vii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Rahmah Helmi Nim
: 1111082000078 Jurusan
: Akuntansi Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan. 2.
Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 3 oktober 2015
Yang menyatakan,
Rahmah Helmi
viii
THE INFLUENCE CONSERVATISM ACCOUNTING AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE TOWARDS EARNINGS QUALITY
By: Rahmah Helmi
ABSTRACT The aim of this study is analyzing the influence of accountancy conservatism
and good corporate governance audit committee and commissioner independend towards earnings quality. This study applies the theory of agency as
the basic theory. By using 90 sample stakeholders of real estate concern and well established property in Indonesia Stock Exchanges 2010-1014 terms. The
technique sampling methods is using purposive sampling and linier regression analysis.
The result shows that earnings quality is significantly affected by accountancy conservatism, committee audit and commissioner independend do
not effected in significant against earning quality.
Keyword: accountancy
conservatism, committee
audit, commissioner
independend, good corporate governance, earning quality, agency theory.
ix
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI DAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA
Oleh: Rahmah Helmi
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh konservatisme
akuntansi dan good corporate governance komite audit dan komisaris independen terhadap kualitas laba. Penelitian ini menggunakan teori agensi
sebagai teori dasar. Dengan menggunakan sampel 90 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-1014. Tekhnik
pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas laba dipengaruhi secara signifikan oleh konservatisme akuntansi sementara itu komite audit dan komisaris
independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba. Kata kunci: Konservatisme akuntansi, komite audit, komisaris independen,
kualitas laba, teori agensi.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, dan tanpa
terkecuali kepada penulis sehingga penulis mendapatkan anugerah dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini tentang
“Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan
Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba Studi Empiris pada Perusahan
Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-
2014” Shalawat dan salam senantiasa selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari alam jahiliah kealam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan adanya saat
ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diselesaikan sebagai salah satu syarat-
syarat guna meraih gelas Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT. Selain itu penulis juga ingin
mengucapkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta, Helmi Syamsu, BA dan Ratna Hasnida
yang telah memberikan semangat,dukungan materi dan non materi, perhatian, kasih sayang, nasehat, dan doa yang tiada hentinya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Om dan tanteku tercinta, H. Ali Chaeruddin, SE., MS.i dan Hj. Martha
Syamsu yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat selama
xi
empat tahun penulis bernaung demi menyelesaikan pendidikan penulis hingga skripsi ini selesai.
3. Kakakku Velma Alicia dan Kedua adikku tercinta, Afdilani dan Ridwan Helmi yang telah memberi dukungan, doa, dan semangat
kepada penulis. 4. Bapak Prof. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Yessi Fitri SE., MS.i., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak., MS.i selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Yahya Hamja MM selaku dosen pembimbing Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama penyusunan skripsi hingga penulis dapat selesai menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Nur Wachidah, SE.,MS.,Ak selaku dosen pembimbing Skripsi II yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga
untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi hingga penulis dapat selesai menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh BapakIbu dosen Fakultas Ekonomi Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis menjadi
mahasiswi di Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xii
10. Seluruh staff pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam kelancaran administrasi kampus.
11. Teman-teman dekat penulis; Alvis Mei Yonef, Amna Suresti, Annisa, Wandayani yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.
12. Semua teman-teman akuntansi reguler A,B,C, dan akuntansi internasional angkatan 2011.
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena terbatasnya pengalaman pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Ciputat, Oktober 2015
Rahmah Helmi
xiii
DAFTAR ISI Halaman Judul
ii Lembar Pengesahan Skripsi
iii Lembar Pengesahan Uji Komprehensif
iv Lembar Pengesahan Uji Skripsi
v Daftar Riwayat Hidup
vi Pernyataan Bebas Plagiat
viii Abstact
ix Abstrak
x Kata Pengantar
xi Daftar Isi
xiv Daftar Tabel
xvii Daftar Gambar
xviii Daftar Lampiran
xix BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 11
C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian
11 2. Manfaat Penelitian
11
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi 14
2. Konservatisme Akuntansi 19
3. Good corporate governance 22
4. Komite Audit 26
5. Komisaris Independen 28
6. Kualitas Laba 30
B. Penelitian terdahulu 33
C. Kerangka pemikiran 41
D. Keterkaitan antara variable dan perumusan hipotesa 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
46 B. Penentuan Sampel
46 C. Metode Pengumpulan Data
47 D. Metode Analisis Data
47 Statistik Deskriptif
49 Uji Asumsi Klasik
49 E. Operasional Variable Penelitian
56 Variabel Independen
56 Variabel Dependen
59
xv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian
62 B. Hasil Uji Penelitian
65 Hasil Uji Statistik Deskriptif
66 Hasil Uji Asumsi Klasik
67 Hasil Uji Hipotesis
73 - Uji Determinasi
74 - Uji F
75 - Uji t
77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 81
B. Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 85
xvi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
33 Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Autokorelasi
51 Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian
61 Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dan Kriteria
63 Tabel 4.2 Sampel Penelitian
64 Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif
66 Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas
68 Tabel 4.5 Pengambilan Keputusan Autokorelasi
70 Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
70 Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas
72 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas
73 Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi
74 Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik F
75 Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik T
78
xvii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
41 Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Lanjutan
42
xviii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Data Sampel Penelitian
87 Lampiran II Hasil Analisis Data Sampel
91 Lampiran III Output Hasil Pengujian Data
95
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pelaporan keuangan yang menjadi salah satu fokus utama adalah informasi laba yang menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan suatu
perusahaan selama periode tertentu. Investor dan kreditor sebagai pengguna laporan keuangan dapat menggunakan informasi laba dan komponennya untuk
membantu mereka dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, mengestimasi laba dalam jangka panjang, memprediksi laba dimasa datang, menaksir resiko investasi
atau pinjaman kepada perusahaan. Untuk mewujudkan manfaat tersebut maka diperlukan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan angka-angka yang
relevan dan reliable Juanda, 2007. Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah
prinsip konservatisme. Konservatisme merupakan reaksi yang berhati-hati atas ketidakpastian yang ada agar ketidakpastian dan risiko yang berkaitan dalam
situasi bisnis dapat dipertimbangkan dengan cukup memadai. Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan
kenetralannya dapat diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan Almilia,
2004. Watts 2003 mendefinisikan konservatisme sebagai prinsip kehati-hatian
dalam pelaporan keuangan dimana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengukur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian dan
2
hutang yang mempunyai kemungkinan yang terjadi. Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan metode akuntansi ditujukan pada metode yang melaporkan
laba atau aktiva yang lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas risiko menurun
downside risk dari neraca yang menyajikan aset bersih dan laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu Haniati dan Fitriany, 2010.
GIvoly dan Hayn 2000 mendefinisikan konservatisme sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan
keuntungan. Definisi resmi dari konservatisme terdapat dalam Glosarium Pernyataan Konsep No.2 FASB Financial Accounting Statement Board yang
mengartikan konservatisme sebagai reaksi yang hati-hati prudent reaction dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat pada perusahaan untuk mencoba
memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis yang sudah cukup dipertimbangkan. Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika
diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biya dan hutang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi
karena konservatisme menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung
terlalu rendah understatement Juanda, 2007. Berdasarkan definisi konservatisme tersebut maka praktek konservatisme
akuntansi sering memperlambat atau menunda pengakuan pendapatan yang mungkin terjadi, tetapi mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi.
3
Sementara itu dalam penilaian aset dan hutang, aset dinilai pada nilai paling rendah dan sebaliknya, hutang dinilai pada nilai yang paling tinggi Juanda, 2007
PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu timbulnya penerapan prinsip konservatisme. Pengakuan prinsip konservatisme di
dalam PSAK tercermin dengan terdapatnya berbagai pilihan metode pencatatan di dalam sebuah kondisi yang sama. Hal tersebut akan mengakibatkan angka-angka
yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatif.
Beberapa pilihan metode pencatatan di dalam PSAK yang dapat menimbulkan laporan keuangan konservatif diantaranya adalah:
1. PSAK No. 14 tentang persediaan yang menyatakan bahwa perusahaan dapat mencatat biaya persediaan dengan menggunakan salah satu metode
yaitu FIFO first in first out atau masuk pertama keluar pertama dan metode rata-rata tertimbang.
2. PSAK No. 16 tentang aktiva tetap dan aktiva lain-lain yang mengatur estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap. Estimasi masa manfaat suatu
aktiva didasarkan pada pertimbangan manajemen yang berasal dari pengalaman perusahaan saat menggunakan aktiva yang serupa. Estimasi
masa manfaat harus diteliti kembali secara periodik dan jika manajemen menemukan bahwa masa manfaat suatu aktiva berbeda dari estimasi
sebelumnya maka harus dilakukan penyesuaian atas beban penyusutan saat ini dan di masa yang akan datang. Standar ini memungkinkan
4
perusahaan untuk mengubah masa manfaat aktiva yang digunakan dan dapat mendorong timbulnya laba yang konservatif.
3. PSAK No. 19 tentang aset tidak berwujud yang berkaitan dengan metode amortisasi. Dijelaskan bahwa terdapat beberapa metode amortisasi untuk
mengalokasikan jumlah penyusutan suatu aset atas dasar yang sistematis sepanjang masa manfaatnya.
4. PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan yang menyebutkan bahwa alokasi biaya riset dan pengembangan ditentukan dengan melihat
hubungan antara biaya dan manfaat ekonomis yang diharapkan perusahaanakan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan. Apabila
besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat ekonomis di masa yang akan datang dan biaya tersebut dapat diukur secara handal,
maka biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva. Dengan adanya pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka-
angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi hasil dari
laporan keuangan. Penerapan konsep ini juga akan menghasilkan laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas
perusahaan pada masa yang akan datang Sari dan Adhariani, 2009. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas yang meliputi asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, arus kas. PSAK , 2012
5
Melalui kualitas laba yang terkandung dalam laporan keuangan, maka hal ini dapat dijadikan indikator baik atau tidaknya kemampuan suatu perusahaan dalam
rangka mengelola sumber dayanya. Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasarkan kualitas laba tersebut
profesi akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan
keuangan, apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat diandalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi.
Manipulasi terhadap laba juga sering dilakukan oleh manajemen. Pemikiran bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan
keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau self-
interested behaviour. Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen
bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Penyusunan laba dilakukan oleh
manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan
informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Pemisahaan kepemilikan seperti ini akan dapat
menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan
keinginan para pemilik Jensen dan Meckling, 1976.
6
Karena kualitas laba yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut sangat penting maka banyak pihak manajemen berusaha dengan berbagai macam cara
untuk menyusun laporan keuangan sesempurna mungkin, yang mana hal ini tidak jarang memicu timbulnya ketidakcocokan informasi antara pihak manajemen
perusahaan dengan principal yang sering menimbulkan konflik agensi. Dalam teori agensi dijelaskan bahwa terdapat hubungan kontraktual berupa
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan dari pemilik principle kepada agen Jensen dan Meckling, 1976.
Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut dengan konflik keagenan, yaitu kesenjangan informasi antara manajemen sebagai pelaksana dan
pemegang saham sebagai pemilik. Menurut pandangan teori keagenan, pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun
laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Konflik keagenan yang mengakibatkan peluang manajemen ini akan
mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendah kualitas laba ini akan membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pengguna informasi sehingga nilai
perusahaan berkurang. Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan principle yang mengakibatkan munculnya potensi konflik
dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan Jensen dan Meckling, 1976. Subramanyam 1996 dalam Siregar dan Utama 2005 menyatakan bahwa
salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Laba yang
diukur atas dasar akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja
7
perusahan dibandingkan arus kas operasi karena akrual mengurangi masalah waktu dan mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam jangka
pendek. Dalam prosesnya, dasar akrual dapat memberikan kesempatan kepada manajer dalam melakukan manajemen laba atau earnings management guna
menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi Boediono,2005.
Widyaningdyah 2001 menyatakan definisi kualitas laba adalah perilaku manajemen untuk bermain dengan komponen discretionary accrual yang
menentukan besarnya laba. Laba yang tidak dilaporkan sesuai dengan fakta yang terjadi dapat diragukan kualitasnya. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi
apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, yaitu laba yang memiliki karakteristik relevansi,
reliabilitas dan komparabilitas atau konsistensi Sutopo, 2009. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan dalam pembuatan keputusan para
pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang Siallagan dan Machfoedz, 2006.
Dalam praktek suatu perusahaan banyak kita temukan transaksi transaksi yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik pemegang saham
minoritas serta pemegang saham lainnya, terutama pada perusahaan Indonesia yang menggunakan dana masyarakat dalam pembiayaan usahanya. Oleh karena
itu keberadaan komisaris independen sangat diperlukan dan penting. Semua komisaris independen harus bersikap independen dan mampu melaksanakan
tugasnya secara independen semata untuk kepentingan perusahaan, dan tidak
8
terpengaruh oleh pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan dengan kepentingan pihak lain. Selain komisaris indepeden, komite audit juga
diperlukan untuk lebih meningkatkan kualitas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan sesuai dengan tugasnya Sutopo, 2009.
Pada kenyataannya sampai saat ini banyak sekali kasus manipulasi data akuntansi yang terjadi, yang dimanipulasikan oleh orang-orang tertentu untuk
kepentingan tertentu yang menguntungkan pihak tersebut. Kasus ini menandakan laporan keuangan yang disajikan tidak bagus atau kualitas laba pada laporan
keuangannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Contoh peyajian laporan keuangan yang tidak menyajikan keadaan laba sebenarnya adalah Skandal
Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk. yang telah terbukti melakukan perekayasaan laporan keuangan yaitu dengan jalan memperbesar laba.
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta Mustofa HTM. Akan tetapi, Kementerian BUMN
dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali restated, karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7 dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit
Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7
9
miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan
sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar bumn.go.id.
Sejak krisis, wacana tentang tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance merebak bagai ledakan besar. Sebenarnya tak menjadi
penting bagaimana perusahaan itu dikelola, tetapi begitu krisis dan semua perusahaan bangkrut, terusiklah kepentingan para pemegang saham, kreditor, dan
investor. Jadi, kepedulian terhadap tata kelola perusahaan yang baik berbanding lurus dengan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian investasi. Secara
definitif, istilah corporate governance mengandung pengertian bagaimana pihak- pihak inti yang berkepentingan dengan perusahaan saling berinteraksi. Pihak-
pihak itu adalah pemegang saham shareholders, pengelola top management, dewan pengawas board of directors. Para pemegang saham selalu
berkepentingan mengamankan investasinya agar menghasilkan dividen tiap tahun. Untuk itu, mereka menugaskan para dewan pengawas untuk memonitor kinerja
manajemen agar sesuai kepentingannya. Di sinilah letak pentingnya peran dewan pengawas komisaris independen yang bertindak atas mandat yang diberikan para
pemegang saham, bukan pihak pengelola Thomas L Wheelen J David Hunger, 2000.
Para ahli strategic management sudah mengembangkan konsep yang menekankan tanggung jawab perusahaan dalam pengertian luas ini. Pada
prinsipnya, perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada para pemegang
10
saham saja, tetapi juga pada masyarakat secara umum. Sehingga, masyarakat memiliki kepentingan terhadap berbagai praktik penyimpangan perusahaan, bukan
saja para pemegang saham. Dengan asumsi ini, masyarakat juga memiliki hak untuk menuntut agar perusahaan dikelola dengan baik. Sehingga masalah
penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan bukan semata monopoli kepentingan para pemegang saham saja. Manipulasi keuangan adalah praktik yang
menyangkut kepentingan masyarakat Widyaningdyah, 2001. Berdasarkan kasus manipulasi laporan keuangan di atas maka penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian ini dengan berbagai alasan yaitu pertama, dengan tujuan agar penulis dapat mengetahui pengaruh mekanisme good
corporate governance yaitu peran komite audit dan komisaris independen terhadap kualitas laba dan pengaruh prinsip konservatisme terhadap hasil laporan
keuangan yang disajikanan yang mana PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu timbulnya penerapan prinsip
konservatisme yang mengakibatkan angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung
konservatif. Kedua, untuk membuka pandangan investor terhadap pengaruh penerapan konsep konservatisme, peran komite audit dan komisaris independen
terhadap kualitas laba pada laporan keuangan. Oleh karena itu penulis mengambil judul skripsi
“Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan
Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba” Studi
Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2014.
11
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Apakah Konservatisme Akuntansi, Good Corporate Governance dilihat dari peran Komite Audit dan Komisaris Independen
berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Laba? 2. Variabel mana yang paling dominan terhadap manajemen laba suatu
perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk menganalisa secara empiris pengaruh konservatisme
akuntansi, good corporate governance proporsi komite audit dan komisaris independen terhadap kualitas laba.
2. Untuk menganalisa secara empiris variabel independen yang paling berpengaruh terhadap kualitas laba.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan kepada berbagai pihak diantaranya:
12
1. Kontribusi Teoritis a. Masyarakat, dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk
mengetahui tentang pentingnya informasi kualitas laba laba bagi investor maupun pengguna laporan keuanga lainnya dan dapat
menambah wawasan masyarakat terhadap ilmu akuntansi. b. Mahasiswa jurusan akuntansi, semoga penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai literature dalam penelitian selanjutnya dan menambah ilm pengetahuan akuntansi
c. Peneliti Selanjutnya, semoga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya tentang topic yang sama .
d. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis karna sangat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba.
2. Kontribusi Praktis a. Bagi perusahaan, investor, dapat menggunakan informasi dari
laporan keuangan yaitu kualitas laba ini dengan baik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
13
b. Bagi Karyawan dan akuntan agar dapat menyajikan laporan keuangan yang baik dan jujur agar tidak terjadi asimetri informasi
antara agen ataupun principle. c. Bagi pengguna Laporan Keuangan diharapkan dengan adanya
penelitian ini dapat mempertimbangkan keputusannya dalam melakukan investasi.
d. Bagi Bapepam atau pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai evaluasi untuk mengawasi dan menanggulangi tindakan
kecurangan akuntansi.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi dan Signaling Theory
Teori agensi biasa juga disebut sebagai teori keagenan. Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip
utama teori menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang agensi yaitu manajer. Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory teori
keagenan. Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek
perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan
kontrak antara
pemegang sahampemilik
dan manajemenmanajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan
manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan Jensen dan Meckling, 1976
15
Dalam teori keagenan agency theory, hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih principle memperkerjakan orang lain
agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Hubungan antara principle dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi asymmetrical information karena agent
berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principle. Dengan asumsi bahwa
individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan
mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principle. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent
dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic management adalah corporate
governance. Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik
good corporate governance
adalah; transparansi
transparency, akuntabilitas
accountability, keadilan
fairness, dan
responsibilitas responsibility.
Corporate governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agent yang pada akhirnya diharapkan
16
dapat meminimalkan tindakan manajemen laba yang
akan mempengaruhi kualitas laba dan rendahnya nilai perusahaan.
Kemudian, masalah keagenan juga akan timbul jika pihak manajemen atau agen perusahaan tidak atau kurang memiliki saham
biasa perusahaan tersebut. Karena dengan keadaan ini menjadikan pihak manajemen tidak lagi berupaya untuk memaksimumkan
keuntungan perusahaan dan mereka berusaha untuk mengambil keuntungan dari beban yang ditanggung oleh pemegang saham. Cara
yang dilakukan pihak manajemen adalah dalam bentuk peningkatan kekayaan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas perusahaan.
Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling 1976, Jensen 1986, Weston dan Brigham 1994, bahwa masalah keagenan dapat terjadi
dalam 2 bentuk hubungan, yaitu; 1 antara pemegang saham dan manajer, dan 2 antara pemegang saham dan kreditor. Jika suatu
perusahaan berbentuk perusahaan perorangan yang dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka dapat diasumsikan bahwa manajer
–pemilik tersebut akan mengambil setiap tindakan yang mungkin, untuk
memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan juga dalam bentuk kesenangan
dan fasilitas eksekutif. Tetapi, jika manajer mempunyai porsi sebagai pemilik dan mereka mengurangi hak kepemilikannya dengan
membentuk perseroan dan menjual sebagian saham perusahaan kepada pihak luar, maka pertentangan kepentingan bisa segera timbul.
17
Keadaan ini menjadikan manajer mungkin saja tidak sedemikian gigih lagi untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena
jatahnya atas kekayaan tersebut telah berkurang sesuai dengan pengurangan kepemilikan mereka. Atau mungkin saja manajer
menetapkan gaji yang besar bagi dirinya atau menambah fasilitas eksekutif, karena sebagian di antaranya akan menjadi beban pemegang
saham lainnya. Konflik antara pemegang saham dengan kreditur, kreditur
menerima uang dalam jumlah tetap dari perusahaan bunga hutang, sedangkan pendapatan pemegang saham bergantung pada besaran laba
perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utangnya, dan
pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah melakukan investasi pada
proyek. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil maka kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi apabila
proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita kerugian akibat dari ketidakmampuan pemegang saham untuk
memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi, maka kreditur melakukan pembatasan penggunaan hutang oleh
manajer. Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan
hutang untuk investasi dalam proyek baru. Konflik antara pemegang
18
saham dengan pihak manajemen walaupun telah dilakukan kontrak kerja yang sah antara pihak principal dan agent, namun di sisi lain
pihak agent memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai perusahaan full information dibandingkan dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh pihak principal. Pengetahuan yang lebih banyak dimiliki oleh pihak agent dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
pihak principal ini membuat terbentuknya suatu asimetri informasi atau asymetric information.
Dalam kondisi adanya perbedaan kepentingan diantara agen dan prinsipal dimana kontrak tidak dapat dibuat dengan sempurna, maka
corporate governance memainkan peranan untuk memperkecil konflik. Corporat governance yang terdiri dari board of director mempunyai
peranan untuk memonitor informasi dalam menilai kinerja manajer secara efektif dan efisien Wardhani,2008
Signalling theory menjelaskan bahwa pemberian sinyal yang dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri teori dengan
menerapkan konservatisme untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menerapkan depresiasi
yang tinggi untuk menghasilkan laba yang rendah. Dengan adanya understatement laba dan aktiva bersih yang
permanen menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan konservatisme untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Dengan
adanya hal tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah
19
perusahaan bagi investor dan dengan demikian pengguna laporan keuangan akan terhindari dari kemungkinan pengambilan keputusan
yang terlalu optimistik yang apabila tidak mencapai tujuannya maka akan menimbulkan risiko Yustina, 2013; Handojo, 2012.
2. Konservatisme Akuntansi