Variabel yang Berpengaruh Secara Siginifikan terhadap Permintaan

menurunkan peluang rata-rata kunjungan kunjungan individu ke Floating Market Lembang sebesar 0.00002989, cateris paribus. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, semakin besar biaya perjalanan ke lokasi wisata yang dikeluarkan pengunjung maka akan mengurangi peluang rata-rata kunjungan individu ke lokasi wisata. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa pengunjung yang menghabiskan biaya yang sedikit untuk mengunjungi Floating Market Lembang akan cenderung lebih sering berkunjung daripada pengunjung yang mengeluarkan biaya yang lebih besar. Jumlah responden berdasarkan hubungan antara biaya perjalanan dengan frekuensi kunjungannya ke Floating Market Lembang dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Hubungan Antara Biaya Perjalanan dengan Frekuensi Kunjungan Gambar 4 menunjukkan bahwa responden dengan biaya perjalanan antara Rp 10.000,00 sampai dengan Rp20.000,00 per kunjungan rata-rata memiliki frekuensi kunjungan 3,3 kali dalam satu tahun terakhir. Pengunjung dengan biaya perjalanan Rp 20.0001,00 sampai dengan Rp 30.000,00 per kunjungan rata-rata memiliki frekuensi kunjungan 2,3 kali dalam satu tahun terakhir, sedangkan pengunjung dengan biaya perjalanan diatas Rp 50.000,00 per kunjungan 3.3 2.3 1.1 1.2 1.0 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 10000-20000 20001-30000 30001-40000 40001-50000 50000 Rata-rata Frekuensi Kunjungan per tahun B iay a Pe rjal an an R p melakukan kunjungan rata-rata 1 kali dalam satu tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar biaya perjalanan yang dikeluarkan seseorang maka akan menurunkan tingkat kunjungannya ke Floating Market Lembang, begitu juga sebaliknya. 3. Jarak Tempuh Jarak tempuh merupakan seberapa jauh jarak yang dibutuhkan wisatawan untuk mencapai lokasi wisata. Jarak tempuh dipengaruhi oleh bagus tidaknya kondisi jalan, kendaraan yang dipakai, situasi jalan, apakah sering terkena macet atau tidak. Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel jarak tempuh berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5. Jarak tempuh memiliki hubungan negatif dengan jumlah kunjungan ke Floating Market Lembang. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 kilometer jarak tempuh maka akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan wisata ke Floating Market Lembang sebesar 0.013, cateris paribus . Hal ini berarti semakin jauh jarak tempuh seorang pengunjung, maka akan mengurangi peluang rata-rata kunjungan seseorang ke Floating Market Lembang. Hal ini sesuai dengan kondisi wisata yang terletak di dataran tinggi dan jalan yang berliku-liku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunjung yang memiliki jarak tempuh lebih dekat dengan Floating Market Lembang dengan kata lain pengunjung yang bertempat tinggal lebih dekat memang memiliki kecenderungan frekuensi berkunjung lebih sering dibandingkan dengan pengunjung yang memiliki jarak tempuh lebih jauh. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 dimana pengunjung dengan tingkat kunjungan 1 kali dalam setahun memiliki jarak tempuh ≥70 km. Pengunjung dengan jarak tempuh antara 40-69 km hanya melakukan kunjungan sebanyak 1 kali dalam setahun, sedangkan pengunjung dengan jarak tempuh dekat cenderung sering berkunjung ke Floating Market Lembang dengan alasan karena tempat wisata ini mudah dijangkau, selain itu hanya sekedar untuk refreshing dan kumpul bersama keluarga atau teman. Gambar 5 Hubungan Antara Jarak Tempuh dengan Frekuensi Kunjungan 4. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5. Jumlah tanggungan memiliki hubungan negatif dengan jumlah kunjungan ke Floating Market Lembang. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu orang jumlah tanggungan maka akan menurunkan rata-rata kunjungan wisata ke Floating Market Lembang sebesar 0.257, cateris paribus. Jumlah tanggungan yang semakin banyak akan mengakibatkan biaya wisata yang semakin tinggi, sehingga wisatawan akan menurunkan frekuensi kunjungannya mengingat biaya yang harus disisihkan untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunjung yang memiliki jumlah tanggungan yang lebih banyak memiliki kecenderungan frekuensi kunjungan lebih sedikit dibandingkan dengan pengunjung yang memiliki jumlah tanggungan yang lebih banyak. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Hubungan Antara Jumlah Tanggungan dengan Frekuensi Kunjungan 2.7 1 1 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 10-39 40 - 69 ≥ 0 Rata-rata Frekuensi Kunjungan per tahun Jar ak Tem p u h km 3 2 2.1 1.9 2 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1 2 3 4 5 Rata-rata Kunjungan per tahun Ju m lah Ta n g g u n g an o ran g Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pengunjung dengan jumlah tanggungan sebanyak 1 orang memiliki rata-rata kunjungan sebesar 3 kali dalam satu tahun terakhir. Sedangkan pengunjung dengan jumlah tanggungan sebanyak 5 orang memiliki rata-rata kunjungan sebesar 2 kali dalam satu tahun terakhir. Hal ini menunjukkan semakin banyak jumlah tanggungan seseorang maka akan mengurangi frekuensi kunjungan seseorang ke tempat wisata Floating Market Lembang.

6.2.3 Variabel yang Berpengaruh Secara Tidak Signifikan terhadap Permintaan Wisata

Floating Market Lembang Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wisata Floating Market Lembang ada dua variabel. Adapun variabel tersebut yaitu variabel umur dan variabel lingkungan. 1. Umur Umur tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata karena memiliki taraf nyata lebih dari 5, variabel ini memiliki koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu tahun usia pengunjung maka akan menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan wisata ke Floating Market Lembang sebesar 0.003. Hal ini disebabkan rekreasi merupakan kebutuhan bagi seluruh manusia baik tua maupun muda, karena dengan berwisata mampu menghilangkan kejenuhan akibat dari aktivitas sehari-hari. Kegiatan wisata bukanlah kegiatan yang ditujukan untuk sekelompok umur saja. Selain itu, Floating Market Lembang merupakan tempat wisata yang kegiatan wisatanya dapat dinikmati oleh segala umur. Oleh karena itu, variabel usia tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisata ke Floating Market Lembang. 2. Lingkungan Lingkungan memiliki koefisien negatif yang dibuat dalam bentuk dummy dimana semakin kecil angka maka nilai yang diberikan akan semakin buruk. Ini menunjukkan bahwa semakin buruk lingkungan di kawasan wisata maka semakin kecil peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian besar responden wisatawan akan datang kembali ke lokasi wisata, oleh karena itu variabel lingkungan tidak berpengaruh nyata terhadap frekuensi kunjungan wisatawan.

6.3 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Floating Market Lembang

Kegiatan wisata yang ada di Floating Market Lembang mampu memberikan dampak yang cukup besar bagi masyarakat sekitar kawasan wisata. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan wisata dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan yaitu terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, sedangkan dampak negatif yang dirasakan yaitu terjadinya kemacetan dan kebisingan. Dampak yang muncul dari kegiatan ekonomi dapat berupa dampak ekonomi. Menurut Vanhove 2005 dampak ekonomi kegiatan wisata dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu dampak langsung direct impact, dampak tidak langsung indirect impact, dan dampak lanjutan induced impact. Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Salah satu contoh dampak positif langsung yang muncul dari kegiatan wisata yaitu munculnya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Hal ini membuat masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya dan taraf hidupnya. Selain dampak positif yang dirasakan, terdapat juga dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan wisata. Dampak tidak langsung adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak lanjutan induced impact. Dampak lanjutan merupakan aktivitas ekonomi lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dapat dilihat berdasarkan pengeluaran wisatawan untuk konsumsi, transportasi, biaya perjalanan, dan pengeluaran lainnya. Pengeluaran pengunjung selama mengikuti kegiatan wisata memiliki proporsi tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti daerah asal, jumlah tanggungan, dan lain-lain. Berdasarkan sebaran responden di Floating Market Lembang, pengeluaran wisatawan selama berwisata antara lain digunakan untuk biaya transportasi, konsumsi, parkir, souvenir, dan kebutuhan lainnya. Hasil proporsi pengeluaran pengunjung dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Proporsi pengeluaran responden pengunjung di kawasan Floating Market Lembang Tahun 2014 Biaya 1 Rata-rata pengeluaran Rp 2 Persentase =1c100 Pengeluaran konsumsi di luar kawasan wisata Konsumsi dari rumah 9.125 7.46 Transportasi pribadi 21.900 17.89 Transportasi umum 1.500 1.23 Penginapan Total kebocorankunjungan a 32.525 26.57 Pengeluaran di dalam kawasan wisata Konsumsi didalam kawasan wisata 49.625 40.54 Parkir 4.875 3.98 Tiket 13.750 11.23 Souvenir 21.625 17.67 Toilet Dokumentasi Total pengeluaran di lokasikunjungan b 89.875 73.43 Total pengeluaran pengunjung c=a+b 122.400 100 Total pengeluaran pengunjung tahun c12 1.468.800 Rata-rata total kunjungan per tahun 2012-2014d 137.635 Total kebocoran tahun e=cproporsi ad 447.657.837.500 Sumber: Data Primer Diolah 2014 Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa proporsi terbesar yang dikeluarkan oleh wisatawan adalah biaya konsumsi di dalam kawasan wisata. Hal ini dikarenakan tempat wisata Floating Market Lembang memiliki nilai jual yang terdapat di perahu makanan yang menjual berbagai jenis makanan yang menarik. Besaran proporsi untuk konsumsi di dalam kawasan wisata yaitu sebesar 40,54 dengan nilai rata-rata pengeluaran sebesar Rp 49.625,00 per kunjungan, sedangkan untuk proporsi terendah yaitu transportasi umum sebesar 1.23 dengan nilai rata-rata pengeluaran sebesar Rp 1.500,00.