakeholder yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola
perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok,
pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat luas.
Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah
menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan
23
perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa
sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para
pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang
menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan.
Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah meningkat akhir-akhir ini, terutama sejak keruntuhan
perusahaan-perusahaan besar AS seperti Enron Corporation dan Worldcom. Di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap masalah ini
diwujudkan dengan didirikannya Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG pada akhir tahun 2004.
Pengertian good governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusanurusan publik. Good governance dapat tercapai
apabila beberapa hal dibawah ini dipedomani dalam pengelolaan APBD. Selanjutnya Mardiasmo 1999, 2006 mengemukakan elemen
manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi, akuntabil itas, value for
money, kejujuran, transparansi dan pengawasan. Konsep Good Governance, Good Financial Governance
merupakan konsep baru yang di adopsi dari luar diperkenalkan di
24
Indonesia oleh lembaga-lembaga donor World Bank, Asian Developmen Bank ADB dan United Nation Developmen Program
UNDP. Good Governance sebagai suatu kesuksesan pemerintah dalam mengelola keuangan untuk pelayanan umum yang baik. World
Bank dalam Maryono, Warella, Kismartini 2007 mengusung tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam good governance yaitu: 1
bentuk rejim politik, 2 proses dimana kekuasaan digunakan dalam manajemen-manajemen sumber daya sosial dan ekonomi bagi
kepentingan pembangunan, 3 kemampuan pemerintah untuk mendesain,
mempormulasikan, melaksanakan
kebijakan, dan
melaksanakan fungsi-fungsinya. Asian Development Bank ADB mengartikulasikan empat elemen
penting dari good governance yaitu: 1 akuntabilitas, 2 partisipasi, 3 terprediksi, 4 transparansi. UNDP menyebutkan enam indikator
kesuksesan good governance yaitu: 1 mengikut sertakan semua, 2 transparan dan bertanggung jawab, 3 efektif dan adil 4 menjamin
adanya supremasi hukum, 5 menjamin bahwa priortas-prioritas politik, sosial ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat, 6
memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan. Saragih 2003 dalam Maryono, Warella, Kismartini 2007 mengatakan terdapat lima prinsip dasar dalam mengelola
25
keuangan publik yaitu : 1 transparansi, 2 efisisen, 3 efektif, 4 akuntabilitas, 5 partisipasi.
World Bank dalam Mardiasmo 2002 menetapkan prinsip-prinsip pokok dalam penganggaran dan manajemen keuangan daerah antara
lain : 1 Komprehensip dan displin, 2 fleksibilitas, 3 terperediksi, 4 kejujuran 5 informasi, 6 Transparansi dan akuntabilitas. ADB
memberikan indikator ataupun prinsip-prinsip good financial governance yaitu : 1 transparansi of financial reporting, 2
Reliability of financial reporting, 3 accounting and auditing standards, 4 strength of the accounting and auditing profesinal, 5
legal and regulatory framework. Karakteristik Good Governace menurut UNDP dalam Mardiasmo 2002 1 participation, 2 rule of
law, 3 trans parency, 4 responsiveness, 5 consensus orientation, 6 equity, 7 efficiency and effectiveness, 8 Accountability, 9
strategic vision. Dari berbagai elemen manajemen keuangan daerah dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas, transparansi, pengawasan dan
akuntansi diperlukan untuk mengontrol kebjikan keuangan daerah tersebut. Pencapaian good governance, good financial governance juga
tidak terlepas dari hal tersebut diatas. Komponen mekanisme Corporate Governance yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Komite Audit, dan Komisaris Independen. Komponen ini digunakan untuk mengurangi konflik keagenan.
26
a. Komite Audit
Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor Kep-29PM2004 bagi perusahaan public dan Keputusan
Mentri BUMN Nomor KEP-103MBU2002 bagi BUMN. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka
membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan
sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Anggota komite audit berasal dari
kalangan luar dan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit
harus bebas dari pengaruh direksi dan eksternal auditor dan harus bertanggung jawab kepada dewan komisaris Surya dan Yustiavanana,
2008. Menurut Surya dan Yustiavanana 2008 pada umumnya komite
audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang yaitu : 1. Laporan Keuangan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang kondisi keuangannya, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan dalam jangka panjang.
27
2. Tata kelola perusahaan Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan apakah perusahaan
telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku. Komite audit mengawasi secara efektif terhadap benturan kepentingan
dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3. Pengawasan perusahaan
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi perusahaan yang berpotensi mengandung resiko dan system pengendalian intern serta
memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis
dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan
perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Hal ini dikarenakan komite audit bertugas membantu
dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen
untuk meningkatkan
kredibilitas laporan
keuangan.Bradbury et al 2005. Tugas komite audit meliputi penelaahan kebijakan akuntansi yang
diterapkan oleh perusahaan, penilaian pengendalian internal, dan penelaahan sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap
peraturan Suaryana,2005. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka
control terhadap perusahaan akan lebi baik, sehingga keagenan yang
28
terjadi akibat
keinginan manajemen
untuk meningkatkan
kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Keberadaan komite audit independen yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan
keuangan merupakan sinyal persepsi kredibilitas dan kualitas laba perusahaan yang lebih baik Suaryana, 2005.
b. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya, dann
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perusahaan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance,
2006. Menurut Surya dan Yustiviana, 2008 keberadaan komisaris
independen berhubungan dengan ketentuan penyelenggara tata kelola peruahaan yang baik yaitu jumlah komisaris independen adalah
sekurang-kurangnya 30 dari seluruh jumlah anggota komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada
dewan komisaris serta mengidentifikasi hal hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris yang mencakup:
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan. 2. Menelaah independensi dan objektifitas akuntan publik.
29
3. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan akuntan publik untuk memastikan semua resiko yang perlu
dipertimbangkan. 4. Melakukan penelaahan atas efektifitas pengendalian internal
perusahaan. 5. Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan.
6. Komisaris independen wajib juga menyampaikan peristiwa atau kejadian penting yang diketahuinya kepada dewan komisaris
perusahaan yang tercatat. Dewan komisaris mempunyai peranan penting dalam implementasi
good corporate governance oleh karena itu diperlukan komisaris independen yang integritas tidak cacat hukum, tidak memiliki
hubungan kontrak bisnis dengan pemegang saham baik secara langsung maupun tidak langsung. Komisaris diusulkan dan dipilih oleh
pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.
Komisaris diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris yang bertugas menjalankan fungsi pengawasan monitoring
sehingga dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam pembuatan laporan keuangan agar memiliki laporan laba yang berkualitas
Boediono, 2005
30
4. Kualitas Laba