43
akan kasus-kasus tindak kriminal, sehingga membuat mereka lebih paham akan kondisi di lingkungan sekitar dan membuat mereka lebih waspada akan tindak
kriminal di sekitar.
5.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keterdedahan Khalayak
Dua faktor yang berpotensi berhubungan dengan keterdedahan khalayak yakni karakteristik individu umur, jenis kelamin, prestasi akademis, dan motif
menonton, dan karakteristik lingkungan sosial jenis pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pengawasan orangtua. Kedua faktor tersebut terhadap
keterdedahan khalayak remaja akan dijelaskan pada uraian berikut. 5.2.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keterdedahan
Khalayak Remaja
Variabel-variabel yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi. Salah satu variabel tersebut adalah karakteristik individu. Hasil pengujian hubungan antara
karakteristik individu dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi disajikan secara ringkas pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keterdedahan Khalayak Remaja pada Berita Kriminal di Televisi.
Karakteristik Individu
Keterdedahan Khalayak Jenis berita kriminal
Frekuensi menonton Durasi menonton
Koefisien χ²
p-value Koefisien χ²
p-value Koefisien χ²
p-value Umur
4.390 0.222 0.613
0.736 0.855 0.652
Jenis kelamin 2.547
0.467 0.444 0.801 3.126 0.210
Prestasi akademis di
kelas 2.595 0.858 1.349 0.853 3.919 0.417
Motif menonton
12.353 C = 0.419
0.055 1.826 0.768 3.278 0.512
Keterangan : : berhubungan Nyata pada
α = 10
Ada hubungan antara karakteristik individu dengan keterdedahan khalalayak, seperti yang dikemukakan pada hipotesis penelitian ini. Hasil
pengujian korelasi membuktikan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti. Secara
44
umum karakteristik responden tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak pada berita kriminal di televisi, baik terhadap jenis berita kriminal yang ditonton,
frekuensi menonton, maupun durasi menonton. Artinya tidak ada perbedaan dalam hal jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton dan durasi
menonton diantara responden yang berbeda umur, jenis kelamin, dan prestasi akademik. Namun hanya motif menonton yang menunjukkan hubungan yang
nyata p0,1 terhadap jenis berita yang ditonton, tetapi tidak berhubungan dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Hal ini menunjukkan bahwa
motif menonton responden akan menentukan pilihan jenis berita kriminal yang ditonton.
Hubungan antara masing-masing karakteristik individu dengan keterdedahan khalayak remaja dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
1. Hubungan Umur dengan Keterdedahan Khalayak
Umur tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan maupun dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi
menonton, dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang berusia 13 tahun dan 14 tahun dalam hal jenis berita kriminal
yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Hal ini berbeda dengan penelitian Suangga 2004, Remaja yang telah
memasuki umur 14 tahun memiliki persepsi yang negatif terhadap berita kriminal. Artinya pada kisaran umur 14 tahun, remaja yang menonton berita
kriminal menjadikan media pembelajaran akan kejahatan, hal ini menunjukkan adanya responden memiliki keterdedahan yang tinggi dalam hal memahami
kriminalitas. Penelitian ini membuktikan bahwa responden pada kisaran umur 13-14
memiliki preferensi terhadap tayangan televisi hampir sama. Responden cenderung menonton jenis berita kriminal yang sama dengan teman-teman
sebaya, sebagai bentuk penerimaan sosial akan sekitarnya. Begitu pula umur pada kisaran 13-14 tahun menunjukkan bahwa responden memiliki frekuensi
menonton berita kriminal dan durasi menonton yang relatif sama. Tidak adanya perbedaan yang signifikan mengenai keterkaitan umur dengan
keterdedahan khalayak pada berita kriminal disebabkan karena responden
45
dalam satu angkatan tahun ajaran, tentunya memiliki waktu dan aktivitas yang relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur tidak mampu
menentukan keterdedahan khalayak akan berita kriminal di televisi.
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keterdedahan Khalayak
Jenis kelamin tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi
menonton, dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal jenis berita kriminal yang
ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Hasil penelitian Suangga 2004 mengenai persepsi remaja pedesaan
terhadap tayangan berita kriminalitas di televisi menjelaskan bahwa umumnya responden laki-laki lebih menyukai jenis berita kriminal di televisi, alasannya
menonton berita kriminal di televisi menunjukkan suatu keperkasaan terlihat gagah, sehingga hal di atas menunjukkan bahwa pada umumnya remaja laki-
laki di pedesaan menonton berita kriminal bertujuan untuk mendapatkan pengakuan sosial dari masyarakat.
Hasil penelitian ini memaparkan hal yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, responden laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan
pilihan jenis berita yang sama, adanya kesamaan selera memilih jenis berita kriminal. Responden penelitian ini termasuk remaja kota, masyarakat kota
tidak menuntut di antara laki-laki dan perempuan untuk memiliki peran sosial sesuai harapan mereka termasuk menyangkut jenis tayangan yang ditonton.
Responden memiliki preferensi yang sama akan jenis berita kriminal yang ditonton. Aktivitas menonton berita kriminal tidak menuntut mereka untuk
mendapatkan pengakuan sosial sebagai peran laki-laki dan perempuan. Selain itu, berdasarkan jawaban responden mengenai alasan menyukai jenis berita
kriminal yang ditonton tidak menyinggung soal gender. Responden lebih mengarahkan jawabannya pada manfaat informasi, kemasan berita kriminal,
dan kesengajaan menonton berita kriminal. Artinya jenis kelamin bukanlah faktor yang berhubungan dengan jenis berita kriminal yang ditonton.
46
Selain itu, jenis kelamin juga tidak berhubungan dengan frekuensi menonton dan durasi menoton berita kriminal. Hal ini menunjukkan bahwa
responden laki-laki dan perempuan relatif sama menggunakan waktunya dalam menonton berita kriminal di televisi, terutama dalam hal menghabiskan
waktu responden menonton berita televisi dilihat dari frekuensi dan durasi menonton yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
3. Hubungan Prestasi Akademis di Kelas dengan Keterdedahan Khalayak
Prestasi Akademis di kelas tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan dengan jenis berita kriminal yang ditonton,
frekuensi menonton, dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang memiliki prestasi akademis tergolong tinggi 5,
prestasi akademis tergolong sedang 5-10, dan prestasi akademis tergolong rendah dalam hal jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan
durasi menonton. Hasil penelitian Lowery De Fleur dalam Budhiarty 2004
menunujukkan bahwa ada hubungan antara prestasi akademis dengan perilaku menonton berita kriminal. Remaja yang memiliki tingkat intelegensi yang
tinggi, menonton lebih sedikit acara yang mengandung kekerasan dibanding mereka yang memiliki intelegensi yang rendah. Penelitian Budhiarty 2004
membuktikan hal yang berbeda, prestasi akademis remaja tidak memiliki hubungan nyata dengan perilaku menonton berita kriminal. Hal tersebut
disebabkan rendah atau tinggiya tingkat intelektualitas anak tidak menentukan pemilihan jenis berita yang ditonton
Penelitian ini memaparkan hal yang sama dengan penelitian Budhiarty 2004. Responden yang memiliki prestasi akademis tergolong tinggi, sedang,
dan rendah menunjukkan adanya persamaan preferensi tayangan terutama dalam hal memilih jenis berita kriminal. Hal ini tidak berarti bahwa responden
yang memiliki prestasi akademis yang tegolong tinggi akan lebih suka menonton beragam jenis berita kriminal di televisi dibanding responden yang
memiliki prestasi akademis tergolong sedang dan rendah. Responden yang memiliki prestasi akademis tergolong tinggi, sedang, dan
rendah tidak menunjukkan perbedaan frekuensi menonton dan durasi
47
menonton. Hal ini menunjukkan responden yang memiliki prestasi akademis tergolong tinggi, sedang, dan rendah tidak memberikan prioritas waktu untuk
menonton berita kriminal di televisi.
4. Hubungan Motif Menonton dengan Keterdedahan Khalayak Remaja
Motif menonton di kelas merupakan bagian karakteristik individu. Jenis motif menonton responden meliputi motif ionformasi, motif interaksi sosial,
motif mengisi waktu luang, dan motif hiburan, namun hanya tiga motif informasi, motif mengisi waktu luang, dan motif hiburan yang dikaji dalam
tabel silang analisis hubungan di bawah ini. Responden tidak memiliki motif interaksi sosial dalam menonton televisi. Tabel silang antara motif menonton
dengan jenis berita kriminal dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 15. Tabel Silang Berdasarkan Motif Menonton dan Jenis Berita
Kriminal Menurut Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 SMP Tamansiswa
Motif Menonton
Jenis berita kriminal orang Total
Siswa orang
χ² C
1
Tidak menonton
Berita langsung
Berita mendalam
Berita langsung
dan mendalam
Informasi 2 7
8 29
18 64
28 48
12.353 0.419
Mengisi waktu luang
10 62
6 38
16 28
Hiburan 1 7
4 29
2 14
7 50
14 24
Total 58 100
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase
: nilai Chi square dimana p-value berhubungan Nyata pada α = 10
C
1
: Koefisien korelasi Kontingensi 0.40-0.70 berarti hubungan yang cukup berarti
Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa ada hubungan yang nyata antara motif menonton dengan jenis berita kriminal p0,1. Nilai koefisien kontigensi
yang diperoleh 0.419. Artinya adanya hubungan yang cukup berarti antara motif menonton dengan jenis berita kriminal. Motif menentukan kecenderungan
responden memilih jenis berita kriminal yang mereka sukai untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Menurut teori Uses and Gratification, perbedaan motif
menonton akan menyebabkan khalayak bereaksi pula pada media, hal ini
48
menunjukkan perbedaan preferensi jenis berita kriminal tergantung pada motif mrnonton responden.
Responden yang menonton televisi untuk mencari informasi dan hiburan lebih suka menonton berita langsung dan mendalam, sementara yang hanya
mengisi waktu luang lebih tertarik kepada berita langsung. Responden yang memiliki motif informasi dan hiburan memilih jenis berita langsung dan
mendalam agar memperoleh beragam informasi mengenai tindak kriminalitas serta memenuhi rasa keingintahuan responden akan lingkungan sekitar dan
kemasan berita kriminal yang menarik dan lucu memberikan kenikmatan jiwa seperti senang, bahagia. Umumnya jenis berita kriminal yang ditonton adalah
Sidik Pagi, Tangkap 2, Fakta, TKP, dan Sidik Kasus. Responden yang memiliki motif mengisi waktu luang lebih menyukai
berita langsung dengan mempertimbangkan menonton berita kriminal langsung sebagai aktivitas tambahan atau selingan dari pergantian saluran televisi, sehingga
responden tersebut tidak memperhatikan pada esensi kasus kriminal, atau bisa dikatakan menonton berita langsung merupakan berita yang praktis dan cepat.
Jenis berita kriminal yang biasa ditonton responden adalah TKP, Sergap, Patroli, Tangkap, Tangkap 2, Sidik, dan Sidik Pagi.
Tabel 15 juga menunjukkan bahwa ternyata motif menonton hanya berhubungan dengan jenis berita kriminal. Namun, motif menonton tidak
berhubungan dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya tidak adanya perbedaan diantara responden yang memiliki motif menonton untuk
mencari informasi, mengisi waktu luang, dan hiburan dalam hal seringtidaknya menonton dan lamanya menonton televisi.
5.2.2 Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Sosial dengan Keterdedahan Khalayak
Variabel-variabel yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi. Variabel lainnya adalah karakteristik lingkungan sosial. Hasil pengujian hubungan antara
karakteristik sosial dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi dapat di lihat pada Tabel 16.
49
Tabel 16. Hasil Pengujian Hubungan anatara Karakteristik Lingkungan Sosial dengan Keterdedahan Khalayak.
Karakteristik Lingkungan Sosial
Keterdedahan Khalayak Remaja Jenis berita kriminal
Frekuensi menonton Durasi menonton
Koefisien χ² r
s
p- value
Koefisien χ² r
s
p-value Koefisien χ² r
s
p-value Lokasi Tempat
tinggal 5.112
1
0.529 1.669 0.796 2.686 0.612 Lingkungan
keluarga • Pekerjaan
orangtua -Ayah
-Ibu • Pendidikan
orangtua -Ayah
-Ibu • Pengawasan
orangtua 10.562
1
37.359
1
C = 0.620 0.073
2
-0.147
2
0.040
2
0.783 0.000
0.586 0.270
0.767 6.339
1
30.033 C = 0.575
-0.052
2
-0.140
2
0.019
2
0.786 0.000
0.700 0.295
0.890 9.868
1
4.069
1
-0.088
2
-0.011
2
-0.069
2
0.438 0.695
0.510 0.936
0.605 Keterangan :
: berhubungan Nyata pada α = 10;
1
: koefisien Chi square χ² ;
2
: Koefisien Rank Spearman
r
s
Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan antara karakteristik lingkungan sosial dengan keterdedahan khalayak, hipotesis ini tidak terbukti
sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Karakteristik lingkungan sosial meliputi lokasi tempat tinggal dan
lingkungan keluarga pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pengawasan orangtua. Karakteristik sosial seperti pekerjaan orangtua dan pengawasan
orangtua tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak, hanya pekerjaan orangtua yang menunjukkan hubungan, yakni pekerjaan ibu.
Pekerjaan ibu berhubungan nyata p0,1 dengan jenis berita kriminal dan frekuensi menonton. Namun tidak berhubungan dengan durasi menonton.
Pekerjaan ayah diduga tidak berhubungan dengan jenis berita kriminal, frekuensi menonton dan durasi menonton. Pendidikan orangtua dan pengawasan orangtua
tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak pada berita kriminal di televisi, baik terhadap jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, maupun
durasi menonton.
50
1. Hubungan Lokasi Tempat Tinggal dengan Keterdedahan Khalayak
Lokasi tempat tinggal tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan maupun dengan jenis berita kriminal yang
ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Lokasi tempat tinggal dalam penelitian ini yakni seringtidaknya terjadi tindak kriminalitas di
lingkungan sekitar dan berdasarkan jauh atau dekatnya tempat tinggal responden dari pusat keramaiaan. Menurut penelitian Hirst Vera, 2007
menyatakan lingkungan setempat yang rawan kekerasan akan menyebabkan khalayak memiliki keterdedahan yang tinggi untuk menonton berita kriminal,
sebagai sarana informasi mengenai kondisi di lingkungan sekitarnya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa lokasi tempat tinggal responden
tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja. Artinya, walaupun semakin seringtidaknya tindak kriminal yang terjadi di lingkungannya
ataupun jarak tempat tinggal yang dekatjauh dengan pusat keramaian tidak menyebabkan responden terdedah mengenai berita kriminal.
2. Hubungan Pekerjaan Orangtua dengan Keterdedahan Khalayak
Pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi pekerjaan ayah dan ibu. Pekerjaan ibu diduga berhubungan nyata p0.1 dengan jenis berita kriminal
dan frekuensi menonton. Tabel silang antara pekerjaan ibu dengan jenis berita kriminal dan frekuensi menonton pada tabel selanjutnya.
Tabel 17. Tabel Silang Berdasarkan Pendidikan Ibu dan Jenis Berita Kriminal Menurut Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 SMP Tamansiswa
Pekerjaan Ibu
Jenis Berita Kriminal orang Total siswa
orang p-Value
C Tidak
Menonton Berita
langsung Berita
mendalam Berita
langsung dan
mendalam Mengurus
Rumah tangga
2 4
19 39
- 28 57
49 85
0.000 0.620
Karyawan swasta
- - - 2 100
2 3
Wiraswasta - 2
50 2
50 - 4
7 Buruh 1
33 1
33 - 1
33 3
5 Total 58
100
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase : berhubungan Nyata pada
α = 10 C : Koefisien korelasi Kontingensi 0.40-0.70 berarti hubungan yang cukup
berarti
51
Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan jenis berita kriminal, dengan p0,1 dan koefisien kontigensi bernilai
0.620 Artinya adanya hubungan yang cukup berarti antara pekerjaan ibu dengan jenis berita kriminal. Hal ini menunjukkan ada kecenderungan bahwa
pekerjaan ibu menentukan responden untuk tidak menonton berita kriminal ataupun menonton berita kriminal langsung dan mendalam.
Pekerjaan ibu responden sebagai ibu rumah tangga mengurus rumah tangga menyebabkan responden tidak menonton berita kriminal, maupun
menonton berita kriminal langsung dan mendalam. Hal ini dapat dipahami bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tentunya memiliki waktu luang
yang banyak untuk bersama anaknya, begitu pula dalam hal menoton berita kriminal di televisi. Begitu pula pekerjaan ibu responden sebagai wiraswasta,
buruh, dan karyawan swasta juga menentukan responden untuk tidak menonton ataupun menonton berita kriminal langsung dan mendalam.
Pekerjaan ibu responden berhubungan dengan frekuensi menonton. Hal ini Dapat dilihat Tabel 18 antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton pada
tabel selanjutnya. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 Berdasarkan Pendidikan Ibu
dan Frekuensi Menonton Pekerjaan
Ibu Frekuensi Menonton orang
Total siswa
orang p-Value
C Tidak
pernah Jarang 1-3
kaliminggu Sering
3 kaliminggu
Mengurus Rumah
tangga 2
4 5
10 42
86 49
85
0.000 0.575
Karyawan swasta
- - 2
100 2
3 Wiraswasta -
4 100
- 4 7
Buruh 1 33
- 2 67
3 5
Total 58 100
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase Angka dalam kurung menunjukkan persentase
: berhubungan Nyata pada α = 10
C : Koefisien korelasi kontingensi kurang dari 0.20 berarti hubungan sangat rendah
52
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton, dengan p0,1 dan koefisien kontigensi bernilai
0.575 Artinya adanya hubungan yang sangat rendah antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton responden. Hal ini menunjukkan ada
kecenderungan bahwa pekerjaan ibu menentukan responden dalam hal seringtidaknya menonton berita kriminal di televisi, namun memberikan
hubungan lemah. Dapat berati, hal ini tidak keseluruhan jenis pekerjaan ibu ikut menentukan responden dalam hal seringtidaknya menonton berita
kriminal di televisi. Pekerjaan ibu responden sebagai ibu rumah tangga mengurus rumah
tangga menyebabkan responden tidak pernah menonton berita kriminal, maupun jarang, atau sering menonton berita kriminal. Hal ini dapat dipahami
bahwa ibu rumah tangga memiliki banyak waktu luang untuk menonton televisi. Sehingga seringtidaknya ibu menonton berita kriminal secara
langsung berhubungan dengan frekuensi responden menonton berita kriminal. Begitu pula pekerjaan ibu responden sebagai wiraswasta, buruh,
dan karyawan swasta juga menentukan responden untuk tidak menonton, jarang ataupun sering menonton berita kriminal di televisi. Pekerjaan ibu
tidak berhubungan dengan durasi menoton responden. Artinya, pekerjaan ibu tidak menentukan seberapa lengkap responden menonton berita kriminal di
televisi. Pekerjaan ayah diduga tidak berhubungan dengan keterdedahan khalayak
remaja pada berita kriminal di televisi. Hal ini berarti, pekerjaan ayah tidak menentukan responden dalam hal jenis berita kriminal yang ditonton,
frekuensi menonton, dan durasi menonton.
3. Hubungan Pendidikan Orangtua dengan Keterdedahan Khalayak
Menurut Lowery dan De Fleur Budhiarty, 2004 remaja yang memiliki orangtua yang tingkat pendidikannya tinggi, cenderung memiliki sedikit
waktu untuk menonton serta menonton lebih sedikit acara yang mengandung adegan kekerasan, khususnya berita kriminal. Penelitian ini membuktikan hal
yang berbeda dengan penelitian di atas. Pendidikan tidak berhubungan
53
dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan maupun dengan jenis berita kriminal yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi
menonton. Artinya, semakin tinggi atau rendahnya pendidikan orangtua responden tidak menentukan terdedah atau tidaknya responden pada berita
kriminal di televisi. Walaupun responden tidak menonton ataupun menonton berita kriminal di televisi, hal ini tidak tergantung pada pendidikan terakhir
orangtua responden.
4. Hubungan Pengawasan Orangtua dengan Keterdedahan Khalayak
Pengawasan orangtua tidak berhubungan dengan keterdedahan berita kriminal secara keseluruhan maupun dengan jenis berita kriminal yang
ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Artinya, tidak pernah, jarang, atau seringnya orangtua mengawasi responden menonton televisi
tidak menentukan apakah responden semakin terdedah atau tidak terhadap berita kriminal di televisi.
Penelitian ini memaparkan hal yang berbeda dengan penelitian Singer Budhiarty, 2004 menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata kebiasaan
menonton televisi dengan tingkat pengawasan orangtua. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan orangtua tidak berhubungan dengan jenis
berita kriminal yang ditonton responden, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Hal ini berarti bahwa tingkat pengawasan orangtua tidak
menentukan responden dalam hal memilih jenis berita kriminal, pernahtidaknya menonton berita kriminal, lengkaptidaknya durasi menonton
berita krimial. Ada atau tidaknya peran orangtua dalam mengawasi responden menonton
televisi tidak menentukan kecenderungan memilih tayangan televisi yang disukainya atau tidak. Pengawasan orangtua hanya sebatas memberikan
arahan atau penjelasan tentang menonton televisi, tetapi tidak menentukan responden terdedah atau tidaknya menonton berita kriminal televisi.
54
5.3 Efek Tayangan Berita Kriminal