sebuah program bersifat Action-oriented. Karena itulah, dalam dokumen program kerja dianjurkan untuk menuliskan item
programnya dengan kata kerja.
13
b Anggaran: begitu kita selesai menyiapkan program, maka
sekaligus kita menyiapkan anggaran. Anggaran adalah “program dalam bentuk uang” sehingga, program yang “canggih” jika tidak
ada anggaran yang mendukungnya tidak bisa “berbicara” apa-apa. Karena itu, anggaran sering kali disebut juga sebagai darahnya
program.
14
c Prosedur: prosedur ini adalah urutan-urutan aktivitas yang harus
diselesaikan untuk menyelesaikan sebuah bagian pekerjaan dalam program. Dengan adanya prosedur, maka kita dapat menjamin
sebuah pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, dan hasilnya sesuai dengan harapan kita.
15
3. Bagaimana orang-orang yang terlibat bisa bekerja dengan sukses. Agar semua pekerjaan dalam implementasi dapat berjalan mulus, perusahaan
perlu mengorganisasi semuanya dengan tepat. Siapa orang yang digunakan
untuk pekerjaan
tertentu, dan
bagaimana cara
mengkoordinasikan antarpekerjaan.
16
B. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
13
Ibid, hal.193
14
Ibid, Hal.195
15
Ibid, Hal.196
16
Ibid, Hal.198
Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan
keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.
17
Secara konseptual,
pemberdayaan atau
pemberkuasaan empowerment, berasal dari kata power kekuasaan atau keberdayaan.
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
18
Pemberdayaan juga menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam a memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan freedom, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan, b menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan c berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
19
Secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan. Menurut Imang Mansur Burhan sebagimana dikutip oleh
Nanih machendrawaty dan Agus Achmad Syafei mendifinisikan pemberdayaan umat atau masyarakat sebagai upaya untuk membangkitkan
potensi umat islam ke arah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial,
17
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2000, cet.ke-1, h.32-33
18
Suharto Ph. D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.57
19
Ibid, h.58
politik, maupun ekonomi.
20
Amrullah Ahmad mengatakan bahwa “Pengembangan Masyarakat Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model
pemecahan masalah umat dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dalam prespektif Islam.
21
Pada dasarnya Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam pandangan Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti. Hal ini sejalan
dengan paradigma Islam sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan. Dalam konteks Indonesia, masyarakat Islam sebagai penghuni mayoritas
bangsa masih terlalu jauh dari segala keunggulan bila dibandingkan dengan sesama umat manusia dari negara-negara lain. Fakta ini menuntut adanya
upaya-upaya pemberdayaan yang sistematis dan terus-menerus untuk melahirkan masyarakat Islam yang berkualitas.
22
Sementara itu, menurut Ife sebagaimana dikutip oleh Isbandi Rukminto melihat pemberdayaan secara ringkas sebagai upaya untuk
meningkatkan daya power dari kelompok yang kurang beruntung disadvantaged.
23
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
20
Nanih Machendrawaty dan Agus Achmad Syafei,Pengembangan Masyarakat Islam,Bandung: Rosda Karya,2001, cet. Ke-1, h.42
21
Machendrawaty dan Achmad Syafei,Pengembangan Masyarakat Islam, h.42
22
Ibid, h.41
23
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi komunitas Pengembangan Masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012, h.206, Edisi Revisi
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai
indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.
24
Menurut Parson et.al sebagimana dikutip oleh Edi Suharto Ph.D mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih
besar b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna
dan mampu mengendalikan diri dan orang lain c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai
dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk
memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.
25
Berbagai macam bentuk pemberdayaan dipadukan dan saling melengkapi guna menciptakan kesejahteraan masyarakat. Hal yang sering
24
Ibid, h.59-60
25
Ibid, h.63
kali menjadi masalah adalah bagaimana menyinergikan berbagai macam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan berbagai bidang dengan
melibatkan berbagai lembaga yang ada, baik itu lembaga pemerintah maupun non pemerintah, ataupun menyinergikan pemberdayaan yang
dilakukan berdasarkan bidang yang berbeda. Masalah menyinergikan berbagai upaya pemberdayaan antarbidang yang ada inilah salah satu hal
yang paling sulit dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Salah
satu contoh
upaya pemberdayaan
yang mencoba
menyinergikan pemberdayaan ekologi, ekonomi, sosial, dan spritual adalah seperti apa yang dilakukan oleh salah satu komunitas India dalam mengelola
sampah dengan proses pembuatan kompos. Salah satu yang dikembangkan adalah memanfaatkan sampah warga guna proses pembuatan pupuk yang
dikumpulkan dua sampai tiga kali seminggu kendaraan roda tiga seperti modifikasi becak.
26
Upaya yang dilakukan ini, bukan saja bernilai dalam pemberdayaan ekologi di mana mencoba menciptakan lingkungan yang lebih asri, tetapi
juga dapat memberikan penghasilan bagi warga dari kelas ekonomi yang kurang beruntung. Di samping itu, juga membantu mereka yang kurang
beruntung agar tidak melakukan tindak kejahatan dan mau berbuat baik untuk sesama mempunyai nilai sosial dan spiritual.
Bila dapat dilihat dari bidang-bidang yang terlibat dalam suatu pemberdayaan masyarakat, upaya pemberdayaan masyarakat juga dapat
dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu
26
Ibid, h.209-210
proses. Pemberdayaan sebagai suatu program, di mana pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya
sudah ditentukan jangka waktunya.
27
Sementara itu, pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan on-going sepanjang
komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.
28
Menurut Hogan yang dikuti oleh Isbandi Rukminto Adi, meyakini bahwa proses pemberdayaan yang terjadi tidaklah berhenti pada suatu titik
tertentu, tetapi lebih merupakan sebagai upaya berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada. Meskipun hogan memfokuskan tulisannya
pada pemberdayaan individu, tetapi model pemberdayaan yang bersifat on going process tersebut bukan berarti tidak dapat diterapkan pada level
komunitas.
29
C. Strategi Pemberdayaan Masyarakat