54
5.3 Efek Tayangan Berita Kriminal
Efek tayangan berita kriminal di televisi terhadap responden Kelas 8 SMP Tamansiswa yang dikaji meliputi efek kognitif dan afektif. Data sebaran
responden berdasarkan efek kognitif dan afektif dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Tingkat Efek kognitif dan Afektif di Kelas 8 SMP Tamansiswa
Efek Distribusi Rataan
Skor
1
Rendah Sedang Tinggi Kognitif :
1. Persepsi Khalayak Remaja
terhadap isi berita kriminal. 2.
Pengetahuan teknis akan tindak kekerasan.
3. Penilaian khalayak remaja terhadap
realitas 6
10 31
53 17
29 8
14 25
44 40
69 44
76 2
3 1
2
2.1 2.3
1.8 2.2
Afektif : 1.
Perasaan sesudah menonton berita kriminal :
• Takut • Cemas
2. Toleransi akan tindak kekerasan
35 60
5 9
30 52
23 40
48 82
26 45
5 9
2 3
2.0
1.7 2.4
2.0
Seluruh Aspek 2.0
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase
1
Rataan skor : 0-0.9 : rendah 1- 1.9 : sedang 2-2,9 : tinggi
Secara keseluruhan tayangan berita kriminal di televisi menimbulkan efek di kalangan khalayak siswa SMP kelas 8 Tamansiswa pada tingkatan yang sedang
rataan skor 2,0. Skor ini menunjukkan bahwa keterdedahan khalayak pada berita kriminal memunculkan efek pada tingkatan sedang. Efek yang muncul
berupa efek kognitif meliputi persepsi khalayak terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis akan tindak kekerasan, dan penilaian khalayak remaja
terhadap realitas. Efek afektif meliputi perasaan sesudah menonton berita takut, cemas dan toleransi akan tindak kekerasan.
Efek yang muncul tersebut hampir seimbang antara efek kognitif dan afektif. Dilihat dari efek kognitif, tayangan berita kriminal di televisi
memberikan efek yang paling signifikan pada persepsi responden terhadap isi berita kriminal. Persepsi responden terbentuk berdasarkan pemahaman responden
mengenai kriminalitas berdasarkan alur cerita, kemasan, gambarilustrasi pada
55
tayangan berita kriminal. Sebanyak 76 persen responden menganggap bahwa dengan adanya alur cerita, kemasan, dan gambarilustrasi di dalam tayangan berita
kriminal, responden mampu memahami tindak kriminal yang terjadi, sehingga mampu memberikan pemaknaan mengenai kasus-kasus kriminal.
Efek kognitif mengenai pengetahuan akan tindak kekerasan ternyata menunjukkan efek yang paling rendah. Sebanyak 53 persen responden tidak
memahami mengenai teknis tindak kekerasan seperti gaya berkelahi, penggunaan senjata, dan modus operandi kejahatan. Hal ini dapat dipahami berdasarkan hasil
wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah SMP Taman Siswa bahwa rata-rata siswa kelas 8 memiliki intelektualitas menengah ke bawah. Kecenderungan siswa
kelas 8 sulit memahami hal-hal yang bersifat teknis mengenai tindak kekerasan. Efek kognitif mengenai penilaian responden berdasarkan realitas termasuk
memberikan efek pada tingkatan sedang. Sebanyak 69 persen responden menganggap bahwa apa yang ditonton di televisi mengenai realitas kriminalitas
tidak semuanya mewakili kehidupan keseluruhan. Artinya tidak tentu benar bahwa peristiwa apa yang ditayangkan di televisi akan terjadi di lingkungan
sekitar responden. Hal ini dapat dipahami, responden tidak terlalu mempercayai apa yang disampaikan media.
Apabila dilihat dari efek afektif, tayangan berita kriminal tersebut secara nyata menimbulkan rasa cemas di kalangan responden namun tidak cukup kuat
untuk menimbulkan rasa takut. Tidak ada responden yang betul-betul menyatakan takut akibat menonton berita kriminal sementara terdapat 9 persen responden yang
menjadi cemas. Efek afektif mengenai toleransi akan tindak kekerasan secara keseluruhan
termasuk pada tingkatan sedang. Namun, sebanyak 52 persen responden menunjukkan toleransi akan tindak kekerasan termasuk pada tingkatan rendah.
Artinya, efek menonton berita kriminal pada responden yakni menimbulkan rasa empati yang besar terutama kepada korban dan pelaku kejahatan.
5.4 Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Efek Berita Kriminal